Pages

Saturday 9 April 2011

Jalan Sagan No 9 Jogja


Ketika kebetulan lalu
aku mampir ke kamar kita yang dulu
Sekarang belum lagi disewa
Kamar kita berdua
Dengan bunga pada meja
tempat kita saling memandang
berhawa kasih sayang
memasuki kamar ini
tembok dan lantai kembali bicara
dan hidupku terasa lebih berharga



Kukenang kembali
bagaimana kau dulu kujamah rambutmu
sementara kau bertanya
berapa jumlah pacarku


Lalu di lantai yang sejuk
dan juga bersih karena kau sapu
kita akan bertiarap atau berbaringan
sambil menggambar dengan kapur
semua gambar yang lucu-lucu
atau rumah yang kita angankan


Pernah pula kau gambar dua orang berdampingan
Sambil kau tunjuk mereka:
“Ini kau. Ini aku”
Lalu saya gambar selusin orang di kanan kirinya
Kau merenggut dan bertanya:
“Siapa mereka?”
aku menjawabmu: “Anak-anak kita”


Ketika kau tertawa
tergerailah rambut-rambut halusmu
ke pipi dan ke dahimu
Waktu itu aku gemar memandang matamu
Dan melihat diriku terkaca di dalamnya


Kekasihku,
ada saat-saat kita tak berdaya bukan oleh duka
tetapi karna terharu semata
Mengharukan dan menyenangkan
bahwa sementara kita tempuh hari-hari yang keras
sesuatu yang indah masih berada
tertinggal pada kita


Sangat mendebarkan
menemukan satu bunga
yang dulu . . . telah lama
Kitalah penanamnya.
(WS Rendra)
Mengingat Jogja penuh seluruh. Meski Jalan Sagan yang dulu saya akrabi bukan nomer 9 seperti di puisi Rendra, namun nomer 3 dimana pohon beringinnya menjadi saksi kekusutan saya belajar bahasa prancis dan kursi-kursi  bertingkatnya akrab dengan usaha memahami obrolan dari orang-orang prancis dengan segala logat dalam sebentang layar putih atau sekedar berkenalan dengan budaya yang berbeda.

5 comments:

  1. Jadi ingat jl. kalijudan...he..he..he..
    Oh iya, sudah berhasil bikin blogroll ya..eh mutiara cinta yang ada di sini bukan milikku deh, nama blognya bener mutiara cinta tapi alamatnya bukan.
    eh ada yang baru....

    ReplyDelete
  2. Oya? sudah kubetulkan hehehehe. Tengs info dan cerita mmm...nya. Anggie sekali.

    ReplyDelete
  3. Saya baca puisi ini -secara tidak sengaja- ketika kelas 1 SMP. Sejak saat itu saya jatuh cinta dgn puisi-puisinya Rendra. Puisi ini membawa saya pada satu titik pencerahan; bahwa hidup harus disyukuri dgn sepenuh hati.

    salam kenal,

    ReplyDelete
  4. Iya, saya setuju denganmu. Rendra memang mengagunkan. Salam kenal kembali ya :-)

    ReplyDelete
  5. Ini adalah puisi yang sangat saya sukai, puisi yang sangat indah.

    ReplyDelete