Pages

Friday 8 July 2011

Kebarat-baratan

Untuk kesekian kalinya seorang ibu muda di sebelah saya mengambil cermin kecil dari dalam tasnya dan mematut diri. Membenahi riasan yang masih sangat sempurna. Entah untuk yang keberapa kali, dia melihat arlojinya yang berkilau dengan warna cukup mencolok sambil mengayun-ayun kaki yang berbalut sepatu bermerk luar negeri.
wongalus.wordpress.com

Awalnya saya cuek saja. Namun gerakan terlalu banyak yang dilakukannya membuat saya sedikit menoleh. Diam-diam mengamati. Hm... Semua yang dipakai di tubuh terlihat mahal. Tas jinjing bermerk dari salah satu negara di eropa.  Bajunya pun terlihat mahal. Serasa melihat manekin yang baru saja keliling dunia.

Jadi teringat masa kuliah dulu. Anak-anak jurusan bahasa asing yang modis dengan bahasa sengaunya. Bergerombol dan duduk-duduk di bawah rindangnya pohon sambil mencicipi croisant atau sekedar pamer kamus karangan ibu Farida Sumargono. Sudah berasa jadi rakyatnya Napoleon saja. Yang lain lewat. Urusan kemampuan berbahasa masih tambal sulam itu urusan beda hehehehe.

Mengenang masa itu, ada sedikit rasa malu juga. Ternyata sempat pula mengikuti arus berkiblat pada eropa namun yang luaran saja. Gaya ’bule’ yang kasat mata.


Perkenalan dengan seorang dari Toulouse membuka wawasan baru. Bule yang sederhana dan tidak modis sama sekali. Tidak prancis (dalam benak kami dulu prancis adalah negara pusat mode saja).  Bercelana kaki dengan hem lengan panjang digulung. Suka sekali dengan makanan berbumbu rempah dan sangat tertarik dengan acara batik membatik.

Teman bule ini mengenalkan prancis dari sisi yang berbeda. Keluarga yang utuh sampai tua, menikah, anak-anak yang bersemangat belajar tinggi, pengetahuan yang menakjubkan sebab diajak berbicara tentang apa saja paham, disiplin tubuh yang dilatih sejak usia anak-anak dengan wajib membaca (1 buku satu dalam satu minggu ketika kelas tiga sd), kebanggaan terhadap diri dan kemandirian dalam hidup.

Prancis bukan hanya menara eifel, romantisme, keju, anggur, louis vuitton, hermes, fashion, minyak wangi,  dan kastil-kastilnya. Namun negara itu bisa besar dan maju sampai sekarang adalah karena kerja keras, disiplin, konsistensi, dan   kemauan untuk selalu berjuang dan belajar sampai akhir pada orang-orangnya.

Pengetahuan inilah yang menyadarkan saya bahwa apa yang terpahami selama ini tentang barat (eropa dan amerika) dan ditiru hanya luaran dan sebagian kecil saja. Tidak mendalam. Kebarat-baratan yang kerap terpahami masyarakat umumnya hanyalah yang negatif dan perilaku konsumtif.

Meniru dan bergaya kebarat-baratan boleh-boleh saja namun alangkah bijak bila yang dilihat tidak satu sisi (konsumtif dan hura-hura) saja. Namun juga semangat belajar, disiplin tubuh membaca, dan kemauan untuk bekerja keras juga. Bagaimana ?


  







No comments:

Post a Comment