Pages

Monday 18 July 2011

Perhatian : Hal Kecil Namun Penting

memberi perhatian belajar wudhu yang benar
Bergaul dengan anak-anak membuat saya mengerti bahwa tidak ada sesuatu yang remeh di dunia ini. Semua berharga. Sekecil apapun yang kita lakukan. Atau malah kadang kita melakukannya secara spontan saja tanpa memikirkan pengaruhnya.

Seorang wali murid bercerita kalau anaknya yang semula malas-malasan les piano menjadi sangat bersemangat setelah mendapat pujian dan dukungan dari saya, gurunya. Awalnya saya bingung. Dukungan dan pujian apa yang saya telah lakukan ?


Wali murid saya pun bercerita bila anaknya menjadi bersemangat  setelah bercerita kalau sedang belajar bermain piano. Saat itu saya mengatakan hebat, kalau latihannya rajin pasti bisa menciptakan lagu seperti Kak Jerry (guru vokal di sekolah). Saat itu murid saya yang dasarnya periang tertawa-tawa senang. Saya tidak menduga sesampainya di rumah, dia bercerita kepada ibunya. Latihan piano yang awalnya malas-malasan menjadi lebih giat.

Senang, bangga, sekaligus terharu. Tidak menyangka kalau apresiasi spontan menjadi motivasi yang kuat bagi murid saya.

Di lain waktu, saya mendapat telfon dari wali murid yang lain. Dalam setahun, kami sangat jarang berkomunikasi. Bila berkomunikasi pun hanya melalui sms, itupun tak lebih dari lima kali selama satu tahun. Namun di awal tahun pelajaran, ketika bertemu saya kembali pada jenjang selanjutnya, wali murid saya menelfon lama. Mengabarkan bagaimana bangga putrinya dengan saya hanya karena saya memberi komentar cantik di fotonya di jejaring sosial yang sedang memakai kebaya. Hal kecil, namun mampu membuat anak-anak merasa senang dan diterima oleh kita, para dewasa.

Melihat hal-hal kecil dan spontan yang saya lakukan dan pengaruhnya kepada murid-murid membuat saya pun lebih berhati-hati pula dalam memilih kata. Bila anak-anak dengan mudah dimotivasi dengan kata-kata pujian yang mendukung, mereka pun akan mudah jatuh hanya dengan kata-kata pendek namun mematikan yang dikatakan gurunya.

Tataran usia kelas satu, dua, dan tiga adalah masa dimana anak-anak sangat patuh kepada guru. Semua kata-kata yang diucapkan gurunya, akan berpengaruh pada sikap mereka. Perkataan guru lebih penting daripada perkataan dari orang tua. Bila kita memberi motivasi dan arahan yang baik di usia ini, maka dapat dipastikan semua akan terekam dengan baik oleh anak-anak. Membantu mereka menjadi calon manusia yang bertanggung jawab. Namun juga sebaliknya, di saat tersebut, anak pun akan mudah terluka dan merekam hal buruk yang dialaminya karena perlakuan gurunya.

Tinggal kita, para dewasa yang menentukan. Bila hal kecil saja telah mampu memotivasi mereka, mengapa kita harus memilih hal kecil yang mematikan kreativitas mereka, anak-anak kita ?









3 comments:

  1. ukuran sering menjadi "persoalan". Kita sering enggan memberikan sesuatu karena kita anggap itu sesuatu yang kecil dan sederhana. Padahal bagi orang yang kita berikan bisa saja itu jadi sesuatu yg akan terus diingat...

    ReplyDelete
  2. Terima kasih ........ bisa jd masukan untuk yang lain, tdk saja untuk guru yang mengajar tp juga untuk ayah, ibu, mama, papa, tante, bude, nenek, oma, opa, om dalam mengasuh anak, keponakan ato bahkan cucu.........

    ReplyDelete
  3. Anonim, setuju :-)

    Mbak Tyas, terimakasih ya apresiasinya :-)

    ReplyDelete