Pages

Tuesday 26 July 2011

Percayai Mereka, Anak-anak Kita

izzzatt.blogspot.com

Satu murid meluncur dengan cepat sambil berteriak-teriak senang. Ketika tali pengerem kecepatan luncur membuatnya melambat dan kemudian berhenti sambil berputar-putar, terlihat raut bangga dan senang di wajahnya.
”Hebat! Rasanya seperti terbang. Aku bisa kan, Ma ?” kata murid saya kepada ibunya. Sang ibu hanya tersenyum sambil mengacaukan rambut anaknya.


Ketika sang ibu menoleh, saya hanya tersenyum dan menggangguk. Sang ibu balas tersenyum. Lega. Satu kekhawatiran terlewati. Buah hatinya berhasil meluncur dengan selamat saat flying fox.

Saya melihat satu per satu anak-anak pun telah meluncur dengan gembira. Meskipun awalnya mereka terlihat takut dan sangsi menaiki tangga yang cukup tinggi untuk sampai pada pos peluncuran namun dengan gagah berani mereka melampauinya.

Sebenarnya bukan anak-anak yang khawatir. Lebih kepada para ibu yang ikut datang di acara out bond kelas 1. Kecemasan berawal kepada keamanan permainan ini. Anak-anak hanya dilindungi dengan tali yang diikat di tubuh dan helm kecil di kepala. Tak ada jaring pengaman di bawah. Banyak dari para ibu itu merasa sangsi. Ketinggian pos luncur yang harus didaki, pengamanan yang kurang menyakinkan, juga ketidak percayaan akan keberanian anak mereka. Ketakutan pun menular. Ada sebagian anak yang memutuskan tidak ikut flying fox meskipun awalnya sangat ingin mencoba.

Seorang murid saya diminta ibunya berkali-kali untuk tidak perlu ikut. Namun dia tetap teguh pendirian. Menyakinkan mamanya bahwa dia mampu dan tidak takut ketinggian. Permainan tali yang disarankan sang ibu ditolak sambil mengatakan itu untuk anak taman kanak-kanak. ”Aku sudah besar, mama”. Akhirnya dengan berat hati sang ibu pun mengijinkan. Sebagai gurunya, saya pun ikut menyakinkan para ibu akan keamanan permainan tersebut.

Kadang kita memang perlu meneguhkan hati melepas anak-anak melalui hal-hal sulit tanpa didampingi. Aktivitas bermain di luar (outdoor) contohnya. Anak akan terlatih dalam menguasai perasaan takut dan mengasah keberanian juga ketrampilannya.

Bila kita, para dewasa terus-terusan merasa kasihan, tidak tega, atau khawatir, kerap akan menghambat perkembangan mereka sendiri. Pelayanan dan keterlibatan kita yang kadang berlebihan, membuat anak selalu berada di zona aman dan nyaman. Mereka kurang terlatih ketika berada pada kondisi yang kurang nyaman. Padahal kita tahu bahwa tidak selamanya bisa mendampingi mereka.

Memercayai anak-anak bahwa mereka mampu melakukan sesuatu tanpa bantuan kita akan membawa pengaruh yang bagus untuk kepercayaan diri dan kemandiriannya. Kita, para dewasa cukup mengawasi dan memberi penjelasan bila memang diperlukan untuk kebaikan anak-anak sendiri.


2 comments:

  1. Ngiri...baru setelah lepas SMA aku dapatkan rasa berani itu. Itupun setelah membaca Dale Carnegie (diolok oleh kakak kosku bacaan orang g PEDE). Sangat berbeda dengan anak-anak itu.

    ReplyDelete
  2. Iya, berbeda dengan zaman kita kanak-kanak :-) Namun semua generasi memang ada masanya bukan ?

    ReplyDelete