Pages

Friday 29 April 2011

Bintang-bintang di Langit dan Bintang-bintang di Televisi


Menjadi guru sekolah dasar apalagi di kelas 1 sangat tidak membosankan. Banyak hal seru, lucu, menggemaskan sekaligus polos yang terjadi setiap hari. Antara ingin tertawa (jelas tidak boleh saya lakukan) dan memasang ekspresi serius di depan murid-murid ketika mereka melakukan sesuatu yang sedikit berbeda. Itulah pendapat saya bila ditanya apa enaknya menjadi guru sekolah dasar.
ekspresi para pengemban rasa ingin tahu

Sesuatu yang sedikit berbeda ? Ya. Maksudnya adalah reaksi yang mereka tunjukkan seringnya tidak persis sama seperti perkiraan para dewasa atau saya sendiri yang telah lama lupa menjadi anak-anak. Hehehehe.

Thursday 28 April 2011

The Mysterious Taste of Rujak Cingur

sebelum dengan bumbu
 Sepulang dari sekolah, entah mengapa saya tergoda untuk pergi ke supermarket. Padahal tanggal sudah di klimaks tuanya. Ah, saya kan tidak berboros-boros, toh yang saya beli pastilah barang-barang kebutuhan sebulan, hibur saya sendiri. Selain itu, belanja pada saat-saat ini sangatlah melegakan. Pengunjung sedikit artinya tidak perlu berdesakan atau mengantri panjang di kasir.

Sedang asyik memilih pengharum cucian, hidung saya mencium aroma yang membuat saya menoleh. Bukan aroma wangi dari deret pengharum cucian. Aromanya lebih kuat. Sekitar seratus meter dari tempat saya berdiri, tepat pada pukul enam, terlihat seorang ibu dibalut celemek merah sedang asyik dengan ulegnya. Hm... makanan itu.

Selesai urusan di kasir, saya beranjak menuju sumber aroma tadi. Rujak cingur. Ada juga lotis, bubur madura, kolak, rujak gobet. Saya memesan rujak cingur. Pedas tanpa menyebut jumlah penyebab pedasnya. Ketika saya intip, waw...sepuluh cabai merah tergilas oleh uleg si ibu.

Wednesday 27 April 2011

You Can if You Think You Can dan Multiple Intelligence


Salah seorang murid saya mengatakan kalau ada temannya yang menangis. Saat itu sedang pelajaran olah raga. Saya tanya pada yang menangis apa yang membuatnya sedih. Murid saya menjawab kalau dikatakan larinya lambat oleh beberapa temannya.

brainconnection.positscience.com
Usai berolah raga, saya mengadakan morning meeting (istilah saya untuk diskusi di kelas). Bahasannya adalah ’kasus’ di saat pelajaran olah raga tadi. Saya memulai pertemuan itu dengan sebuah pertanyaan ; Apakah benar ada yang mengatakan lambat berlari kepada teman yang lain. Beberapa anak mengangguk. Mereka jengkel sebab setiap kali ’anak yang menangis’ tadi masuk dalam kelompok, kelompok itu selalu kalah karena larinya yang pelan. Alasan yang masuk akal untuk jengkel, namun tidak kemudian memberi tiket untuk mengolok.

Tuesday 26 April 2011

Like Father like Son or Like Mother like Daughter ?


Di kelas tadi bersama murid-murid, saya berdiskusi tentang perlunya menjaga kebersihan. Tidak sekedar mengenal nama-nama alat kebersihan seperti sapu, kemoceng, atau kain pel. Namun juga membicarakan perilaku bersih yang telah dilakukan. Mandi dua kali sehari ? pasti. Gosok gigi dua kali sehari ? sudah. Lalu membahas apa lagi ?
 
