Pages

Tuesday 27 December 2011

I can say my name, mam !

berbicara dengan teman
pun jalan menambah kosakata 
Saya pernah memiliki seorang murid dengan nama yang kurang akrab di telinga maupun lidah saya atau mungkin juga orang Indonesia. Banyak huruf v digunakan dinamanya. Saat mendengar namanya untuk pertama kali dan sebelum melihat anaknya, saya mengira mungkin ada garis keturunan dari negara-negara di eropa timur.

Bertemu murid dengan nama unik itu cukup berkesan. Anaknya sangat ramah, lincah, dan bersahabat. Khas anak-anak yang hidup dalam lingkungan menyenangkan. Namun ternyata, dia sendiri pun tak bisa mengeja namanya sendiri. Memang kebetulan nama yang kau pakai cukup sulit, nak.

Saat itu saya guru kelas satu sekolah dasar. Guru anak-anak yang masih belajar banyak kata. Saya tidak mempermasalahkan nama yang dipakai murid saya itu. Saya lebih memperhatikan bagaimana perkembangan kosakata dan pelafalan yang mampu diucapkannya.


Saya menemukan bagaimana banyak kosakata dan pelafalan yang kurang tepat yang sering diucapkannya. Kerap saya harus menebak dan menanyakan maksud kata-katanya. Membenarkan dan memintanya mengulang mengucapkan. Beberapa kata sederhana yang biasanya mampu dikatakan anak-anak seusianya pun dia masih belum paham maksudnya.


Saya pun akhirnya memberi waktu lebih bila berbicara dengannya. Cukup sulit awalnya aktivitas yang kami lakukan. Ketidaksabaran teman-temannya dan juga akhirnya perasaan enggan dari murid saya itu untuk berbicara sebab seringnya saya membenarkan kata-katanya.

Pengertian, tidak mentertawakan, dan pemberian semangat adalah hal penting dalam proses ini. Kepada murid yang lain, saya meminta pengertian mereka dan sedikit kesabaran untuk mendengarkan. Kepada yang bersangkutan, saya memberinya semangat bahwa bisa mengucapkan kata dengan benar bila dicoba terus. Selain saya memberi remidi tentunya.

Tahukah anda kata pertama apa yang ingin sekali diucapkannya dengan benar ?

Ya, namanya. Murid saya ini ingin sekali bisa mengucapkan namanya dengan benar. Terharu saya melihat semangatnya belajar menekuk lidah untuk bisa melafalkan nama panggilannya yang memiliki banyak huruf mati v itu.

Saya pun sempat berkunjung ke rumahnya tanpa pemberitahuan lebih dulu untuk melihat langsung bagaimana lingkungan rumah tempatnya tinggal. Saya tak bertemu dengan orang tuanya sebab ayahnya sedang bekerja dan mamanya sedang keluar. Saya melihat murid saya dan adik-adiknya bersama seorang pembantu. Setiap harinya, waktu mereka memang sebagian besar dilakukan bersama pembantu sebab kesibukan orang tuanya.

Beberapa saat di rumahnya, saya paham mengapa kosakata murid saya ini demikian minim. Ternyata memang rangsangan untuk belajar kata-kata tak ada atau mungkin kurang sekali. Saat adik murid saya yang terkecil haus, dia cukup mengucapkan mmmm... sambil menunjuk botol minumnya. Sang pembantu sambil diam beranjak mengambilkan yang langsung disambut si adik dengan gembira. Hanya itu saja. Tak ada komunikasi untuk mencontoh mengucapkan haus atau ingin minum susu.

Ah, sungguh sayang bukan ? Anak-anak di masa pertumbuhan yang memiliki kemampuan menyerap kata bagai sebuah spon baru namun dilalaikan. Saya termasuk guru yang percaya pada potensi semua anak sama bila diberi kesempatan yang rata.

Seperti murid saya di atas. Setelah seminggu belajar, murid saya mampu mengucapkan namanya dengan benar. Selama tiga hari, murid saya dengan senang melafalkan namanya kepada siapa saja yang ditemui. ”I can spell my name, is it ?” Terlihat bangga dan gembira mampu melafalkan namanya yang sulit itu.

Alangkah akan sangat membahagiakan bila kita, para dewasa ini mendampingi anak-anak di usia perkembangan dalam memperkaya kosakatanya. Bisa melalui apapun dan dengan media apa saja.

Kerap mengajak mereka berbicara dan menanyakan kegiatan yang dilakukannya di sekolah dengan kosakata yang berbeda-beda. ’Bagaimana sekolahmu tadi?’ bisa diganti dengan ’Ada cerita seru apa lagi tadi di kelas?’ atau ’Bagaimana kabar si A?’ dan sederet pertanyaan lainnya. Mendengarkan dan memperbaiki bila anak-anak melafalkan kata-katanya secara keliru tanpa perlu mentertawakannya akan membuat mereka percaya diri untuk mengungkapkan apa yang dipikirkannya dalam bentuk kata-kata. Semoga.






5 comments:

  1. Ini perkembangan anak rusia "v" ya?
    Saya membaca postingan ini seperti membaca kelanjutan postingan sebelumnya. Hehe...setelah mencari-cari, akhirnya ketemu juga. :D
    http://www.secangkirkopiblog.blogspot.com/2011/05/pendidik-itu-bernama-ibu-dan-ayah.html

    Pasti ibu guru senang akhirnya kesabaran & keikhlasan mendidik, sudah terlihat hasilnya. :)

    sepertinya dia senang juga punya ibu guru yang tahu apa yang sebenarnya dibutuhkan selama masa pertumbuhan - perkembangan - mungkin bisa jadi pembentukan karakter yang lebih baik (kalau masih bisa)
    perhatian - pengertian - kepercayaan kpd anak-anak tenyata membuahkan hasil juga.

    Semangat & Jangan menyerah! :)

    ReplyDelete
  2. Hallo Q !
    Wah, senangnya ternyata ada yang cukup intens membaca ceritaku, terima kasih ya :-) Iya, masih tentang anak yang sama. Senang deh melihat banyak yang percaya bahwa perhatian kita sangat penting bagi perkembangan anak. Secangkir kopi untuk menyemangatimu juga ya :-)

    ReplyDelete
    Replies
    1. jadi semangat membaca blognya. Hehe...
      Meski untuk berkomentar, saya masih kaku dan masih perlu belajar membiasakan diri mengetik sesuai EYD. Hehe...jadi menyesuaikan keinginan ibu guru biar bangsa ini jangan sampai kehilangan bahasa Indonesia sesuai EYD.
      Sepertinya pernah posting membahas tentang bahasa kan? :)

      Delete
  3. Hohoho, komentar Q malah yang menyemangatiku untuk terus menulis dan tak malu :-) Soal EYD atau tidak, bisa diatur ;-)
    Terima kasih ya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. jadi ingat ini :
      "Bagi mereka yang mempunyai kesulitan untuk mengungkapkan sesuatu secara verbal, menulis mungkin akan membantu mereka melepaskan perasaan yang cenderung mereka bawa.

      Sedangkan bagi mereka yang memiliki kemampuan verbal sangat tinggi, menulis mungkin akan menjaga mereka agar tidak terlalu banyak bicara pada waktu yang tidak tepat.

      Di samping itu, menulis seringkali membantu kita untuk melihat masalah lebih jelas daripada membicarakannya.

      Kertas hanyalah teman yang takkan protes. Indah bukan?"
      saya cuma senang baca tapi belum tentu berkomentar. hehe...tergantung situasi dan kondisi.

      Delete