Pages

Wednesday 27 July 2011

Belajar Mengerti Anak-anak

murid kelas satuku

Saya tersenyum sendiri ingat perbincangan dengan beberapa murid yang sekarang telah kelas 4 sekolah dasar di lobi tadi siang. Perbincangan santai bermain tebak kata. Menyebutkan nama apapun yang diminta dengan huruf awalan tertentu. Siapa yang cepat maka dialah pemenangnya. Ah, waktu berjalan cepat. Tak terasa murid-murid yang dulu imut dan malu-malu menjadi anak-anak periang, lebih terbuka dan akrab. Remaja kelas empat sekolah dasar.

Saya teringat satu peristiwa dengan mereka dulu ketika kelas 1. Peristiwa yang memberi pengetahuan sekaligus pelajaran berharga akan penggunaan kata dari saya, salah satu para dewasa.

Tuesday 26 July 2011

Percayai Mereka, Anak-anak Kita

izzzatt.blogspot.com

Satu murid meluncur dengan cepat sambil berteriak-teriak senang. Ketika tali pengerem kecepatan luncur membuatnya melambat dan kemudian berhenti sambil berputar-putar, terlihat raut bangga dan senang di wajahnya.
”Hebat! Rasanya seperti terbang. Aku bisa kan, Ma ?” kata murid saya kepada ibunya. Sang ibu hanya tersenyum sambil mengacaukan rambut anaknya.

Sunday 24 July 2011

Waw, kertasnya basah dan tintanya luntur !

gambar sebelum kena air
Itulah kata-kata yang terdengar ketika saya menuangkan air di atas kertas bergambar hasil cetakan printer. Kepala-kepala kecil itu kemudian saling melongok berebut melihat tinta yang luntur bersama dengan air yang saya tuangkan.

”Gambarnya menjadi tidak jelas, Bu”, kata salah satu murid saya. Saya mengangguk. ”Gambarnya menjadi jelek”.

Diskusi ini terjadi ketika saya mengedarkan undangan pentas kelas pada akhir semester dua di kelas satu. Mereka memperhatikan undangan yang saya bagikan. Ada pertanyaan mengapa undangannya dilapisi dengan plastik. Pertanyaan tersebut saya kembalikan kepada murid-murid. Banyak jawaban muncul. Agar kertasnya tidak lusuh, agar bagus, agar rapi, dan agar tidak kotor.

Makan Bekal Bersama


alhamdulillah, makananku sehat
Ketika di semester kedua term 4, tiga bulan terakhir di kelas 1, ada kebiasaan yang saya lakukan bersama anak – anak setiap pukul sembilan pagi. Saya ikut makan bekal bersama mereka. Pada jam itu adalah waktu mereka untuk makan bekal dan beristirahat.

Banyak hal menarik saya dapati dengan aktivitas ini.

Saturday 23 July 2011

Hanya Beberapa Menit

agusurachman.wordpress.com
Tanggal 17 Juli 2011 pukul sembilan pagi saya ada di acara akad nikah seorang teman. Usai kata sah yang diucapkan para saksi, saya tertegun menyadari sesuatu. Saya baru sadar bahwa ’kontrak seumur hidup’ manusia dalam jalin pernikahan hanya berlangsung kurang dari 2 menit. Kegiatan yang lain adalah ornamen untuk mempercantik prosesi saja walau durasi yang diperlukan lebih lama. Simpulan ini saya sampaikan kepada seorang teman, dan dia bilang ’dasar pengamat’. Hehehe memang menjadi orang di luar lingkaran memungkinkan kita bisa mengamati lebih jelas. Juga berkomentar pastinya.

Wednesday 20 July 2011

Kadang Kita pun Perlu Melihat Ke Bawah

bermain meski terjepit berdiri
Perjalanan dari Surabaya ke Kediri bisa ditempuh dengan kereta api. Tetapi kereta api ekonomi. Tidak ada kereta api bisnis atau bahkan eksekutif. Mungkin jarak tempuh yang pendek satu penyebabnya. Jarak yang cukup pendek namun memerlukan waktu yang cukup lama. Biasanya 3 jam.

Beberapa waktu yang lalu, saat pulang ke Kediri saya naik kereta api. Niat awal naik bus yang nyaman ber-ac dengan ketenangan yang memungkinkan untuk tidur. Namun kondisi badan yang kurang enak membuat saya ragu ke Bungurasih dan membelokkan motor ke arah Gubeng. Naik kereta saja. Kebetulan jam menunjukkan setengah jam lagi ada kereta yang lewat.

