Pages

Tuesday 19 July 2011

Adil itu Tidak Sama

greenhotelparis.com
Saya tersenyum membaca cerita liburan salah seorang murid. Ceritanya cukup menarik dan detail. Pemaparannya pun jelas dan khas anak-anak. Gaya menulisnya bagus. Luar biasa untuk ukuran murid kelas satu. Padahal di kesehariannya, dia termasuk anak pendiam tak banyak bersuara. Ternyata saya menemukan bagaimana ”cerewetnya” murid saya itu melalui tulisan ceritanya.

Dia menceritakan dibelikan anting-anting baru oleh ibunya. Kakak perempuannya pun dibelikan pula. Anting-anting berbandul hello kitty lucu. Sama. Yang membedakan adalah warna dan ukurannya. Murid saya mendapatkan anting-anting lebih kecil daripada milik kakaknya. Dia menulis kalau hal itu wajar sebab kakaknya lebih besar dan kalau anting-antingnya kecil nanti kesempitan. Begitu pula bila murid saya memakai anting-anting besar, akan menjadi kebesaran pastinya.


Hm... senang mengetahui pengertian konsep adil pada murid saya. Orang tuanya pasti orang tua hebat. Mampu memahamkan bagaimana sesuatu yang adil itu bukan berarti sama. Saya mengamini konsep adil yang berarti tidak sama ini.  

Saya sering melakukan keputusan adil yang berarti tidak sama ini. Sebagai pendidik, sudah pasti saya memahami kalau kemampuan setiap murid saya berbeda-beda. Ada yang cepat sekali paham akan sesuatu, ada yang perlu waktu lebih lama untuk paham, ada pula yang harus berulang-ulang disampaikan maka baru paham.

Menilik kemampuan yang beragam ini, maka untuk beberapa murid yang memang memerlukan belajar lebih intens maka ada remidi yang harus saya lakukan. Mereka menambah waktu belajar bersama saya selama kurang lebih satu jam. Saya menjelaskan apa yang memang belum mereka pahami. Bukan bermaksud menganak emaskan atau pun membedakan. Pemahaman bahwa semua murid memiliki hak yang sama untuk memahami materi pelajaranlah yang mendasarinya. Andai saya menyamakan perlakuan pembelajaran kepada murid-murid, akan sangat tidak adil rasanya. Untuk anak-anak yang cukup cepat memahami sesuatu mungkin tidak menjadi masalah, namun berbeda halnya dengan anak-anak yang memerlukan waktu lebih lama untuk paham.

Konsep bahwa adil itu tidak sama saya pahami ketika lebaran di rumah nenek. Saat itu saya masih kecil. Saya mendapat uang saku lebaran lebih kecil daripada 2 kakak saya namun lebih besar dari 2 adik saya. Ketika saya bertanya mengapa uang saku lebarannya tidak sama, nenek dengan sederhana menjawab kalau keperluan kakak yang kebetulan sudah sma lebih besar daripada saya yang masih sd.

Ah, adil memang bukan berarti sama rata sama rasa. Adil itu tidak sama.







No comments:

Post a Comment