Jogja! Jogja!
Akhirnya ke kota ini kembali. Senang rasanya. Kami menginap di daerah Pakualaman.
Suasana akrab menyenangkan. Sebenarnya waktu check-in masih satu jam lagi namun
karena kebetulan kamarnya kosong, maka kami dipersilahkan masuk. Lumayan bisa selonjoran sebentar. Ini nih yang saya
suka kalau bepergian tidak di saat-saat libur, selain harga-harga lebih murah
juga tidak penuh orang saat mau kemana-mana. Kita tetap homeschooling saja ya, Nak (hehehehe).
Berdasarkan
kesepakatan bersama, saat Ayah kerja, saya dan Si Bocah akan bermain berdua. Si
Bocah menolak. Ingin langsung bermain bersama ayahnya. Apalagi ketika tahu ada
kolam renang. Merengek minta berenang.
Mendengar kerewelan
ini, kami diam. Menunggu tanpa berkomentar. Kebiasaan yang sangat dipahami Si
Bocah sebenarnya. Tidak sampai dua menit, dia berhenti merengek (karena tahu
akan sia-sia sebab kami tetap tidak memenuhi permintaannya)
‘Aku sudah tidak
menangis, Nda. Ini, aku senyum’, katanya sambil memeluk. Saya tersenyum sambil
merangkulnya. ‘Boleh Bunda, bicara sebentar?’ Si Bocah mengangguk.
Kami pun kemudian
berdiskusi bertiga. Menjelaskan kembali bahwa perjalanan ini untuk keperluan
bersama. Ada keperluan ayah, ada keperluan bunda, dan ada keperluan anak.
Masing-masing harus menghormati. Bila ayah sedang sibuk dengan keperluannya,
maka bunda dan Si Bocah harus menghormati. Berkegiatan yang lain sampai ayah
selesai. Demikian pula bila bunda ada keperluan. Ayah dan Si Bocah beraktivitas
bersama. Bila sudah waktu keperluan anak, maka ayah bunda pun fokus menemani
kegiatan Si Bocah.
Si Bocah usia 3,5
tahun itu diam. Mengerti ? Iya. Tidak ada protes muncul. Aturan main ini memang
sudah kami lakukan sejak dia berusia 2 tahun. Sejak kami mulai membawanya
kemana-mana saat beraktivitas.
Awalnya memang tidak
mudah. Tangis, protes, dan kerewelan-kerewelan mewarnai dalam perjalanan
menerapkan aturan main ini. Banyak pandangan dari orang entah kami kenal atau
tidak terlihat aneh saat Si Bocah rewel dan kami diamkan saja. Terutama bila
rewel di tempat umum (kami belajar tahan malu sejak jadi ortu hehehehe).
Seiring berjalan
waktu dan konsistensi kami, Si Bocah memahami aturan main ini. Tidak ribet dan
tak perlu aturan main terlalu banyak saat mengajaknya pergi. Ayo saja kalau diajak
kemana-mana.
Jadilah kemudian ayah
pergi ke Bulak Sumur dan saya dengan Si Bocah ke Rumah Pintar. Bermain
sepuasnya di sana. Suasana tidak terlalu ramai sehingga nyaman mau main apa
saja. Meski pulang-pulang, basah kuyup karena kehujanan tetapi kami senang.
Berbeda saat hari
Sabtu ketika ayah bergabung. Rumah pintar sangat ramai. Saat itu, ruang PAUD
sedang direnovasi. Akhirnya kami masuk ke gedung oval.Saaat memutuskan ke sana,
saya tidak berekspektasi apa-apa terhadap Si Bocah. Saya tahu bahwa di dalam
banyak hal menarik dan percobaan menyenangkan. Saya ingin Si Bocah tahu dan
melihat bagaimana reaksinya. Hanya itu. Sebab sejujurnya, Si Bocah saya bertipe
pengamat juga melankolis yang perlu waktu untuk beradaptasi.
Di luar dugaan,
reaksi Si Bocah membuat saya takjub. Benar kiranya anak adalah pembelajar
sejati. Bila dia nyaman, senang, dan tertarik, maka semua akan dijelajahi.
Berbinar-binar matanya. Lari ke sana kemari. Bertanya apa ini apa itu. Mengapa
begini mengapa begitu. Mencoba semua yang dilihat. Memencet, menyentuh, melempar,
mengayuh, masuk, atau apapun. Semua terlihat menarik. Saking menariknya, ketika sampai pada petunjuk ‘keluar’, Si Bocah
menangis hehehehe.
Belajar cukup memang
perlu. Senang tidak bisa terus-terusan, begitu pula sedih. Bergantian datang
silih berganti. Itulah hidup. Kembali kami ngobrol.
Mengingatkan tentang keperluan. Keperluan ayah sudah. Keperluan anak sudah.
Tinggal keperluan bunda.
‘Bunda ada janji bertemu
teman-temannya. Kita temani, yuk!’
ajak Si Ayah. ‘Nanti kita bermain lagi.’
‘Bunda juga punya
teman di sini ?’ Saya mengangguk. ‘Sama baiknya seperti teman Bunda di Surabaya
?’
‘Iya. Sama baiknya.
Nanti kamu bisa berkenalan dengan mereka.’
Kami pun kembali
menyusuri jalan-jalan yang dulu akrab sekali. Ke Jogja serasa pulang. Selalu disambut
dengan kenyamanan dan suka cita teman-teman. Begitu hangat menenangkan meskipun
kami berbeda dan bertahun-tahun tak bertemu.
Semoga Si Bocah pun
mampu menjalin pertemanan yang indah kelak. Teman seperti teh yang selalu aku pesan bila
ke kota ini. Anget, manis, dan ngangeni.
Sepertinya jogja kok enak dikunjungi :)
ReplyDelete