Tuesday 19 July 2011

Adil itu Tidak Sama

greenhotelparis.com
Saya tersenyum membaca cerita liburan salah seorang murid. Ceritanya cukup menarik dan detail. Pemaparannya pun jelas dan khas anak-anak. Gaya menulisnya bagus. Luar biasa untuk ukuran murid kelas satu. Padahal di kesehariannya, dia termasuk anak pendiam tak banyak bersuara. Ternyata saya menemukan bagaimana ”cerewetnya” murid saya itu melalui tulisan ceritanya.

Dia menceritakan dibelikan anting-anting baru oleh ibunya. Kakak perempuannya pun dibelikan pula. Anting-anting berbandul hello kitty lucu. Sama. Yang membedakan adalah warna dan ukurannya. Murid saya mendapatkan anting-anting lebih kecil daripada milik kakaknya. Dia menulis kalau hal itu wajar sebab kakaknya lebih besar dan kalau anting-antingnya kecil nanti kesempitan. Begitu pula bila murid saya memakai anting-anting besar, akan menjadi kebesaran pastinya.

Mandiri Sejak Dini

ekspresi anak-anak
Hal penting yang menjadi fokus kami dalam mendidik anak-anak di sekolah salah satunya adalah melatih kemandirian mereka. Anak-anak di kelas satu dan dua terutama, terbiasa dilayani baik oleh orang tua atau mbak. Segala macam kebutuhan mereka tersedia dan tinggal membawanya saja. Sehingga mereka kerap kikuk melakukan sesuatu yang mungkin bagi beberapa anak lain mudah. Pada tataran ini, lingkungan berperan besar akan kemandirian seseorang.

Melatih kemandirian pada anak memang tidak mudah. Tidak mudah disini saya artikan sebagai kerelaan menunggu dan sabar. Kerap sebagai para dewasa, melihat anak-anak yang pelan-pelan dalam memakai kaos kaki contohnya, sering memunculkan ketidaksabaran pada kita. Sambil (mungkin) mengomel kenapa memakainya  lama sekali, kita memutuskan memakaikan kaos kaki itu dengan berbagai pertimbangan (takut terlambat, takut kena macet, dan banyak lagi). Kita tidak sadar kalau tidak memberi kesempatan pada anak-anak untuk belajar mandiri.

Monday 18 July 2011

Perhatian : Hal Kecil Namun Penting

memberi perhatian belajar wudhu yang benar
Bergaul dengan anak-anak membuat saya mengerti bahwa tidak ada sesuatu yang remeh di dunia ini. Semua berharga. Sekecil apapun yang kita lakukan. Atau malah kadang kita melakukannya secara spontan saja tanpa memikirkan pengaruhnya.

Seorang wali murid bercerita kalau anaknya yang semula malas-malasan les piano menjadi sangat bersemangat setelah mendapat pujian dan dukungan dari saya, gurunya. Awalnya saya bingung. Dukungan dan pujian apa yang saya telah lakukan ?

Sunday 17 July 2011

Menjadi Masyarakat Berbudaya

http://mamzelleb.over-blog.com
Ketika masih menjadi mahasiswa dulu, saya suka sekali dengan mata kuliah civilisation français yang diampu oleh Mme. Alice. Ada satu sesi kita harus mempelajari sopan-santun dalam masyarakat (savoir-vivre). Saya ingat di LIP Jogja, ada banyak buku yang mengulas tentang sopan-santun ini dari penerbit yang berbeda-beda. Mulai dari edisi anak-anak (français facile) sampai edisi dewasa yang kerap memerlukan kamus terjemahan untuk memahaminya.  

Sunday 10 July 2011

Marah ? Boleh kok


mengenal marah, sedih, kecewa, dan bahagia
Murid saya ada yang berselisih paham ketika sedang bermain bersama. Sebabnya adalah salah satu murid tidak mau berbagi balok ketika bermain rancang bangun. Murid saya yang merasa baloknya hanya dapat sedikit lalu ngambek. Wajahnya cemberut dan meski diam saja namun ada genangan air di matanya.

Di saat yang berbeda, saya membuka diskusi tentang rasa marah. Awalnya saya membacakan sebuah cerita pendek bergambar tentang anak yang marah. Diskusi dibuka dengan pertanyaan tentang sebenarnya apa sih marah itu ? Bagaimana cirinya kalau kita marah ?

Friday 8 July 2011

Bersediakah Kita Mendidik ?

