Pages

Friday 29 April 2011

Bintang-bintang di Langit dan Bintang-bintang di Televisi


Menjadi guru sekolah dasar apalagi di kelas 1 sangat tidak membosankan. Banyak hal seru, lucu, menggemaskan sekaligus polos yang terjadi setiap hari. Antara ingin tertawa (jelas tidak boleh saya lakukan) dan memasang ekspresi serius di depan murid-murid ketika mereka melakukan sesuatu yang sedikit berbeda. Itulah pendapat saya bila ditanya apa enaknya menjadi guru sekolah dasar.
ekspresi para pengemban rasa ingin tahu

Sesuatu yang sedikit berbeda ? Ya. Maksudnya adalah reaksi yang mereka tunjukkan seringnya tidak persis sama seperti perkiraan para dewasa atau saya sendiri yang telah lama lupa menjadi anak-anak. Hehehehe.


Sebagai contoh, di kelas saat kami sedang berdiskusi tentang benda-benda langit. Saya mulai dengan keluar kelas dan mengamati langit. Apa saja yang terlihat di sana. Awan, burung, matahari, capung, pesawat, daun jatuh. Lalu kami berdiskusi mana saja yang termasuk benda langit dan bukan benda langit lengkap dengan gambarnya. Mengapa disebut benda langit dan seterusnya. Diskusi berjalan lancar sesuai harapan.

Sampai kemudian ada anak yang bertanya tentang planet bumi. Saya jelaskan sesederhana mungkin tentang bumi tempat tinggal manusia sebab untuk anak kelas 1 belum ada materi planet. Iseng saya bertanya siapakah yang tahu teman planet bumi. Beberapa anak angkat tangan. Ada yang menjawab Mars, Saturnus, dan Jupiter. Saya mengangguk. salut dengan pengetahuan mereka.

Tiba-tiba ada murid saya yang angkat tangan dan berkata kalau dia tahu teman Jupiter. Siapa ? tanya saya. Revo dan Mio. Mendengar ucapannya otomatis suasana diskusi yang kondusif berantakan. Ada yang tertawa ada yang melongo ada yang mengiyakan.

Sebenarnya saya ingin tertawa mendengar ucapannya namun posisi sebagai guru tidak mengijinkan untuk melakukan itu. Saya jelaskan kalau jupiter yang disebut juga dua temannya bukan nama planet tetapi nama merek sepeda motor. Semua anak tertawa. kondisi kelas riuh dengan anak-anak yang saling berbicara. Pelajaran bisa dilanjutkan setelah 15 menit mereka cekakak cekikik bersama.

Lalu saya meminta mereka menuliskan enam benda langit yang mereka ketahui untuk menilai sejauh mana pemahaman mereka. Ada yang dengan mudah menulis, ada yang garuk-garuk kepala karena hanya menemukan empat saja. Ketika semua mengumpulkan hasil yang sudah ditulis, saya langsung memeriksanya.

Ketika sampai pada salah satu murid saya, saya mengeryitkan kening.  Super Jupiter ? Saya tanya kepadanya apa maksudnya.

”Itu lho bu, nama bintang”, jawabnya. Nama bintang ? ”Iya, yang ada di televisi. Yang suka nyanyi.”

Saya tersadar. Ya Allah, maksudnya Super Junior, grup musik asal korea yang sedang naik daun.  Saya menghela nafas bukan menahan jengkel namun untuk menahan senyum. Bersyukur saya punya teman yang sangat menggilai korea jadi pernah mendengar grup musik ini meski tidak pernah tahu wajah-wajah mereka.

”Itu bukan termasuk benda langit”, jelas saya kepadanya.

Murid saya melongo polos. ”Tapi kan bintang. Bintang termasuk benda langit.”

Nah, bagaimana ini ? Saya yang salah menjelaskan atau memang budaya pop yang telah masuk ke dunia anak-anak ?

”Memang bintang, tetapi bintang televisi. Tidak sama dengan bintang di langit. Bintang televisi itu adalah idola yang bisa kita lihat di televisi. Dia juga manusia seperti kita. Tapi dia ada di bumi, tidak di langit.”

Murid saya pun mengangguk dengan mulut membentuk huruf o sempurna. Ah, televisi. Keberadaannya telah menyatu dalam denyut nadi kehidupan manusia. Berpengaruh tidak saja kepada orang dewasa namun juga anak-anak. Mempengaruhi dalam keseharian. Perlu pendampingan untuk mereka agar tidak salah paham.


No comments:

Post a Comment