@lyrical-reveries.blogspot.com
  Kami membahas tentang perilaku sehari-hari. Kebiasaan yang ada di rumah dan di sekolah. Saya mulai diskusi dengan kata tempat sampah. Apa yang mereka pahami tentang tempat sampah. Bau, kotor, tempatnya sampah, ada di dapur, itulah sebagian pengertian murid-murid saya tentang tempat sampah.

Lalu saya mulai menanyakan apakah mereka sudah selalu membuang sampah pada tempatnya ? Banyak cerita muncul. Kebanyakan dari mereka sudah sering mebuang sampah pada tempatnya namun sering kalau di rumah, mereka melihat orang tuanya yang membuang sampah seenaknya.

Monday 25 April 2011

Dari Tempat yang Tinggi, Kita bisa Melihat Lebih Jauh


Sebuah gambar yang sedikit berbeda saya temukan dari buku gambar salah satu murid. Saya katakan berbeda karena sudut pandang yang digunakannya saat menggambar. Dia menggambar banyak jalur seperti jalan dan dataran yang hijau bercampur coklat. Agak aneh bila tidak tahu maksunya. Ketika saya tanya gambar apakah itu, dia menjawab kalau itu gambar bumi yang dilihat dari atas.  

@kaskus.us

”Ini jalan, lalu ini sungai, ada pohon-pohon dan yang kotak adalah rumah”, jelasnya kepada saya. Hm...menarik. Kebetulan memang murid saya cukup sering bepergian menggunakan pesawat mengikuti orang tuanya. Sebuah pengalaman yang membawanya kepada perspektif berbeda.

Di lain waktu, murid saya yang lain tiba-tiba menyusun meja dan kursi secara vertikal lalu dinaikinya. Dengan cukup percaya diri dia bergaya di atas susunan berbahaya itu. Beberapa temannya mengingatkan namun dia tidak peduli. Ketika saya tanya, dia menjawab kalau ingin tahu apakah sama bila dia melihat dari atas dengan dari bawah. Alasan yang masuk akal dan menarik.
 

Mengapa Tidak Boleh ? Itu kan hak kami ?


Itulah satu kalimat yang muncul di murid-murid  ketika mereka tidak diijinkan bermain namun disarankan untuk membaca buku oleh seorang guru yang kebetulan menggantikan saya mengajar. Ketika itu saya ’absen’ berinteraksi dengan mereka karena mendapat tugas keluar.

Bu guru yang ’diprotes’ sedikit terkejut. Tidak menyangka akan mendapatkan ’penolakan’. Murid kelas 1 biasanya menurut saja dengan semua kata gurunya. Namun ternyata tidak untuk murid saya. Murid-murid saya memang cukup ekspresif dalam menyampaikan pendapat. Di kelas, saya membiasakan mereka berpendapat mengeluarkan isi pikirannya, baik secara lisan maupun tulisan meskipun tetap ada aturan mainnya. Hal tersebut yang membuat mereka terbiasa mengungkapkan isi hatinya lebih mudah.

Sunday 17 April 2011

Orang Dalam Angan-angan ...


Baru saja saya selesai mendengar (atau membaca?) curhat seorang teman melalui dunia maya. Bercerita tentang keresahannya yang masih melajang di usianya yang menginjak 30 tahun bulan depan.
@bantulbiz.com

Padahal dulu, semasa sekolah, teman saya ini adalah sosok menarik yang dipuja banyak teman-teman laki-laki. Banyak hadiah yang diterimanya, terutama makanan. Sebagai teman kos, saya kerap pula mendapatkan bagian dari hadiah-hadiah yang didapatkannya.  Mudah bagi teman saya untuk memilih seorang teman sekedar untuk menemani jalan. Dulu, sempat terbersit rasa menyesal di diri saya, kenapa kok tidak semenarik teman saya itu agar bisa dapat banyak hadiah atau makanan gratis hehehehe. Ah, namun memang semua ada porsinya. Tuhan lebih tahu yang terbaik buat saya tentunya.

