Pages

Sunday 10 April 2011

Pembiasaan Memegang Pensil

Saya pandangi wajah polosnya. Matanya mulai berkaca-kaca. Saya ambil pensil di tangannya. ”Lelah ?” dia mengangguk. Saya buka lembar yang tadi ditulisnya. Ada lima deret kalimat pendek S-P-O dengan huruf miring seperti terdera angin. Saya menghela nafas.

histoiredeplumes.over-blog.fr


Saya tulis tugas di buku remidinya untuk ditulisnya di rumah. Menulis nama-nama orang yang ada di rumah (ayah, ibu, kakak, adik, dia sendiri, kakek, nenek dll). Saya jelaskan tugasnya, dan dia pun mengangguk senang. Lepas dari tugas yang tidak menyenangkannya (untuk sementara). Menulis. Ah, memang pembiasaan itu perlu waktu. Pelan-pelan, tidak bisa sekejapan.

Itu adalah cerita salah seorang murid saya di awal tahun pelajaran. Selalu ada anak yang mengalami masalah menulis setiap tahun di kelas saya. Mengapa ?

Saya amati dari waktu ke waktu penyebabnya adalah kebiasaan yang dibangun untuk latihan menulis pada tiap anak berbeda semasa di jenjang pendidikan sebelumnya. Memang di masa taman kanak-kanak, keharusan menulis belumlah ditekankan. Namun kebiasaan memegang krayon atau pensil warna ketika mereka beraktivitas mewarnai adalah latihan awal pembiasaan menulis ini. Latihan bagaimana memegang pensil atau krayon yang benar.

Pembiasaan menulis adalah pembiasaan yang memerlukan waktu dan ketekunan yang berkelanjutan pada anak. Bukan pembiasaan yang bisa dikuasai dengan sekejapan saja. Di sisi lain, seorang anak akan merasa lelah ketika mulai belajar menulis sebab jari jemarinya masih kaku sehingga kerap hanya bertahan sepuluh menit saja kemudian mereka memerlukan waktu beristirahat (bermain).

environnement.ecoles.free.fr


Itu juga yang sering saya lakukan ketika melakukan remidi pada murid. Sepuluh menit menulis, sepuluh menit membaca, dan sepuluh menit bermain. Bagaimanapun, usia 6 tahun adalah usia bermain. Meskipun remidi ini dengan catatan tulisannya harus bisa dibaca baik oleh dia maupun orang lain.

Pada awalnya mungkin bentuk huruf yang dihasilkannya sedikit berantakan. Kita bisa menggunakan buku kotak kecil untuk mengontrol ukuran hurufnya. Pada mulanya, boleh menulis dengan huruf kecil semua, kemudian kapital semua, baru berdasarkan ejaan dan tanda baca yang benar. Untuk pembiasaan pemisahan kata, kita pun perlu melatihnya. Membaca dan mengerti arti kata yang dibaca secara sederhana akan mempermudah anak memahami sebuah pemisahan kata dalam penulisannya.

Saya baru menggunakan buku bergaris ketika murid-murid benar-benar mahir menulis. Meningkat di semester dua dengan menggunakan buku tegak bersambung. Saya membiasakan juga pada jam-jam luang pada murid saya, menulis tentang apa yang baru saja dilakukan dan perasaannya. Kebiasaan yang berjalan hampir 5 bulan ini alhamdulillah memperlihatkan hasil  yang cukup menggembirakan.

Banyak di murid saya yang bisa bercerita dalam tulisan dengan cukup lancar meskipun mereka masih kelas satu sekolah dasar. Saya pun bisa mengetahui banyak ‘rahasia’ yang kerap tidak saya temui ketika mereka berbicara di tulisan-tulisan mereka. Alangkah akan mengagumkan bila kebiasaan menulis bisa ditanam pupuk sejak dini. Tidak mustahil akan bermunculan penerus Pramoedya Ananta Toer, A.Fuadi, Andrea Hirata, Rendra dan yang lainnya.










1 comment:

  1. Salam kenal....
    Saya sedang mengajari balita saya untuk memegang pensil dengan benar. Seperti umumnya anak usia 3.5 tahun, dia masih memegang pensil dengan "ketiga jarinya berkumpul/bukan bersandar pada jari tengah.
    Saya coba bantu dengan membuatkan pencil grip dari koran bekas, dan alhamdulillah berhasil.
    Jika anda berkenan melihatnya silahkan kunjungi http://ilutju.blogspot.com/2013/02/diy-pencil-grip.html
    Terima kasih

    ReplyDelete