Pages

Friday 15 April 2011

Wajah Kekasih Sudah Tidak di Dompet Lagi

Masihkah...diriku di dalam hatimu
Masihkah...fotoku di tembok kamarmu
Masihkah... diriku di dalam mimpimu
Masihkah ... fotoku di dalam dompetmu
@ferinaldy.files.wordpress.com
Lagu lama Slank, grup musik yang saya sukai ketika di sekolah menengah pertama. Siang ini, di radio saya mendengarnya kembali.
Lagu jadul yang tetap enak didengar namun sedikit tidak kontekstual untuk masa sekarang (sedang musim kata ’kontekstual’ di lingkungan saya nih jadi tidak ada salahnya
dipakai ).

Kok tidak kontekstual ?

Yeah...zaman saya smp dan lagu Slank ini muncul, foto orang yang disayang kerap disimpan dalam dompet. Agar mudah dilihat kalau kangen, kata seorang teman saya yang gemar membuka tutup dompetnya. Diintip sedikit senyumnya, diam-diam tersenyum sambil menoleh ke kanan dan ke kiri takut ketahuan orang kalau sedang senyum-senyum sendirian. Atau alasan yang lain bila foto yang disimpan foto ortu; Agar ingat saja pesan orang tua untuk belajar rajin, kata seorang teman yang menyimpan foto orang tuanya di dompet.

Banyak ragam alasan yang bisa digunakan untuk menyimpan foto dalam dompet. Sah-sah saja. Yang pasti, foto yang disimpan itu pasti bergaya bagus dan enak dilihat, bukan yang sedang meringis atau bertingkah konyol meski untuk dilihat sendiri (karena tidak mungkin orang membuka-buka dompet orang lain tanpa ijin hanya sekedar ingin melihat foto siapa dalam dompetnya kan ?)

Bumi berputar. Zaman berubah. Teknologi bertambah. Foto dalam dompet pun semakin jarang. Orang tidak lagi menyimpan foto yang disayanginya dalam dompet. Tidak cukup pula hanya terpasang di tembok kamar. Ada jejaring sosial sekarang yang mampu menampung  foto sampai ribuan. Baik foto bersama atau sedang sendirian dengan aneka pose gaya. Foto orang yang disayangi pun bukan lagi dinikmati sendiri. Semua orang bisa melihat. Bebas. Bisa memberi komentar juga bila mau, baik komentar menyenangkan atau malah kurang menyenangkan.

”Belum tahu aku in relationship with siapa ? Lihat deh di akunku, lengkap ada fotonya juga”, kata seorang teman ketika saya bertemu setelah sekian tahun. Saya mengangguk-angguk. Harus membuka internet sekedar untuk tahu dengan siapa sekarang dia. Hm...

Semua orang seakan ingin dilihat dan terlihat dengan aneka fotonya. Seperti menyimpan foto dalam dompet, menyimpan foto dalam jejaring sosial pun membawa banyak alasannya. Semuanya sah-sah saja sepanjang tidak ada yang dirugikan.

Hanya yang perlu diingat adalah dampak memasang foto yang bisa dilihat semua orang. Banyak yang melihat pasti banyak asumsi dan banyak praduga. Apalagi bila komentar yang ada pun seakan menyiratkan sesuatu meski kadang tidak berarti apa-apa. Bila dulu saat masih dalam dompet atau album foto, yang melihat adalah orang-orang terdekat dan bisa bertanya langsung kepada kita sehingga semua menjadi jelas.

Di jejaring sosial, kerap praduga lebih cepat bergulir daripada yang sebenarnya dan kita pun tidak tahu siapa saja yang telah melihatnya. Bila memang tidak bermasalah tidak apa-apa, namun bila hanya karena sebuah gambar di jejaring sosial kemudian membuat masalah di kehidupan kita, lebih bijak kalau kemudian bersikap cerdas. Menikmati hidup dengan mengabadikannya dalam sebuah foto sangat menyenangkan memang, hanya perlu pemikiran lebih panjang jika dibawa ke dunia jejaring sosial.

No comments:

Post a Comment