Pages

Sunday 29 January 2012

Rempeni (Ardisia Humilis), Semak di Masa Kecil

Menemukan semak di atas ketika dalam perjalanan ke warung bakso di daerah Samirono Jogja membuka kembali kenangan lama ketika kecil. Rempeni. Tumbuhan semak ini ternyata masih ada meski cukup jarang sekarang. Mungkin di beberapa daerah namanya berbeda. Saya mencoba bertanya ke teman di Surabaya katanya namanya mangsi, di Bali dan Jember (menurut google) adalah lempeni. Nama latinnya sendiri adalah Ardisia humilis.

Dulu, di belakang rumah banyak tumbuh semak ini. Begitu rimbun sampai kita bisa bersembunyi di baliknya ketika bermain petak umpet. Kebun belakang rumah memang cukup luas dan banyak tanaman yang aneh-aneh menurut saya ketika itu. Teman-temannya rempeni. Yodium, dadap, mangkokan, daun suji, klerak, pandan, segala macam tanaman rizhoma dan banyak lagi. Ada yang ditanam berjajar sebagai pagar pembatas, ada yang tumbuh begitu saja. Hampir semua tanaman itu ternyata berkhasiat sebab nenek ayah adalah seorang peracik jamu. Seperti daun rempeni ini, rebusan daunnya bila diminum teratur, bisa menyembuhkan kanker dan tumor.

Friday 27 January 2012

Keliru ? Tak Bisa ? Tak Juara ? Tidak Apa-apa Nak…

berinisiatif dalam kelompok
“Bu, ini jawabannya benar tidak ?” tanya seorang murid ketika ia baru saja menyelesaikan soal nomor satu. Saya mengangguk membenarkan. Tak lama berselang, dia menghampiri lagi dan bertanya apakah jawaban selanjutnya benar. Saya mempersilahkan untuk menyelesaikan dulu tugasnya. Tapi dia tak beranjak. Sedikit mendesak untuk mengetahui jawaban keduanya benar atau tidak. Saya pun menjawab akan dikoreksi saat semua nomor telah dikerjakan. Tak perlu takut keliru, bila memang telah sungguh-sungguh mengerjakan. Percaya kepada kemampuannya. “Jadi boleh kalau nanti ada yang salah ?” Saya mengangguk. Baru murid saya kembali ke bangkunya.

Di lain waktu, seorang murid mengatakan tidak jadi ikut lomba. Takut tak menang katanya. “Lho? Belum dicoba kok sudah tahu kalau tak juara ?” tanya saya. “Iya,bu. Soalnya kakak bilang aku tak mungkin menang, lawannya hebat-hebat.” Hm…

Pada saat-saat tertentu di kelas, saya meminta anak-anak menyelesaikan sesuatu secara berkelompok dan tanpa saya memberikan petunjuk. Mereka bebas memilih cara penyelesaiannya asalkan semua teman setuju dan rukun. Sesuatu itu kadang berupa kasus berhitung, memutuskan nama kelompok, menyusun puzzle, atau membagi benda secara merata.

Thursday 26 January 2012

Semua Anak itu Juara

“Bagaimana anak saya, bu ? Kurang dimananya ?”  atau “Ada nilai yang kurangkah, bu semester ini ?” atau “Kira-kira ada di urutan keberapa ya? Ketinggalan jauh tidak dengan si Fulan ?”


Itulah pertanyaan yang kerap terlontar dari para orang tua kepada saya ketika waktu pembagian laporan akademik dan perkembangan siswa (rapor) tiba. Alih-alih menanyakan kemajuan apa yang dialami sang anak, bapak dan ibu malah menanyakan kekurangan apa yang masih ada pada anaknya.

Mungkin pertanyaan tersebut muncul dari kekhawatiran akan perkembangan anaknya. Orang tua dimana pun pasti akan risau tatkala mengetahui kalau buah hatinya tertinggal dari teman-temannya. Lebih-lebih bila menyangkut prestasi akademik. Ketika mengetahui prestasi anaknya bagus dan di atas rata-rata anak yang lain, maka legalah para orang tua. Namun saat mengetahui kalau anaknya termasuk yang biasa-biasa saja bahkan cenderung kurang dalam berhitung misalnya, maka segera terpikir memasukkan sang anak ke tempat kursus untuk mengejar ketertinggalannya.

Wednesday 25 January 2012

Belajar yang Menyenangkan, Belajar dengan Senang # 3 – Swing ! Gasingpun Berputar

swing! Nguung !

“Wah, gasing! Kita akan bermain gasing! Hore !” sambutan seru dari anak-anak begitu melihat saya mengeluarkan gasing dari tas. Hm…menyenangkan sekali. Selalu seru bila ada hal baru.

Hari itu, saya sengaja memang membawa gasing ke sekolah. Gasing sederhana yang saya beli dari pedagang di pinggir jalan. Gasing berwarna coklat  dari bambu. Saat pertama kali melihatnya, saya sudah membayangkan bagaimana serunya reaksi murid-murid nanti. Anak-anak zaman sekarang yang lebih akrab dengan PSP atau games ol daripada permainan tradisional tempo dulu.

