Pages

Wednesday 25 January 2012

Belajar yang Menyenangkan, Belajar dengan Senang # 3 – Swing ! Gasingpun Berputar

swing! Nguung !

“Wah, gasing! Kita akan bermain gasing! Hore !” sambutan seru dari anak-anak begitu melihat saya mengeluarkan gasing dari tas. Hm…menyenangkan sekali. Selalu seru bila ada hal baru.

Hari itu, saya sengaja memang membawa gasing ke sekolah. Gasing sederhana yang saya beli dari pedagang di pinggir jalan. Gasing berwarna coklat  dari bambu. Saat pertama kali melihatnya, saya sudah membayangkan bagaimana serunya reaksi murid-murid nanti. Anak-anak zaman sekarang yang lebih akrab dengan PSP atau games ol daripada permainan tradisional tempo dulu.

Anggapan saya tak meleset sama sekali. Murid-murid  begitu bersemangat.Apalagi ketika saya memainkannya. Swing ! Nguuuung ! terdengar suara mendengung aneh ketika gasing berputar. Rasa ingin tahu mereka bertambah. Terlihat semakin bersemangat. Antusiasme itu pun mereka tunjukkan dengan meluncurkan serangan pertanyaan mendasar khas mereka.


Sederet pertanyaan terlontar dari berbagai penjuru. Maka, sebelum permainan dimulai, kami berdiskusi sejenak. Mengamati gasingnya bersama-sama. Dari bentuk, warna, kenapa ada talinya, mengapa bisa berputar, mengapa memilih dari bambu,dan mengapa bisa berdiri tegak (tematik sekali kan ? hehehehe)

Ketika ada anak yang bertanya tentang harganya apakah sama dengan beyblade, sejujurnya sempat terkejut. Ah, tapi memang wajar saja untuk masa sekarang sebab mereka telah terbiasa dengan mainan buatan pabrik. Saya harus jujur. Saya katakan kalau harganya jauh lebih murah. Namun saya tekankan bahwa mainan itu menarik bukan karena harganya. Banyak mainan yang murah namun seru dan mengasyikkan.

Mereka pun membuktikan bagaimana serunya bermain gasing. Sebelumnya, saya meminta mereka membagi diri dalam dua kelompok besar, satu kelompok anak laki-laki dan satu kelompok anak perempuan. Untuk memutuskan giliran, saya bebaskan mereka memakai cara apapun. Ternyata tanpa kesulitan mereka sepakat melakukan hom pim pah. Senang sekali ternyata anak-anak telah mampu berorganisasi dan mengatur sesuatu sendiri. Tanpa debat yang terlalu lama dan konflik yang berarti.

Satu per satu anak mencoba memutar gasingnya. Banyak anak yang gagal di kesempatan pertama dan merasa penasaran. Maka tetap sesuai giliran, mereka pun mencoba kembali memutarnya. Di titik ini, saya melihat bagaimana mereka juga belajar mengatasi masalah yang ada. Keinginan mencoba kembali adalah bukti semangat pantang menyerahnya.

mencoba memutarnya
Swing ! Nguuuung ! Nyaris semua anak bisa memutarnya. Sambutan meriah selalu terdengar setiap kali gasing berhasil berputar. Tak henti. Tanpa lelah. Anak-anak yang begitu senang bila ada temannya yang berhasil. Sampai tak terasa 60 menit berlalu.

Di akhir kegiatan bermain gasing ini, saya pun meminta mereka menuliskan pengalamannya bermain gasing. Boleh menceritakan apa saja. Tak perlu takut keliru. Bebas menulis meskipun bila merasa tidak suka bermain gasing. Tak aka nada salah atau dimarahi.

Sengaja saya katakan semua itu untuk memberi rasa aman kepada anak-anak saat mereka belajar mengungkapkan pikirannya. Agar mereka pun lebih terbuka dan terbiasa mengatakan yang sebenarnya. Bercerita tanpa beban sangat membantu mereka menuliskan perasaannya. Lebih-lebih bila menceritakan pengalaman yang baru saja mereka alami sendiri.

Hasilnya ?
Wow…menggembirakan sekali. Ini potongan kalimat-kalimat mereka.
‘Gasing bambu memang murah, tak semahal beyblade, tapi keren. Seru bermain gasing bambu bersama teman-teman.’
‘Kupikir mudah melihat bu guru memutarnya, ternyata setelah mencoba sulit banget.’
‘Penasaran. Gasing bambu ternyata asyik sekali. Tapi aku tak tahu dimana bu guru membelinya.’
‘Gasing itu seru tapi juga bahaya ! Apalagi saat berputar. Tadi tanganku kena dan sakit. Jauh-jauh bila ada gasing yang berputar.’


No comments:

Post a Comment