Ketika masih di Jogja, saya pernah mengajar sekelompok anak jalanan di rumah singgah dekat Kali Code. Mengajari mereka membaca dan menulis. Usia mereka beragam. Ada yang tujuh tahun, sembilan tahun, bahkan delapan belas tahun. Perbedaan usia, gaya keseharian yang berbeda, dan sarana seadanya, awalnya membuat saya agak kesulitan menemukan cara mengajar yang terpahami oleh semua. Agak kikuk juga.  Namun berkat sedikit penyiasatan, semua bisa berjalan lancar.

k-maro.vip-blog.com
Saat itu, cukup terharu melihat usaha mereka untuk bisa membaca dan menulis. Meskipun tertatih-tatih dan cukup membutuhkan kerja ekstra sabar, mereka bisa membaca sedikit demi sedikit. Bahagia rasanya. Bagaimana pun, bisa membaca dan menulis adalah hak semua anak. Tidak terbatas pada anak dengan orang tua yang berkemampuan saja.

Sebagai pendidik, kita pun seyogyanya tidak memilih-milih murid. Tidak pula berprasangka tentang calon anak didik kita hanya karena apa yang ada di dirinya (warna kulit, rambut, ukuran badan dll) dan pernik-pernik yang melingkupinya. Bagaimana pun, bila kita adalah pendidik dan bukan sekedar pendidik namun pendidik mumpuni, kita akan menerima semua anak untuk kita didik.

Kebarat-baratan

Untuk kesekian kalinya seorang ibu muda di sebelah saya mengambil cermin kecil dari dalam tasnya dan mematut diri. Membenahi riasan yang masih sangat sempurna. Entah untuk yang keberapa kali, dia melihat arlojinya yang berkilau dengan warna cukup mencolok sambil mengayun-ayun kaki yang berbalut sepatu bermerk luar negeri.
wongalus.wordpress.com

Awalnya saya cuek saja. Namun gerakan terlalu banyak yang dilakukannya membuat saya sedikit menoleh. Diam-diam mengamati. Hm... Semua yang dipakai di tubuh terlihat mahal. Tas jinjing bermerk dari salah satu negara di eropa.  Bajunya pun terlihat mahal. Serasa melihat manekin yang baru saja keliling dunia.

Thursday 7 July 2011

Belajar Menjadi Ibu

uglorable.com
Baru saja saya menutup telfon dari seorang teman. Kawan lama semasa di SMA. Hampir 60 menit kami berbincang. Mengabarkan tentang berita masing-masing. Dia yang telah memiliki dua orang anak dan menetap di Jogja.

Teman saya menceritakan bagaimana menariknya menjadi seorang ibu. Banyak hal baru yang dialaminya.  Banyak hal yang membuatnya takjub. Banyak deg-degan dan banyak banyak yang lainnya lagi. Terlihat senang bersemangat teman saya itu.

Menjadi ibu. Banyak orang mengatakan kodrat seorang perempuan salah satunya adalah menjadi seorang ibu. Mengandung, menyusui, merawat, membesarkan, dan mendidik anak. Tugas berat namun mulia. Sampai-sampai terfatwakan bahwa surga ada di telapak kaki ibu. Orang yang harus dihormati di dunia pun untuk urutan pertama, kedua, dan ketiga dipegang oleh ibu karena apa yang telah beliau lakukan dan korbankan untuk merawat dan mendidik anak-anaknya.

Namun meski menjadi ibu adalah kodrat seorang perempuan, tetap diperlukan persiapan dan belajar sebelumnya. Banyak ungkapan mengatakan bahwa menjadi ibu itu sudah kodrat, fitrah, naluriah, karena itu otomatis pasti bisa menjadi ibu sebab memang sudah ada bekal dari sananya. Benarkah demikian ?

Wednesday 6 July 2011

Cura Personalis

Ada saat saya berbicara santai dengan murid-murid melingkar di atas karpet. Bercerita tentang banyak hal. Kadang murid yang bercerita dan saya mendengar, kadang saya bercerita dan mereka mendengar. Banyak hal saya dapatkan dari perbincangan-perbincangan itu. Mengenal mereka dan apa yang biasa mereka lakukan di rumah. Menyenangkan melewati suasana seperti itu.
belajar mendengar dan didengar

Kerap murid-murid begitu bersemangat dan tertawa-tawa ketika mendengar cerita teman mereka yang lucu. Atau juga senyum-senyum senang ketika mendengar saya menyebutkan nama mereka satu per satu lengkap dengan alamat rumahnya juga nama orang tuanya.

Bila kebetulan saya lupa nama salah satu orang tuanya, dengan senang hati murid saya akan membantu. Kadang saya dengan sengaja memperlama menyebutkan nama beberapa anak, mereka dengan tidak sabar akan mengangkat tangan dan bilang belum disebut.