Belajar Itu Dilakukan

jam lucu anak
Berinteraksi dengan anak-anak usia 6 – 7 tahun membuat langit saya bertambah lebih luas. Seru, menyenangkan, menjengkelkan, lucu, menggemaskan dan aneka rasa berbaur setiap saat. Banyak pengetahuan baru pula yang saya dapatkan dari mereka. Meskipun saya guru mereka, namun saya pun sekaligus murid mereka juga. Dari merekalah saya belajar tentang anak-anak usia 6-7 tahun, murid kelas satu sekolah dasar.

Friday 15 April 2011

Bukan Ujian Mama, tapi Latihan Menyilang


@pratique.fr
Itulah jawaban murid saya ketika ibunya meminta untuk belajar karena besok ada ujian. Sang ibu mengeryitkan dahi. Bingung.

”Maksudnya latihan menyilang itu apa ya, Bu Erna ?” tanya Sang ibu kepada saya. Sambil tersenyum saya jelaskan kalau di kelas 1, untuk murid-murid memang tidak ada istilah ujian atau tes. Saya biasa menggunakan istilah latihan menyilang dan menulis terutama untuk enam bulan pertama.

Wajah Kekasih Sudah Tidak di Dompet Lagi

Masihkah...diriku di dalam hatimu
Masihkah...fotoku di tembok kamarmu
Masihkah... diriku di dalam mimpimu
Masihkah ... fotoku di dalam dompetmu
@ferinaldy.files.wordpress.com
Lagu lama Slank, grup musik yang saya sukai ketika di sekolah menengah pertama. Siang ini, di radio saya mendengarnya kembali.
Lagu jadul yang tetap enak didengar namun sedikit tidak kontekstual untuk masa sekarang (sedang musim kata ’kontekstual’ di lingkungan saya nih jadi tidak ada salahnya
dipakai ).

Wednesday 13 April 2011

Sebab 1 + 1 belum tentu 2 ...

@antarasumut.com
Tepukan panjang menutup penampilan dari grup musik anak-anak yang baru duduk di sekolah dasar itu. Enam anak perempuan dengan kelincahannya memainkan alat musik masing-masing mampu memukau para penonton. Didukung penampilan unik memakai kebaya dan rok batik panjang, seakan melihat zaman kartini kembali namun bukan kenong dan bonangnya namun dengan bas dan organ. Sebagai guru, saya pribadi cukup bangga dan salut akan hasil dari kerja keras mereka.  Latihan tanpa henti meski kadang sangat melelahkan.

Tuesday 12 April 2011

Pelabelan Pada Anak, Seriuskah ?

Sekumpulan orang berwajah marah merusak jendela-jendela sekolah yang dilewati dengan tongkat baseball. Mereka berteriak-teriak memanggil nama wakil kepala sekolah untuk keluar.  Suasana menjadi tegang. Beruntung semua murid sudah tidak ada di sekolah.

Wakil kepala sekolah keluar diikuti oleh jajaran guru. Wajahnya merah padam dan pucat pasi terlihat silih berganti. Menandakan perasaan marah dan takut yang menjadi satu.

@fr.123rf.com
 ”Apa mau kalian, sampah masyarakat?!” teriaknya kepada kelompok perusak. ”Kalian ini sudah tidak berguna, bisanya membuat onar saja. Pantas kalian dikeluarkan, hanya akan memalukan nama besar sekolah ini saja!”

Monday 11 April 2011

Putri, Peri, dan Penyihir

Bermula dari ketidaksengajaan saya melihat siaran ulang pemilihan putri Indonesia di televisi. Memang tak sengaja karena  hal tersebut tidak direncanakan selain saya memang tidak terlalu suka melihat benda kotak yang seperti kotak Pandora itu. Meski begitu, saya sempat melihat sekejapan bagaimana raut para kontestan. Cantik dan anggun semua dalam balutan busana malam. Meskipun tak sampai usai melihatnya, saya pun tahu dari daerah mana yang akhirnya terpilih menjadi putri pada tahun ini meskipun tidak tahu namanya.

