Pages

Sunday 3 April 2011

Anak Kota Masuk Hutan (Jilid 2)

”Aou...auo!” seru seorang anak sambil berayun-ayun di seutas tali yang diikat di pohon. Mirip tarzan dan memang nama permainannya adalah tarzan air. Di bawahnya ada aliran sungai kecil. Terlihat ia menikmati apa yang dilakukannya. Teman-temannya ada yang mendorongnya agar tetap berputar dan berayun. Sesaat kemudian, byur! Ia terjatuh. Bajunya kuyup. Sambil mengusap wajahnya dari air, ia bilang ’lagi’ sambil tertawa-tawa dengan teman-temannya.

Di sisi yang lain, seorang anak sedang berjuang meraih tali untuk pegangan. Dia sedang berjalan di atas seutas tali. Namun tiba-tiba tubuhnya oleng, dan byur! Dia juga jatuh ke air sambil tertawa-tawa. Temannya menolong berdiri.

Agak ke atas, di antara dua pohon besar berjarak 60 meter, seseorang sedang meluncur turun dengan tali mengikat tubuhnya. ”Hah, cepat sekali meluncurnya, sampai tidak bisa bernafas!” katanya menggambarkan perasaannya saat flying-fox tadi.

Beberapa anak terlihat asyik dengan perahu yang mereka buat dari daun johar dan meluncurkannya di arus sungai kecil itu.

Itulah gambaran kecil tentang acara ’masuk hutan’ murid-murid kelas 6 sekolah saya untuk menyegarkan pikiran mereka. Bermain-main di alam bebas. Bermain dengan menggerakkan semua anggota badan di sungai. Bukan di arena bermain air atau water park yang kerap mereka kunjungi. Kesan gembira jelas terlihat di anak-anak yang akrab dengan NDS, internet, dan permainan mahal yang lain. 

Di sini, mereka bebas bermain sesukanya, berbasah-basah dan berkotor-kotor yang memang tidak pernah mereka lakukan. Apalagi mandi di sungai. ”Mama pasti mengatakan jijik ah”, ucap seorang anak yang berulang kali meluncur ke dalam air dan memercikkan air ke teman-temannya yang lain.

Kegiatan berbasah dan berkotor itu ditutup dengan makan malam yang lezat bagi lidah yang belum terlalu terinfeksi msg dan zat-zat kimia makanan. Beberapa anak mengatakan makanan yang disediakan hambar. Makanan yang tanpa msg ternyata bisa mengukur kadar kemurnian lidah kita. Bila kerap memakan makanan bermsg dan mengandung zat kimia lainnya, lidah akan mati rasa bila makan makanan dengan bumbu alami, alias hambar. Sebaliknya, bila lidah tidak terbiasa dengan makanan bermsg, cita rasa makanan itu akan terasa lezat. Tuhan menciptakan indera yang sangat hebat untuk ini. Subkhanallah.


No comments:

Post a Comment