Anggapan saya tak meleset sama sekali. Murid-murid  begitu bersemangat.Apalagi ketika saya memainkannya. Swing ! Nguuuung ! terdengar suara mendengung aneh ketika gasing berputar. Rasa ingin tahu mereka bertambah. Terlihat semakin bersemangat. Antusiasme itu pun mereka tunjukkan dengan meluncurkan serangan pertanyaan mendasar khas mereka.

Monday 23 January 2012

Belajar yang Menyenangkan, Belajar dengan Senang #2 – Bermain Melatih Kepekaan

“Dar der dor ! Nguing nguing nguing ! Perhatian ! Ada musuh di depan. Ayo kita tembak. Posisi siaga. Jangan sampai kalah ! Dor dor dor ! Argh …!”

Itulah sebagian dialog yang biasa murid laki-laki katakan ketika mereka sedang bermain di kelas.

Di sekolah, untuk murid kelas 1 dan kelas 2 memang beristirahat dan bermain di dalam kelas, tidak di luar. Saat-saat bermain dan beristirahat adalah saat-saat rawan terjadi konflik dan kecelakaan, maka guru kelas kecil harus ada di kelas untuk mengawasi. Selain juga mengarahkan ketika permainan yang dilakukan membahayakan baik untuk dirinya maupun teman yang lain sebab anak-anak di usia perkembangan ini, masih memerlukan pendampingan dalam memaknai sebuah permainan.

Saya menikmati sekali melihat saat-saat mereka bermain. Melakukan sesuatu yang disenangi bersama teman-temannya tanpa beban. Terlihat ceria dan gembira.

Wednesday 18 January 2012

Belajar yang Menyenangkan, Belajar dengan Senang #1 – Role Play

bermain peran
melatih kosakata sekaligus sikap 

“Bu Erna, hari ini kita akan Laundry House lagi ?” pertanyaan itu datang tadi pagi dari seorang murid. Saya mengangguk. Anak-anak pun segera berkerumun dan bercerita dengan serunya di meja saya. Bercerita kalau sudah hafal apa yang harus dikatakan sebab tadi malam telah latihan dengan mama. Maka, pamerlah mereka.

“Good morning, may I help you ?”

“Good morning. Yes, I want to laundry my clothes”.

“This is one shirt, one hat, one…mmm….aduh apa ya, lupa!”

Tawa berderai muncul dari yang mendengar. Saya juga tertawa. Wah, laundry house-nya nanti pasti seru. Sudah terbayang gaya mereka nanti. Pasti ada saja uniknya.

Murid-murid memang sedang persiapan belajar bahasa inggris. Guru bahasa inggrisnya dengan kreatif memadukan pengayaan kosakata dengan bermain peran. Kebetulan kosakata yang sedang dipelajari adalah tentang pakaian.

Friday 13 January 2012

Satu Bintang untuk Kejujuran, Dua Bintang untuk Tindakan

bintang-bintang bertebaran
“Bu, siapa yang dapat bintang hari ini ? Pasti anak perempuan lagi ya ?”

“Bu, aku ya yang dapat bintang hari ini ya ?”

“Ah, aku pasti tak dapat bintang. Hari ini aku lupa mengumpulkan pr”.

Itulah sebagian kata-kata murid-murid saya setiap mereka selesai melakukan sholat dhuhur berjamaah sebelum pulang dari sekolah. Selalu membahas bintang.

Bintang ? Yang ada di gambar itu ? Apa istimewanya ? Hanya bintang sederhana dari kertas mengkilap saja.

Ooo, tunggu dulu. Memang secara bentuk, bintang itu sederhana. Namun dimata anak-anak, bintang itu begitu berharga. Sesuatu yang wajib diperjuangkan. Siapa yang mendapat bintang hari ini, adalah yang tindakannya patut dicontoh.

Wednesday 11 January 2012

Mes Profs, Mes Élèves - Guruku adalah Muridku #2

Memiliki murid dengan beragam sifatnya di titik tertentu pasti merepotkan. Apalagi saat pembelajaran. Diperlukan strategi tersendiri  sebab bila tidak memiliki cara yang pas, bisa-bisa kita akan time’s  down duluan (meniru ucapan seorang murid yang senang sekali mengatakan kata ini). Nah, saat-saat mencari strategi inilah saat-saat merepotkan menurut saya. Seperti besok mau ujian rasanya.

Jadi sebenarnya, siapa guru dan siapa muridnya ?

Yups, benar sekali. Saya sepakat bila jawabannya tidak perlu diperdebatkan hehehehe. Kata Gus Dur ‘Gitu aja kok repot’. Yang penting, semuanya, baik guru maupun murid adalah tak lelah untuk selalu belajar, belajar, dan belajar.

berkompetisi dengan jujur itu penting
Tadi di kelas, saya mencoba strategi baru dengan murid-murid. Menumbuhkan jiwa berkompetensi sekaligus kesabaran dan toleransi. Waduw… rumit sekali ya ?