@scrapalala.canalblog.com


Ada pertanyaan iseng yang sempat melintas tentang pemilihan pangeran Indonesia untuk mendampingi puteri yang selalu sendirian ini. Setahu saya, ajang seperti ini selalu berpasang-pasang. Lihat saja pemilihan abang dan none Jakarta, cak dan ning Surabaya atau guk dan yuk Sidoarjo. Ah, mungkin ada pertimbangan lain, entahlah.

Sunday 10 April 2011

Pembiasaan Memegang Pensil

Saya pandangi wajah polosnya. Matanya mulai berkaca-kaca. Saya ambil pensil di tangannya. ”Lelah ?” dia mengangguk. Saya buka lembar yang tadi ditulisnya. Ada lima deret kalimat pendek S-P-O dengan huruf miring seperti terdera angin. Saya menghela nafas.

histoiredeplumes.over-blog.fr


Saya tulis tugas di buku remidinya untuk ditulisnya di rumah. Menulis nama-nama orang yang ada di rumah (ayah, ibu, kakak, adik, dia sendiri, kakek, nenek dll). Saya jelaskan tugasnya, dan dia pun mengangguk senang. Lepas dari tugas yang tidak menyenangkannya (untuk sementara). Menulis. Ah, memang pembiasaan itu perlu waktu. Pelan-pelan, tidak bisa sekejapan.

Bahagia dan Cara Pandang Kita


sports-et-loisirs.fr

Beberapa minggu yang lalu setiap pulang dari bekerja, saya merasakan suntuk akut. Selesai mandi, makan, saya kerap terlena untuk segera merebahkan diri. Tidak ada aktivitas selain bermalas-malasan dengan tiduran atau duduk di depan kotak yang memunculkan aneka gambar cepat silih berganti. Membaca pun hanya yang ringan saja. Malas membuat dahi ini berkerut hanya karena harus berpikir tentang sesuatu yang saya baca. Malas semuanya tanpa gangguan. Apalagi sampai saat ini saya hidup sendiri di kos yang pasti tidak ada yang menggugat pada setiap hal yang saya lakukan.  

Namun kemudian saya mengalami kejenuhan dengan kondisi malas ini. Ada yang keliru, begitu pikir saya. Saya begitu mudah tertekan meski hanya dengan persoalan remeh sekalipun. Saya mudah pula larut dengan situasi. Mulai terjadi percik-percik pemberontakan pertanyaan di dalam hati saya. Membuat saya risau. Membuat saya gelisah.

Saturday 9 April 2011

Jalan Sagan No 9 Jogja


Ketika kebetulan lalu
aku mampir ke kamar kita yang dulu
Sekarang belum lagi disewa
Kamar kita berdua
Dengan bunga pada meja
tempat kita saling memandang
berhawa kasih sayang
memasuki kamar ini
tembok dan lantai kembali bicara
dan hidupku terasa lebih berharga

Sajak Seorang Tua Untuk Istrinya

Aku tulis sajak ini, untuk menghibur hatimu
Sementara kau kenangkan encokmu
Kenangkanlah pula masa remaja kita yang gemilang
Dan juga masa depan kita, yang hampir rampung
Dan dengan lega akan kita lunaskan



Kita tidaklah sendiri dan terasing dengan nasib kita
Karena soalnya adalah hukum sejarah kehidupan
Suka duka kita bukanlah istimewa
Karena setiap orang mengalaminya


Hidup tidaklah untuk mengeluh dan mengaduh

Friday 8 April 2011

Siapkah Saya Menjadi Orang Tua ?


@974attitude.fr
Seorang teman yang telah menikah hampir tiga bulan mengatakan keinginannya untuk segera memiliki momongan. "Sudah tak tahan rasanya bisa menimang seorang bayi dan memanggilnya anakku", katanya. Semua teman yang mendengar segera mengamini apa yang diinginkannya.

