Pages

Friday 8 July 2011

Bersediakah Kita Mendidik ?

Ketika masih di Jogja, saya pernah mengajar sekelompok anak jalanan di rumah singgah dekat Kali Code. Mengajari mereka membaca dan menulis. Usia mereka beragam. Ada yang tujuh tahun, sembilan tahun, bahkan delapan belas tahun. Perbedaan usia, gaya keseharian yang berbeda, dan sarana seadanya, awalnya membuat saya agak kesulitan menemukan cara mengajar yang terpahami oleh semua. Agak kikuk juga.  Namun berkat sedikit penyiasatan, semua bisa berjalan lancar.

k-maro.vip-blog.com
Saat itu, cukup terharu melihat usaha mereka untuk bisa membaca dan menulis. Meskipun tertatih-tatih dan cukup membutuhkan kerja ekstra sabar, mereka bisa membaca sedikit demi sedikit. Bahagia rasanya. Bagaimana pun, bisa membaca dan menulis adalah hak semua anak. Tidak terbatas pada anak dengan orang tua yang berkemampuan saja.

Sebagai pendidik, kita pun seyogyanya tidak memilih-milih murid. Tidak pula berprasangka tentang calon anak didik kita hanya karena apa yang ada di dirinya (warna kulit, rambut, ukuran badan dll) dan pernik-pernik yang melingkupinya. Bagaimana pun, bila kita adalah pendidik dan bukan sekedar pendidik namun pendidik mumpuni, kita akan menerima semua anak untuk kita didik.


Sebab bila memang sebagai pendidik dan kita hanya mau menerima calon anak didik yang sesuai dengan kriteria (pandai, penurut, sopan, pandai calistung dll), lalu apa yang akan kita didikkan pada mereka ? Toh mereka telah memilikinya.  Lalu bagaimana pula nasib anak-anak yang kebetulan belum bisa membaca, menulis, dan berhitung, juga belum mengenal sopan-santun ? Akan kita kemanakan mereka ?

Pada buku Effective Teaching karya Richard Dunne dikatakan bagaimana seharusnya sikap kita sebagai pendidik seharusnya pada calon anak didik. Salah satunya adalah bagaimana memperlakukan anak-anak itu sebagai manusia juga. Menghargai dan mengapresiasi mereka tanpa terbelenggu pada kesan luar, nilai akademik, dan anggapan saja.

Perlakuan manusiawi dari para pendidik pada anak-anak dan pemberian kesempatan  belajar dan maju ke depan, kiranya akan mampu memotivasi mereka  ke arah yang lebih baik. Bila semua pendidik rela dan mau menerima siapa pun untuk menjadi anak didiknya tanpa pandang bulu, mungkin sekali warna negeri ini akan sedikit cerah di masa mendatang. Berharap.  








1 comment:

  1. yo bersedia waelah jah....gicu aja kok repot!!!!

    ReplyDelete