Pages

Wednesday 13 April 2011

Sebab 1 + 1 belum tentu 2 ...

@antarasumut.com
Tepukan panjang menutup penampilan dari grup musik anak-anak yang baru duduk di sekolah dasar itu. Enam anak perempuan dengan kelincahannya memainkan alat musik masing-masing mampu memukau para penonton. Didukung penampilan unik memakai kebaya dan rok batik panjang, seakan melihat zaman kartini kembali namun bukan kenong dan bonangnya namun dengan bas dan organ. Sebagai guru, saya pribadi cukup bangga dan salut akan hasil dari kerja keras mereka.  Latihan tanpa henti meski kadang sangat melelahkan.

Mengenalkan kepada anak akan arti sebuah perjuangan dan kerja keras memang sebaiknya sedini mungkin dilakukan. Melatih mereka menjadi pribadi  tangguh pantang menyerah dan memahami bahwa keberhasilan bukan dicapai hanya dari duduk santai dan berandai-andai. Keberhasilan adalah efek dari kerja keras yang dilakukan terus menerus dan terprogram.  

Seorang teman mengatakan bahwa ia menjalani hidupnya mengalir saja seperti air. Tidak terlalu merisaukan akan masa yang akan datang sebab berkeyakinan rejeki telah diatur oleh Tuhan. Semua ada bagiannya masing-masing.

Boleh sepakat boleh tidak dengan keyakinan seperti teman saya diatas. Yang perlu diingat adalah bahwa air mengalir pun ada aturannya. Ketika ia bertemu batu atau tanah yang lebih tinggi, ia akan membelok untuk bisa terus mengalir, tidak menabraknya.

Begitu pula dalam menjalani kehidupan di bumi ini yang tidak semua bisa dipastikan kelanjutan dan hasilnya sebab memegang paham relatif. Ada faktor x yang keberadaannya kerap membuat perkiraan tidak sama dengan kenyataan. Ada banyak hal yang membuat 1 + 1 hasilnya belum tentu 2 sebab memang hidup ini bukanlah matematika dengan jawaban yang pasti.

Hal inilah yang menjadikan pertimbangan untuk kita, para dewasa, melatih anak-anak memahami akan konsekuensi dari sikap yang mereka ambil. Bila terbiasa untuk berlatih dan bekerja keras dalam meraih mimpinya, besar kemungkinan mereka akan lebih mudah dalam menghadapi rona-rona hidup saat dewasa kelak dibandingkan dengan mereka yang terbiasa dilindungi dan dibuai oleh kenyamanan dari orang tua tanpa perlu bersusah-susah.

Karakter anak adalah cerminan perlakukan yang diterimanya sejak masa kanak-kanak dari lingkungannya. Menjadi manja, tidak mandiri, dan penakut  serta sulit membuat keputusan untuk diri sendiri besar kemungkinan karena perlindungan yang besar dari orang tua kepada mereka sehingga saat dewasa pun ketergantungan itu masih lekat tampak. Begitu pula menjadi tangguh, bermental pejuang, berani memutuskan dan mengambil resiko, adalah cerminan latihan hidup yang diterimanya sejak kanak-kanak.

Lalu, ingin seperti apakah anak-anak kita nantinya ? Semua itu tergantung dari pilihan pola asuh kita kepada mereka.







No comments:

Post a Comment