Di lain waktu, saya mendapati seorang murid di kelas yang kerap murung dan membuat keributan. Ketika saya dekati dan tanya, dia bercerita kalau orang tuanya jarang ada di rumah. Kesehariannya hanya ditemani oleh baby-sister yang mengurus semua keperluannya termasuk membantunya mengerjakan pekerjaan rumah. "Aku ingin bermain ular tangga dengan papa, tapi papa bilang tak ada waktu dan permainan ular tangga itu kuno."

Wednesday 6 April 2011

Une Lettre au Ciel

@lesfilsdhelene.over-blog.com
Il pleut aujourd’hui. J’aime bien la pluie n’importe quoi sa forme. Quand j’étais  à Jogja, je l’ai trouvé qu’elle est belle parce que c’est comme des messages du ciel. Et maintenant, je suis à la ville du soleil, Surabaya, je regardais qu’elle est un peu differente car elle est plus grande, plus bruyante, et plus mouvaise. Pourquoi je dis comme ça ?


Ciel, je ne sais pas pourquoi j’ai trouvé la forme difference de la pluie mais je crois qu’il y a une reason. À cause de la geographie ? Ou à cause de la position topographique car la ville du soleil est près de l’océan ?

Mais personallement, j’aime bien la ville du soleil. J’apprends beaucoup de cas dans cette ville. Savoir-vivre, la vie quotidien, relation d’amitié dans un bureau et c’est plus important, j’ai trouvé des jardins publiques que je rêvais depuis j’étais étudiante! Merci Allah.
J’adore aussi Jogja, la ville tollerante que je ne trouve pas à l’autre ville. J’ai des amies qui sont chic. Nous sommes differentes mais nous sommes amies. Je suis musulmane, et mes amies sont catholique et protestante mais ce n’est pas de problèm. Allah a creé des personnes uniques sur la terre, alors la diversité est bien n’est-ce pas ?


Tuesday 5 April 2011

Bandung Bondowoso Juga Tidak Instant

secangkir kopi
Di kelas tadi, murid-murid saya tampil untuk berpuisi di depan teman-temannya yang lain. Saya atur sebuah panggung dari karpet yang ada di kelas. Satu anak akan membacakan puisi dan yang lain berperan sebagai penonton yang melihat dan mengapresiasi temannya. Sebelum maju ke ’panggung’, saya beri contoh dan waktu kepada mereka untuk mempelajari puisi yang akan dibacakan lengkap dengan gayanya. Gaya bebas hasil kreasi mereka. Cukup seru memperhatikan mereka berlatih. Ada yang memainkan tangan, bergerak maju-mundur, berkacak pinggang, atau jongkok berdiri yang entah apa maksudnya. 

Namun latihan dan kenyataan di panggung sangatlah jauh berbeda. Murid-murid saya yang seru saat berlatih, jadi mati kutu saat tampil. Demam panggung biasanya kita mengumpamakannya. Banyak suara yang hilang tiba-tiba, atau malah gemetar dan terdiam cukup lama. Ada murid saya yang minta pula maju paling akhir.

Perilaku Sopan, Dimulai Sejak Kapan ?


@ciungtips.blogspot.com
 Orang tua dari murid saya bercerita tentang perubahan perilaku anaknya sejak menjadi siswa kelas 1 sekolah dasar selama enam bulan pertama. Banyak perubahan, ceritanya. Salah satu perubahan itu adalah balasan dari ucapan terima kasih yang diucapkan ibunya dijawab dengan ’sama-sama’. ”Saya kaget sekaligus senang sekali Ibu”, ceritanya kepada saya. Hal kecil memang namun bila kita tahu bagaimana keseharian anak itu yang kerap semaunya, kata ’sama-sama’ yang diucapkannya adalah hal luar biasa.

