Pages

Saturday 23 July 2011

Hanya Beberapa Menit

agusurachman.wordpress.com
Tanggal 17 Juli 2011 pukul sembilan pagi saya ada di acara akad nikah seorang teman. Usai kata sah yang diucapkan para saksi, saya tertegun menyadari sesuatu. Saya baru sadar bahwa ’kontrak seumur hidup’ manusia dalam jalin pernikahan hanya berlangsung kurang dari 2 menit. Kegiatan yang lain adalah ornamen untuk mempercantik prosesi saja walau durasi yang diperlukan lebih lama. Simpulan ini saya sampaikan kepada seorang teman, dan dia bilang ’dasar pengamat’. Hehehe memang menjadi orang di luar lingkaran memungkinkan kita bisa mengamati lebih jelas. Juga berkomentar pastinya.


Padahal saya tahu sekali bagaimana kerepotan dan pusingnya teman saya dalam mempersiapkan ’acara 2 menitnya’ itu. Hampir 4 bulan lebih benak teman saya 75% dipenuhi segala hal berkenaan dengan persiapan-persiapan. Memang wajar segala sesuatu dipersiapkan matang. Sebab bagaimanapun, ’acara 2 menit’ itu akan mengubah hidup teman saya selama sisa hidupnya.

Satu hal yang saya pahami di sana. Di kehidupan, kerap hal penting ternyata tergantung pada hanya beberapa menit (atau detik?) saja. Keputusan penting, penandatanganan sebuah transaksi, reaksi seseorang, munculnya ide dan masih banyak lagi. Hanya sekejapan. Yang lama adalah persiapan menuju ke arah pengambilan keputusannya.

Padahal sering kita meremehkan sesuatu yang singkat berdurasi pendek. Seperti terlambat contohnya. ”Ah, baru terlambat beberapa menit”. Atau ”Ah, sebentar lagi berangkatnya, masih tanggung”. ”Nanti deh, masih terlalu pagi”. ”Hm, bisa kuselesaikan dalam beberapa menit jadi bisa ke mall dulu sebentar”.

http://sejarah.kompasiana.com
Bukti kemerdekaan RI yang dirancang beberapa menit
Kita kerap lupa bahwa waktu beberapa menit yang kita lewatkan ternyata sangat berharga. Pengaruhnya juga tidak terduga.

Apalagi bila kita bergaul dengan anak-anak yang sedang berkembang baik secara fisik maupun mentalnya. Anak-anak sekolah dasar. Banyak menit-menit berharga yang akan membawa dampak yang kadang kita tidak menyadarinya pada mereka.

Misalnya saja memberi contoh memperbaiki sampul atau buku yang sobek dengan isolasi. Sepele memang. Juga tidak lama. Namun saya mendapati kemudian bagaimana anak-anak saat mendapati ada bukunya yang sobek, akan menghampiri saya untuk meminjam isolasi. Hal kecil namun anak-anak belajar bagaimana merawat barang miliknya sendiri.

Atau juga menerangkan pentingnya menamai barang-barangnya. Sebab bila barang itu ketinggalan, bisa diketahui siapa pemiliknya. Anak-anak pun senang memberi label nama pada barangnya dengan tulisan tangan mereka sendiri. Meskipun kerap masih belum rapi tulisannya, namun minimal mereka paham maksudnya. Hal-hal kecil namun sangat berarti bagi anak-anak. Hal-hal kecil yang hanya memerlukan beberapa menit melakukannya.

Seorang teman pernah mengabaikan persiapan untuk berbicara di depan umum. Dia tidak melakukan persiapan apa-apa sebab berpikiran toh waktunya berbicara hanya 5 menit. Ternyata saat diminta maju ke depan, dia sempat kebingungan memilih kata-kata dan terlihat demam panggung.

Menilik dari pemahaman di atas, alangkah bijaknya bila kita tidak mengabaikan sesuatu yang ’hanya beberapa menit’. Mengingat bahwa sepanjang dan selama apapun waktu itu, semua tersusun dari kumpulan detik menit yang (terlihat) sepele dan sebentar itu.



No comments:

Post a Comment