Monday 4 July 2011

Jeda Untuk Sebuah Keseimbangan

igcomputer.com

Satu hari tadi ada acara keluar bersama dengan teman-teman sesama pengajar keluar kota. Acaranya santai. Tidak ada sesuatu yang ribet dan rumit. Berbicara santai, melihat pemandangan yang berbeda dari biasanya, memancing, dan seperti kegiatan bersama-sama, ditutup dengan acara makan-makan.

Semuanya terlihat nyaman. Tidak saya temui wajah cemberut sepanjang kegiatan. Yang sering terdengar adalah tawa dan candaan di sana-sini tanpa beban. Baik beban materi, beban administrasi, atau beban-beban yang lain. Semua beban untuk sementara disimpan. Suasana terasa lebih akrab dan berkurang formalnya. Terasa lebih manusiawi hehehehe.

Saturday 2 July 2011

Empan Papan

Empat tahun yang lalu saat pertama kali bekerja di Surabaya, saya sempat mengalami gagap budaya. Perbedaan budaya antara tempat lama dan tempat baru saya cukup mencolok. Maklum, saya yang akrab dengan aroma Jogja harus berhadapan dengan aroma Surabaya. Proses adaptasi lingkungan pun saya lalui.
historinasafitri.wordpress.com
Pada awalnya, memang terjadi beberapa benturan budaya. Contoh saja kebiasaan memanggil teman. Dulu ketika di Jogja, panggilan jeng biasa kami pakai antar-teman. Kebiasaan itu terbawa ke Surabaya. Apa yang terjadi ? Banyak teman memprotes panggilan itu sebab berasa sudah tante-tante saja dipanggil jeng. Saya pun belajar menyesuaikan meski kerap masih juga lolos ucapan jeng ini. Lalu kata bali untuk pulang dalam bahasa jawa (terutama Jogja dan Jateng). Di Surabaya, bali adalah sejenis nama menu makanan. Ketika saya mengatakan ; ‘aku bali dhisik’ maka oleh semua teman dengan nada menggoda akan menjawab aku mau gule Na, bukan bali. Hahahaha...

Berbeda, mengapa tidak ?

Untuk kali ketiga saya melihat film animasi lama Ratatouille diputar di sebuah stasiun televisi. Entah mengapa saya tetap menyenanginya meski telah hafal jalan ceritanya. Bercerita tentang seekor tikus kecil yang berbeda dengan tikus yang lain. Tikus itu bernama Remy dan memiliki mimpi yang aneh dimata sesama tikus.
wildaboutmovies.com
 Mimpi menjadi seorang koki profesional. Dari perilaku saja, Remy telah berbeda dengan sesama tikus. Remy tidak mau memakan makanan sisa seperti umumnya tikus. Remy juga berusaha berjalan hanya dengan dua kaki meskipun kerap dianggap aneh oleh yang lain. Sebab yang berjalan di atas dua kaki adalah makhluk jahat bernama manusia, binatang seperti Remy selayaknya berjalan di atas empat kaki.

Friday 1 July 2011

Pedas dan Asamnya Sambal Pencit

Pernahkah anda mencicipi masakan madura bernama nasi jagung ? Kalau pernah, pasti akan anda temui sesendok teh sambal pencit di sana. Sambal merah dengan irisan tipis-tipis mangga muda memadukan rasa yang menakjubkan. Pedas, gurih, sekaligus asam namun segar. Kuantitas sambal yang diberikan penjual nasi jagung, membuat kita kadang merasa penasaran.

Hening

green-track.blogspot.com
Kala malam tiada berbintang
Tampak redup wajah rembulan
Hening sunyi sangat mencekam
Desir angin pun tanpa suara
Kutermenung menatap alam
Kepasrahan semakin dalam
Jagat raya dan seisinya
Lukisan segala kuasa
Kehidupan di alam semesta
Mengagumkan dan luar biasa
Semakin kurasa keagungan ini
Karya ciptamu Tuhan

Potongan lirik lagu Hening yang dinyanyikan Chrisye kembali saya dengar pagi ini di radio. Saya tertegun mendengarnya.

Hening. Sudah lama saya tidak mengalami situasi itu. Dulu semasa di Jogja, saya pernah sempat melihat dan ikut-ikutan acara tapa bisu mubeng beteng. Sunyi dan melarutkan. Apalagi dilakukan tengah malam. Tidak ada yang berbicara, semua hanya berjalan sambil menunduk. Acara ini dilakukan setiap awal tahun jawa sebagai refleksi sekaligus persiapan diri menyongsong tahun baru. Semacam ajang perenungan diri. Saat seperti itu, saya ingat bagaimana keheningan begitu nyata. Banyak orang, namun semua hanya diam dan berjalan. Lebur dengan diri. Lebur dengan alam. Lebur dengan Yang Menciptakan.