Di lain waktu, ada orang tua dari murid saya yang lain bercerita bagaimana anaknya dengan lugas mengatakan permisi saat melewati orang lain dan meminta maaf ketika melakukan kesalahan (meskipun tidak sengaja).

Monday 4 April 2011

Anak pun Tertekan

@Nan0.cotemomes.fr
Bergembira, bermain, tertawa, tak kenal lelah dan tak kenal sedih. Itulah dunia anak-anak dalam gambaran banyak kita, para dewasa. Sehingga kadang, sekali waktu, kita, para dewasa ini ingin kembali masuk ke dunia seribu satu harapan itu. Banyak dari kita menggambarkan dunia anak-anak bak cerita di negeri dongeng yang menyenangkan dengan segala keajaibannya.

Namun sebenarnya, persoalan itu tidak hanya dimiliki para dewasa saja. Sejak anak belajar mengenal lingkungannya, saat itulah mereka pun mengenal persoalan di hidupnya sedikit demi sedikit.

Masyarakat Pembelajar

Minggu sore. Seperti sore yang lain, saya selalu membeli menu sama untuk makan sore beberapa hari terakhir ini. Nasi cap cay. Entah mengapa saya suka menu makanan satu ini. Sambil menunggu masakan tersedia, saya asyik membukai surat kabar terbitan surabaya yang ada di meja.
@edu-games.com

Di kolom Metropolis, bagian depan bawah, saya dapati sesuatu yang menarik. Berkisah tentang sebuah kelompok masyarakat yang inspiratif.  Rukun Warga 8 di Babat Jerawat kecamatan Pakal Surabaya.

Sunday 3 April 2011

Pohon Lerak, Pohon Masa Kecil

Saya tak berhenti memandang dan menyentuh pohon besar tinggi menjulang ini. Untuk beberapa saat seakan melesat ke masa lampau sekian puluh tahun yang lalu. Pohon yang sama berdiri kokoh di kebun belakang rumah orang tua saya. Pohon besar yang anehnya memiliki buah yang kecil-kecil.
leraksoapnut.blogspot.com

Dulu, di pandangan saya sebagai anak umur delapan tahun, pohon ini termasuk pohon payah karena pohonnya yang besar ternyata hanya mampu memunculkan buah-buah kecil yang selalu berjatuhan di mana-mana.

Anak Kota Masuk Hutan (Jilid 2)

”Aou...auo!” seru seorang anak sambil berayun-ayun di seutas tali yang diikat di pohon. Mirip tarzan dan memang nama permainannya adalah tarzan air. Di bawahnya ada aliran sungai kecil. Terlihat ia menikmati apa yang dilakukannya. Teman-temannya ada yang mendorongnya agar tetap berputar dan berayun. Sesaat kemudian, byur! Ia terjatuh. Bajunya kuyup. Sambil mengusap wajahnya dari air, ia bilang ’lagi’ sambil tertawa-tawa dengan teman-temannya.

Anak Kota Masuk Hutan (Jilid 1)


Menjadi guru kelas 1 tidak kemudian melulu mengurusi ‘hanya’ kelas 1 saja. Itulah yang saya alami sebagai guru di sekolah dasar swasta. Plot pekerjaan yang kadang berlebihan kerap saya dan teman-teman guru yang lain alami. Wajar saja sebab itulah warna-warni pekerjaan. Sepanjang semua jelas dan diobrolkan sejak awal, tim kerja guru di sekolah saya selalu terlihat kompak.

Kemarin, saya ’ikut tamasya’ bersama kelas 6. Satu hari tidak berkutat dengan kelas yang saya ampu. Kami dua hari berada di PPLH (pusat pendidikan lingkungan hidup) di daerah Seloliman, Mojokerto. Program yang memiliki misi untuk mengendurkan syaraf yang tegang karena kejaran try-out, ujian sekolah, ujian praktik, dan menjelang ujian akhir  pada murid kelas 6.