Tuesday 10 January 2012

Mes Profs, Mes Élèves - Guruku adalah Muridku #1

ekspresi unik berbeda
Menjadi guru di sekolah dasar memberikan kesempatan saya untuk belajar banyak hal tentang hidup dari anak-anak. Banyak hal. Kesabaran, kreativitas, percaya diri, berani bercerita, seni tersenyum(hehehehe yang ini jujur masih susah sekali), memberi perhatian, belajar kembali untuk konsisten, bernyanyi, membaca, berhitung, belajar menyulam (meski masih juga berantakan), memasak, dan berbicara dengan benar (penting nih agar anak-anak pun terbiasa dengan bahasa yang benar, tidak bahasa slank atau prokem saja).Terkesan saya berlebihan ya ?

Mungkin iya mungkin juga tidak. Menengok sebentar ke belakang, latar belakang pendidikan saya memang digagas menjadi guru. Tetapi guru anak-anak di usia remaja sebab bahasa asing (kecuali inggris biasanya) tak diajarkan di sekolah dasar. Namun entahlah, dulu setiap ada pembelajaran selain bahasa dan budaya napoleon, tak pernah saya perhatikan. Jangankan tertarik, melirik saja tidak hehehehe. Menjadi guru belum terlintas saat itu. Yang terpikirkan adalah menjadi penterjemah. Selain penterjemah tidak hohohoho. Keren kan ?


Tetapi anak-anak dengan keajaibannya membuka ketertarikan saya dengan dunia mereka.

Monday 9 January 2012

Merci Beaucoup Les Parents, Terima Kasih Banyak Bapak dan Ibu

Enam bulan telah terlampaui bersama anak-anak di kelas dua sekolah dasar. Hari Sabtu kemarin, kembali saya bertemu dengan para orang tua. Para pendidik yang tak pernah lelah bersama anak-anak setiap harinya. Yang menemani anak-anak di sebagian besar waktunya. Bermain, belajar, marah, ngambek, tidur, bertengkar dengan saudara, menyiapkan keperluan sekolah, makan, merawat ketika sakit, membantu mengerjakan pekerjaan rumah dari sekolah, dan banyak lagi.

Melihat bagaimana menakjubkannya anak-anak berkembang di kelas dua ini, banyak terima kasih terucap kepada para orang tua. Dukungan, perhatian, dan bimbingan para orang tua di rumah tak terpungkiri sangat berperan dalam kemajuan perkembangan anak-anak sendiri.

Sunday 8 January 2012

Bertunas, Tumbuh, lalu Menjadi Pohon

ceria, bersemangat, dan percaya diri
”Aduh Bu Erna, mengapa anak saya sekarang berubah ya ? Semakin bandel dan nakal saja. Tak seperti dulu, penurut. Susah dibilangin. Menjawab terus kalau dinasehati sampai ayahnya kerap marah dibuatnya”, kata seorang ibu kepada saya saat acara pembagian rapor semester satu kemarin. ”Apa saya salah mendidiknya?”

Pernyataan bernada kegalauan juga muncul di orang tua yang lain. Beliau bercerita bagaimana tanggapan neneknya melihat sikap cucunya yang seakan tak ada lelahnya bergerak dan bertanya ini apa itu apa saat liburan yang lalu. Murid saya tersebut tidak seperti saudara-saudara sepupunya yang lain yang cenderung pendiam. Pada tataran ini, yang pendiamlah yang dijadikan tolok ukur ’baik dan tidak nakal’ oleh sang nenek. Murid saya mencobai banyak hal sehingga membuat sang nenek mengatakan kalau cucunya yang satu itu nakal dan susah diatur.

Berdiskusi Tanpa Bertengkar ? Bisa !

 King king king kelingking coba patahkan si jari tengah
Aku tidak mau, kalau dia memang tidak salah
Kata jari telunjuk, jari tengah yang paling tinggi
Kata jari manis, janganlah main hakim sendiri
Betul itu betul, jari tengah saudaramu juga
Pesan ibu jari, jangan melawan saudara tua
Kita bulatkan tekad, lima jari harus sepakat
Barang-barang yang berat, dengan mudah bisa kita angkat

berdiskusi bersama 
Ingat dengan lagu diatas ? Lagu masa kanak-kanak yang sarat dengan pesan akan pentingnya hidup rukun dan bekerja sama. Lagu lama yang masih juga kontekstual saya rasa.

Kebetulan murid-murid saya yang ikut ekstra vokal di sekolah menyanyikan lagu ini. Kami juga kerap menyanyikannya bersama-sama di kelas sambil bermain jari berpasangan. Seru dan menyenangkan sekaligus memahamkan mereka bagaimana hidup bermasyarakat.

Di kelas dua ini, saya mulai mengenalkan tentang berorganisasi. Berorganisasi à la kelas dua sekolah dasar tentunya. Seperti menentukan sendiri nama kelompok mereka.