Pages

Sunday 1 May 2011

Best Friend Forever

Ada satu murid saya cemberut usai aktivitas bermain bersama di jam istirahat. Sebabnya adalah teman yang biasa bermain bersamanya memilih bermain dengan teman yang lain, bukan dia.
@farworldmovement.blogspot.com

Ketika saya tanya, sang teman mengatakan kalau dirinya mengatakan ingin bermain dengan yang lain. Jawaban polos khas anak-anak. Saya mencoba mencari tahu lebih jauh. Murid saya pun akhirnya bercerita mengapa dirinya memilih bermain dengan yang lain.

Kalau bermain dengan murid saya yang cemberut tadi, dirinya merasa harus mengalah dan ikut apa maunya. Bermain balok terus padahal kadang dia juga ingin bermain dengan yang lain. Dirinya melihat lebih seru sebab teman-teman bermainnya macam-macam, bermain lempar tangkap bola, menepuk stik es krim, membaca bersama komik upin ipin, atau bermain menulis surat. Semuanya bergantian boleh mengeluarkan idenya. Ketika dirinya mengatakan keinginananya, si murid saya yang cemberut itu marah.

”Katanya saya melanggar perjanjian pertemanan, Bu Erna.” Perjanjian pertemanan ? ”Ya, best friend forever. Akan berteman terus selamanya. Tidak akan meninggalkan teman dengan berteman dengan yang lain. Padahal saya juga ingin bermain dengan teman-teman yang lain. Kan kata bu guru kita harus berteman dengan semuanya.” Jawaban polos namun bijaksana untuk seorang anak kelas 1 sekolah dasar.

Saya kemudian berdiskusi dengan semua murid yang jumlahnya tujuh belas itu. Tentang berteman dengan siapa saja. Tidak hanya dengan satu teman. Bermain bersama pun harus saling rukun, mengalah tidak memaksakan keinginannya. Kata rukun lebih saya tekankan karena kebetulan masuk dalam materi pelajaran mereka juga. Jadi sekaligus belajar mempraktikkan hidup rukun di kehidupan sehari-hari.

”Kalau hanya senang dengan satu teman lalu saat teman itu tidak masuk sekolah atau pindah sekolah, apakah kemudian kita tidak bermain sebab tak punya teman?” tanya saya kepada mereka.Semua murid saya kompak menjawab tidak.

”Apa enaknya bermain sendirian. Di rumah sudah bermain sendiri, masak di sekolah juga bermain sendiri. Tidak seru, Bu. ”


Mendengar jawaban itu pun saya menjadi tersenyum lega. Lebih lega ketika melihat semua murid bermain bersama tak terkecuali dengan murid saya yang cemberut tadi. Semua kembali berjalan di atas relnya. Bagaimana pun, menanamkan pengertian dan pemahaman tentang hidup bersama-sama dengan yang lain kepada anak-anak sangat diperlukan sejak dini. Agar ketika dewasa kelak, mereka lebih mudah menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Tidak egois dan menang sendiri. Selalu bisa menyesuaikan diri dalam kelompok dengan warna apapun. Namun juga tetap memiliki pendirian dan tahu pasti resiko pilihan. Tidak mudah hanyut dengan hal-hal disekitarnya. Tidak pula hanya tergantung pada satu hal atau seseorang saja sebab akan sangat merepotkan bila di kemudian hari,  dia dihadapkan pada sebuah kenyataan dimana dia sendirian tanpa teman yang biasa ada di dekatnya.

No comments:

Post a Comment