Pages

Thursday 26 January 2012

Semua Anak itu Juara

“Bagaimana anak saya, bu ? Kurang dimananya ?”  atau “Ada nilai yang kurangkah, bu semester ini ?” atau “Kira-kira ada di urutan keberapa ya? Ketinggalan jauh tidak dengan si Fulan ?”


Itulah pertanyaan yang kerap terlontar dari para orang tua kepada saya ketika waktu pembagian laporan akademik dan perkembangan siswa (rapor) tiba. Alih-alih menanyakan kemajuan apa yang dialami sang anak, bapak dan ibu malah menanyakan kekurangan apa yang masih ada pada anaknya.

Mungkin pertanyaan tersebut muncul dari kekhawatiran akan perkembangan anaknya. Orang tua dimana pun pasti akan risau tatkala mengetahui kalau buah hatinya tertinggal dari teman-temannya. Lebih-lebih bila menyangkut prestasi akademik. Ketika mengetahui prestasi anaknya bagus dan di atas rata-rata anak yang lain, maka legalah para orang tua. Namun saat mengetahui kalau anaknya termasuk yang biasa-biasa saja bahkan cenderung kurang dalam berhitung misalnya, maka segera terpikir memasukkan sang anak ke tempat kursus untuk mengejar ketertinggalannya.


Mungkin memang maksudnya baik. Agar sang anak lebih paham dan cepat dalam berhitung atau ketrampilan yang lain. Sepanjang tidak membebani dan anak merasa senang-senang saja, hal tersebut tidaklah menjadikan masalah. 

Namun bila yang terjadi sebaliknya ? Maksud baik orang tua memasukkan anaknya ke tempat-tempat kursus kemudian membuat anak semakin tertekan dan kebingungan, alangkah lebih baik bila memikirkan ulang keinginan tersebut.

Bagaimana pun, anak-anak kelas 2 sekolah dasar adalah anak-anak di usia perkembangan. Anak-anak yang masih akan terus mengalami proses belajar dalam perkembangannya. Banyak potensi dari mereka yang belum terlihat dan masih perlu digali lagi lebih dalam. Tidak hanya karena menginginkan sang anak berkemampuan seperti temannya yang pandai berhitung kemudian mengharuskannya ikut kursus berhitung padahal kelebihannya adalah di bidang bahasa. Lebih baik adalah mengembangkan kelebihan yang dimiliki tersebut agar semakin cemerlang ke depannya.

Beruntung sekali di sekolah  tidak menggunakan sistem rangking. Bila ada pertanyaan senada seperti di atas, sebisa mungkin akan ditunjukkan akan kelebihan yang ada pada diri sang anak. Kelebihan yang tidak melulu selalu pada prestasi akademik. Bisa perilaku menonjol yang ada pada dirinya, bisa prestasi mengajinya, bisa pula caranya berteman dan mengontrol emosi, kepekaannya akan musik, ketrampilannya dalam bidang motorik, dan lainnya (mengacu pada multiple intelligences-nya Gardner). Banyak hal yang bisa dilihat untuk menunjukkan kelebihan anak. Bagaimana pun, setiap anak itu istimewa. Setiap anak adalah pemenang.

Prestasi akademik sekali lagi memang penting namun bukanlah yang utama lebih-lebih pada anak-anak di usia perkembangan bila tidak didukung dengan pematangan emosi dan mental. Menerima anak sebagaimana dia apa adanya dan menggali terus kelebihan yang dimiliki kiranya lebih bijak untuk kita, para dewasa ini sebab anak-anak bukanlah orang dewasa kecil. 

Anak-anak adalah calon para dewasa yang perlu bimbingan dan kepercayaan dari para dewasa. Banyak anak yang menunjukkan kenaikan prestasi akademik ketika potensi dirinya tersalurkan. Jadi, tidaklah perlu kita menuntut anak-anak di luar kapasitasnya. Tidak perlu kita membandingkan dengan anak orang lain. Kita hanya perlu membimbing dan memfasilitasinya memperluas kekayaan pengalamannya untuk bekal di hari depan sesuai dengan kebutuhannya. 

No comments:

Post a Comment