ekspresi anak-anak |
Melatih kemandirian pada anak memang tidak mudah. Tidak mudah disini saya artikan sebagai kerelaan menunggu dan sabar. Kerap sebagai para dewasa, melihat anak-anak yang pelan-pelan dalam memakai kaos kaki contohnya, sering memunculkan ketidaksabaran pada kita. Sambil (mungkin) mengomel kenapa memakainya lama sekali, kita memutuskan memakaikan kaos kaki itu dengan berbagai pertimbangan (takut terlambat, takut kena macet, dan banyak lagi). Kita tidak sadar kalau tidak memberi kesempatan pada anak-anak untuk belajar mandiri.
Di sekolah, setiap selasa pagi, anak-anak ada pelajaran berolah raga. Mereka memakai seragam olah raga sejak dari rumah. Usai berolah raga, ada waktu setelah memakan bekal untuk berganti pakaian. Meskipun masih kelas satu, kami membedakan ruang ganti mereka antara anak laki-laki dan anak perempuan.
Kegiatan berganti baju adalah proses pembelajaran mandiri bagi murid saya. Sebagai guru, saya mengawasi dan mengarahkan mereka bagaimana cara memakai seragam. Dari hal tentang cara melepas dan mengancingkan kancing baju, memakai celana/rok dan ikat pinggang, juga dasi. Awalnya banyak anak yang kesusahan. Waktu yang mereka perlukan pun cukup lama. Namun seiring perjalanan waktu, mereka akhirnya bisa berpakaian sendiri.
Tak terpungkiri awalnya kalau proses pembelajaran mandiri ini memerlukan sedikit ekstra kesabaran dan konsistensi. Misalnya pembiasaan untuk selalu melipat kembali baju olah raga ke dalam tas. Repot sedikit untuk memeriksa baju tersebut sudah terlipat rapi atau belum. Bila belum, mereka pun harus melipat ulang. Setelah beberapa waktu, anak-anak akan terbiasa untuk selalu melipat bajunya.
Anak-anak memang hanya memerlukan arahan dan kesempatan untuk belajar saja. Tugas kita, para orang tua, adalah membimbing dan sedikit bersabar menunggu mereka melakukan sendiri. Bila kita tidak tega dan selalu melayani keperluan mereka, kita menanamkan sebuah ketergantungan. Mungkin di saat mereka masih anak-anak, ketergantungan itu masih bisa ditoleransi. Namun bila ketergantungan itu menahun dan mengakar pada perilaku mereka sampai dewasa, akan menjadikan bumerang bagi kita, para dewasa sendiri.
Ketika kelak, anak-anak manis yang sebenarnya mampu menjadi pribadi mandiri itu pada masa dewasanya menjadi pribadi merepotkan dan tergantung kepada semua orang, alangkah akan sangat disayangkan bukan ?
Ingat betapa kerasnya Ortu kita melatih kemandirian...terbawa sampe sekarang. Seringkali geregetan bila liat anak g mandiri...hi3x
ReplyDeleteHehehehehe, iya. Tidak ada kata diantar dan ditemani :-)
ReplyDelete