Pages

Friday 8 April 2011

Siapkah Saya Menjadi Orang Tua ?


@974attitude.fr
Seorang teman yang telah menikah hampir tiga bulan mengatakan keinginannya untuk segera memiliki momongan. "Sudah tak tahan rasanya bisa menimang seorang bayi dan memanggilnya anakku", katanya. Semua teman yang mendengar segera mengamini apa yang diinginkannya.

Di lain waktu, saya mendapati seorang murid di kelas yang kerap murung dan membuat keributan. Ketika saya dekati dan tanya, dia bercerita kalau orang tuanya jarang ada di rumah. Kesehariannya hanya ditemani oleh baby-sister yang mengurus semua keperluannya termasuk membantunya mengerjakan pekerjaan rumah. "Aku ingin bermain ular tangga dengan papa, tapi papa bilang tak ada waktu dan permainan ular tangga itu kuno."

Dua hal yang berbeda namun memiliki kesamaan sebenarnya, yaitu sama-sama membicarakan tentang menjadi orang tua bagi anak. Yang pertama adalah keinginan seseorang untuk segera menjadi orang tua dan yang kedua adalah perlakuan seseorang setelah menjadi orang tua.

Menjadi orang tua adalah tugas yang tidak diberikan kepada semua orang. Banyak pasangan yang telah lama berumah tangga tidak memiliki kesempatan menjadi orang tua yang sesungguhnya meskipun mereka sangat menginginkannya. Sebaliknya, kadang pasangan yang 'belum siap' menjadi orang tua telah diberi tugas mengasuh anak.

Bagaimanapun, menjadi orang tua sesungguhnya perlu persiapan. Sebab kehidupan ketika telah memiliki anak akan sangat berbeda dengan sebelumnya. Banyak hal yang akan berubah atau untuk sementara 'hilang'. Kegemaran menonton bioskop, jalan-jalan, travelling kemana-mana, membaca tenang satu buku sambil tiduran,ketika bulan-bulan pertama memiliki anak akan hilang. Lupakan juga tentang malam atau pagi yang tenang dengan secangkir kopi dan roti di meja sebab tangisan bayilah yang akan mengambil alih tongkat kekuasaan akan pagi.

Cukup merepotkan ? Iya. Cukup menakutkan ? Pasti.

Meski begitu, akan menjadi pengalaman yang tak terlupakan menjadi orang tua sesungguhnya dengan segala kerepotan dan kerumitannya.
Yang perlu kita ingat bersama adalah ketika benar-benar menjadi orang tua sesungguhnya. Kesiapan mental terutama haruslah ada. Tidak ada orang tua yang benar-benar ideal memang. Tetapi seorang anak tentulah memerlukan orang tuanya sebagai panutan dan tempatnya berlindung dan bertanya. Tugas sebagai orang tua bagaimana menjadi orang tua sebaik-baiknya bagi anak. Itu saja.

2 comments:

  1. Betul, menjadi orang tua perlu kesiapan, baik mental maupun materi
    kawan, ada cerita ketika tarawih ramadhan tahun lalu
    Seorang ibu muda yang sibuk sekali dengan bayinya, setiap selesai 2 rakaat di shalatnya
    yang sibuk mengipasi anaknya, yang sibuk merapikan selimutnya, yang sibuk menciuminya, yang sibuk mengolesi minyak, dan yang sibuk...sibuk lainnya
    lalu aku berpikir, ini ibu kenapa sih lha anaknya tidur kok malah di "umek-umek". Bukannya lebih baik si buah hati tidur di rumah, kemudian ibundanya tarawih di rumah, lebih khusyuk kan...
    lalu setelah selesai, si ibu berkata
    "mbak, adeknya"
    serta merta si pengasuh mengambil gendong dan mengangkat si adek.
    "Lha pantas aja, anak sedang tidur di "umek-umek"

    ReplyDelete
  2. Hahahaha,mungkin agar terlihat yang mana ibu sesungguhnya. Terima kasih ceritanya.

    ReplyDelete