Pages

Friday 30 September 2016

Sac à Dos Family : Pasar Senen – Poncol –Ngrombo

Minggu lalu, akhirnya Saya dan Si Bocah menemani Ayah ‘jalan-jalan’ lagi. Perjalanan yang lumayan jauh dan berbeda. Jauh karena kami ke luar kota dan berbeda karena kami bersepakat menggunakan angkutan umum murah sepanjang perjalanan (bukan online juga lho).

Kami bersepakat naik kereta api ekonomi Tawang Jaya sebab sampai di Poncol- Semarang nanti masih pagi, jadi waktunya longgar. Berangkat dari Stasiun Depok Lama kami naik KRL disusul naik bajaj ke Pasar Senen.

Friday 23 September 2016

Mager ? Jangan dong

Sekali-kali mengunakan bahasa yang dipakai anak muda agar kekinian hehehehe. Awalnya dengar kata mager ini dari Si Ayah. Kok tumben juga, biasanya Ayah termasuk orang yang agak rewel masalah EYD hihihi. Dengar kedua kalinya, saat sedang nemani mencari baju Si Ayah juga. Kebetulan toko yang menjual baju memutar radio anak muda yang lumayan lucu penyiarnya. Di sana mereka juga melontarkan istilah mager. Baru ngeh kalau mager itu artinya malas gerak. Owalah.

Di awal saya menulis kalau sebisa mungkin kita tidak mager. Apalagi buat ibu-ibu yang mempunyai anak balita. Harus gesit dan lincah seperti bola bekel. Jangan kalah dengan irama anak-anak yang energinya luar biasa itu. Hitung-hitung olahraga hehehehe.

Thursday 22 September 2016

Si Bocah Pembaca Pictogram

membaca gambar
‘Ini gambarnya apa ? Ceritakan ya, Ayah’, kata Si Bocah sambil membawa kemasan sabun yang baru saja dibeli. Ayahnya pun memangku Si Bocah dan menjelaskan gambar yang ditanyakan. Pertanyaan yang sering dilontarkan sejak menginjak usia 3 tahun lima bulan yang lalu.
Setiap melihat kemasan sesuatu entah sabun, bungkus makanan, deterjen, plastik beras atau apapun, Si Bocah akan melihat bagian belakangnya dan kemudian meminta diceritakan tentang maksud gambar yang ada.

Tuesday 20 September 2016

Selamat Malam, Tidur Nyenyak ya


Saya senang membaca Lima Sekawan karya Enid Blyton sejak kecil. Senang dengan petualangan seru yang dialami oleh 4 saudara dengan anjingnya – Timmy -. Hampir semua sudah saya baca.

Salah satu  yang saya sukai dari buku cerita ini adalah saat mereka berangkat tidur. Ortunya, terutama ibu mereka selalu menemani. Bercerita, mencium, dan mengucapkan selamat tidur. Sederhana ya ? Entah mengapa, saya senang sekali membayangkan senangnya dapat perlakuan seperti itu. Usia saya sd saat itu dan jarang diantar tidur oleh Ibu apalagi mendapat ciuman.

Ibu, seorang guru sekolah dasar, dengan lima anak yang masih kecil-kecil. Ibu adalah seorang pekerja keras. Guru sekolah dasar zaman dulu tentu berbeda dengan guru sekolah dasar zaman sekarang. Terutama masalah finansial. Sepulang dari mengajar, Ibu masih harus repot dengan segala tetek bengek kegiatan domestik. Selepas maghrib pun, beliau masih berkutat dengan kacang hijau yang akan dibuat es lilin.

Monday 19 September 2016

Bermain Daun Waru (Hibiscus tiliaceus )


Beberapa waktu yang lalu, Si Bocah berada di rumah kakek neneknya. Sebuah pertanyaannya ketika sedang menunggui menggoreng kerupuk, mengusik saya.
‘Nda, minyak itu seperti air tapi kok beda ya ?’
‘Beda bagaimana?’
‘Hm...apa ya?’ Si Bocah bingung sambil garuk-garuk kepala. Ketika saya mengatakan lebih kental dan licin ditangan, dia bertanya apa maksudnya. Saya memintanya mengulurkan tangan dan meneteskan beberapa tetes minyak.

Thursday 15 September 2016

Saya, Si 3 Tahun

‘Bukan Mbak, Nda. Budhe. Bukan Ibu, tapi Yangti. Bukan Bapak, tapi Yangkung. Bukan Obi, tapi Ayah Obi.’ Protes Si Bocah hampir satu bulan terakhir ini. Mengkritisi bagaimana kami memanggil orang-orang di sekitar. Harus sama dengan caranya  memanggil.  Bila ada yang tidak sesuai, harus dibenarkan segera.
Kalau tidak ? Kalau tidak, Si Bocah akan terus meminta kita membenarkan panggilan yang diucapkan sesuai dengan yang dimintanya. Ngintili kemana pun kita pergi sambil meminta mengoreksi panggilan yang ada.

Tuesday 13 September 2016

Sac à Dos Family

‘Ke Pati ? Ke rumah siapa ?’ tanya Si Bocah heran ketika kami memberitahu bahwa akhir minggu ini akan keluar kota lagi bersama-sama. Ayahnya menjelaskan bahwa harus mengunjungi teman di sana. Si Bocah mengangguk-angguk. ‘Nanti, aku juga akan bertemu teman baru lagi?’ Saya mengiyakan.
‘Naik apa?’
‘Kita naik KRL lalu naik kereta api ke Semarang disusul naik bus.’
‘Kita naik bajaj dulu baru naik kereta api tut tut tuuuut. Bunda lupa ya?’, potong Si Bocah. 

Friday 9 September 2016

Rumah Kardus

Selepas berkemah tempo hari, kami tidak langsung kembali ke Depok meski telah terlanjur membeli tiket kereta. Ada beberapa urusan berkaitan dengan pekerjaan yang harus diselesaikan Si Ayah di Semarang. Jadilah kami menginap dua hari di Semarang.
Hari pertama, kami menginap di rumah seorang sepupu. Mereka memiliki anak berusia sekolah dasar kelas 3. Si Bocah ada teman bermain. Mereka telah berkenalan lebaran kemarin dan masih saling mengingat. Meskipun ada perbedaan usia yang mencolok (si Bocah baru 3 tahun), saya melihatnya tidak ada masalah dalam berkomunikasi.