Saya senang membaca
Lima Sekawan karya Enid Blyton sejak kecil. Senang dengan petualangan seru yang
dialami oleh 4 saudara dengan anjingnya – Timmy -. Hampir semua sudah saya
baca.
Salah satu yang saya sukai dari buku cerita ini adalah
saat mereka berangkat tidur. Ortunya, terutama ibu mereka selalu menemani. Bercerita,
mencium, dan mengucapkan selamat tidur. Sederhana ya ? Entah mengapa, saya
senang sekali membayangkan senangnya dapat perlakuan seperti itu. Usia saya sd
saat itu dan jarang diantar tidur oleh Ibu apalagi mendapat ciuman.
Ibu, seorang guru
sekolah dasar, dengan lima anak yang masih kecil-kecil. Ibu adalah seorang
pekerja keras. Guru sekolah dasar zaman dulu tentu berbeda dengan guru sekolah
dasar zaman sekarang. Terutama masalah finansial. Sepulang dari mengajar, Ibu
masih harus repot dengan segala tetek
bengek kegiatan domestik. Selepas maghrib pun, beliau masih berkutat dengan
kacang hijau yang akan dibuat es lilin.
Ibu masih
menyempatkan diri mengajari saya dan saudara-saudara yang lain saat mengalami
kesulitan belajar. Namun, beliau tidak mengantar kami tidur. Hanya mengingatkan
bahwa jam tidur sudah tiba, waktunya kami gosok gigi, cuci tangan kaki, lalu
masuk kamar. Ibu sibuk mengurusi dua adik saya yang masih kecil-kecil.
Ayah, seorang guru
sekolah dasar pula, adalah sosok yang nyaris jarang saya temui. Beliau bekerja
lebih keras lagi. Selain menjadi guru, untuk mencukupi keperluan kami semua,
beliau berdagang dan bertani. Waktunya habis untuk bekerja. Beliau pergi saat
kami, anak-anaknya, belum bangun dan pulang saat kami semua sudah terlelap.
Namun, kami menyadari
kondisi itu. Kami tidak protes. Saya juga tidak. Meski saya sering membayangkan
enaknya diantar tidur hehehehe. Tetapi, sering
malam-malam saat terjaga saya melihat ayah menengok kami. Mencari nyamuk yang
mungkin masuk dalam kelambu dan menggigit kami. Meski pun diam, namun saya
merasa tenang. Ayah sudah pulang.
Ingatan dan
pengalaman masa kecil itu kerap menjadi cerminan dan renungan dalam saya
mendidik Si Bocah. Saya tidak menyalahkan bagaimana cara ortu mendidik dulu. Saya
hanya mencoba mengambil yang baik dan menambah yang kurang.
Seperti mengantarkan
Si Bocah tidur misalnya. Bagi saya, mengantarkannya tidur adalah saat-saat
menjalin kedekatan dengan anak. Setelah acara bersih-bersih diri selesai, kami
biasanya akan ngobrol di tempat
tidur. Tidak langsung tidur. Saat-saat seperti ini, bila kebetulan ada di
rumah, ayahnya bergabung. Bercanda, membaca
cerita, bernyanyi, bermain tebak-tebakan atau juga merefleksikan aktivitas
seharian yang dijalani. Tanpa direcoki gawai pastinya ya hehehehe.
Bagi saya, menutup
hari harus dengan senang dan tanpa ganjelan.
Bila hari itu sempat ada gesekan dengan Si Bocah, saya meminta maaf dan
mendiskusinya. Biasanya Si Bocah juga memaafkan dan minta maaf pula lalu kami
tertawa bersama. 0 – 0. Kegiatan ini saya lakukan setiap hari.
Pernah, saat
berangkat tidur kondisi kami, saya dan Si Bocah, masih membawa ganjelan. Si Bocah gelisah dalam
tidurnya. Berkali-kali terbangun dan merengek. Baru tenang bila sudah dipeluk
lama. Namun, pagi harinya, dia masih mempermasalahkan ganjelan kemarin yang belum terselesaikan.
Kebiasaan mengantar
tidur anak bagi saya penting. Tidak hanya saat mereka masih balita. Sampai saat
remaja pun, mengantarkan tidur perlu dilakukan. Mengucapkan tidur atau juga
merefleksikan apa yang sudah dijalani seharian adalah wujud perhatian kita
kepada mereka. Selain menjalin komunikasi yang baik, juga menguatkan bonding antara ortu dan anak. Anak-anak
akan merasa lebih aman dan tenang bila tahu kita, ortunya, ada bersama mereka.
Goodnight to you
Goodnight to me
Now close your eyes and go
to sleep
Sleep tight
Sweet dream tonight
Goodnight
I love you
Masih ingat banget pengantar tidur kita adalah sandiwara radio. Saur sepuh, tokoh baulaweyan vs tangan nlangkup dan penutup nya adalah berita RRI tentang harga-harga sayur mayur mulai kol gepeng, tomat kualitas a, b, c dan nama daerah-daerah penghasil sayur yg tdk pernah didengar kuping di pelajaran sekolah.
ReplyDeleteDan entah mengapa, kita dulu selalu tertawa mendengar nama-nama sayuran dan tempat yg asing itu :)
masa-masa jaya radio, ditenteng kemana-mana.
Delete