mengapresiasi karya teman |
‘Iya
nih, sudah tidak sabar.’
Itulah
reaksi anak-anak ketika saya mengatakan akan membuat lapbook lagi. Semangat seperti biasa. Anak – anak memang sudah
akrab dengan kata lapbook. Sejak pertama
kali saya mencoba membuat ‘proyek kecil’ ini, mereka suka dan menikmati proses
pembuatannya. Semua karya yang dilakukan pasti mereka minta untuk diletakkan di lapbook. Cukup bangga dengan lapbook-nya. Memamerkannya kesana
kemari.
Sebenarnya
apa sih lapbook itu ?
Lapbook
sebenarnya buku mini yang berisi informasi tentang sesuatu. Informasi yang bisa
dibuat sendiri dari kreativitas dan pengetahuan anak-anak. Seperti kumpulan
hasil belajar hanya beda tampilannnya.
berkreativitas |
Bila
biasanya hasil belajar itu berwujud kertas-kertas berbentuk persegi panjang
dengan soal, jawaban dan nilai, di lapbook
ini, hasil belajar anak bisa bermacam-macam. Tergantung ide-ide kreatif
dari anak-anak dan kita.
Seru
dan menyenangkan. Apalagi melihat respon anak-anak dan orang tua yang cukup
apresiatif, kerepotan-kerepotan saat menyiapkan lapbook hilang tak berbekas hehehe.
Ide
awal mencoba lapbook ini muncul setelah
saya membaca serunya lapbooking yang
dilakukan anak-anak homeschooling. Menyenangkan
mungkin kalau anak-anak di kelas juga membuat lapbook ini, pikir saya waktu itu.
Apalagi
model pembelajaran dengan lapbook ini
cocok dengan metode pembelajaran tematik (untuk kelas 1,2, dan 3 sd). Di lapbook, anak-anak bisa belajar banyak
hal. Menulis cerita, berhitung, menggambar dan mewarnai, melatih motorik halus dengan
menggunting dan melipat sekaligus pula menumbuhkan kreativitas dan kepercayaan
diri. Untuk dibuat semacam dokumentasi jejak proses belajar anak-anak (porto
folio) pun bagus. Banyak sekali manfaatnya kan ?
Setelah
sedikit melihat-lihat tentang lapbook ini baik melalui youtube atau googling, saya mencoba proyek kecil ini. Lapbooking with my students.
Pertama-tama,
saya siapkan tempat untuk anak-anak membuat lapbook-nya.
Kalau yang di homeschooling dikatakan
memakai kertas lapbook yang bisa
didapat di toko kertas, saya memilih yang sederhana, murah, dan mudah didapat.
Kertas buffalo. Warna buffalo tidak harus sama, kontras pun bagus.
Saya
potong-bentuk kertas buffalo tersebut seperti model buku terbuka. Karena lapbook ini masuk kelas, otomatis saya
harus membuat tempatnya sebanyak anak di kelas. Delapan belas anak. Harus sama
semua sebab saya memegang asas keadilan hehehehe. Namun memang tidak
terpungkiri, saya perlu waktu agak lama menyiapkan lapbook ini.
Reaksi
anak-anak yang selalu bersemangat dan ingin tahu kapan bisa memulai lapbooking-nya membuat saya pun semangat
mewujudkan proyek ini. Saat buku awalnya selesai, anak-anak pun segera
mengisinya.
Temanya
bisa bermacam-macam. Kalau kemarin, tema kami tentang aku. Anak-anak membuat pohon
keluarga masing-masing lengkap dengan gambar anggota keluarganya. Kemudian
diisi cerita perasaan mereka saat bermain gasing, surat untuk mama dan papa, gambar
pertemanan, kamus kecil bahasa inggris yang disukai, dan banyak lagi.
Semua
dilakukan ketika mereka beraktivitas di sekolah. Kebetulan kebanyakan murid
saya memiliki gaya belajar kinestetik, jadi aktivitas lapbooking ini cocok untuk mereka. Mereka bisa sering bergerak
dengan menggunting, menempel, dan memutari kelas mencari ide.
Rasa
senang dan penasaran yang muncul akan jadi seperti apa lapbook-nya nanti memberi dampak positif kepada anak-anak dalam
proses pembelajarannya. Semua karya hasil belajar yang dibuat mereka, bila
memang memungkinkan disimpan di lapbook setelah
saya nilai tentunya. Anak-anak selalu heboh dengan apa yang sudah dibuatnya.
‘Disimpan
di lapbook, ya ? Disimpan di lapbook, ya ?’
my lapbook !!! |
Disimpan
di lapbook dan apresiasi positif
terhadap apa yang telah dibuatnya, sedikit banyak menumbuhkan kepercayaan diri
pada mereka. Bila di awal sempat ada anak yang masih malu dan mengatakan jelek
atas apa yang sudah dibuatnya, sekarang ini anak-anak cukup percaya diri dengan
karyanya. Selalu minta karnya diapresiasi dan diakui. Pada proses pemahaman
pun, anak-anak lebih cepat mengerti materi yang diberikan.
Dukungan
dan dorongan dari para orang dewasa memang diperlukan untuk menumbuhkan
kepercayaan diri ini. Bila anak terbiasa mendapat apresiasi positif dari
lingkungannya, niscaya ke depannya mereka pun mampu dan percaya akan kemampuan
dirinya. Banyak cara menumbuhkan kepercayaan diri ini. Lapbooking salah satunya.
my daughter says that your class is the best.tq mam erna to be a good teacher, who is always encourage ur student.
ReplyDeleteThank you azra's mom, it very nice to hear that.
ReplyDelete