Pages

Tuesday 20 September 2016

Selamat Malam, Tidur Nyenyak ya


Saya senang membaca Lima Sekawan karya Enid Blyton sejak kecil. Senang dengan petualangan seru yang dialami oleh 4 saudara dengan anjingnya – Timmy -. Hampir semua sudah saya baca.

Salah satu  yang saya sukai dari buku cerita ini adalah saat mereka berangkat tidur. Ortunya, terutama ibu mereka selalu menemani. Bercerita, mencium, dan mengucapkan selamat tidur. Sederhana ya ? Entah mengapa, saya senang sekali membayangkan senangnya dapat perlakuan seperti itu. Usia saya sd saat itu dan jarang diantar tidur oleh Ibu apalagi mendapat ciuman.

Ibu, seorang guru sekolah dasar, dengan lima anak yang masih kecil-kecil. Ibu adalah seorang pekerja keras. Guru sekolah dasar zaman dulu tentu berbeda dengan guru sekolah dasar zaman sekarang. Terutama masalah finansial. Sepulang dari mengajar, Ibu masih harus repot dengan segala tetek bengek kegiatan domestik. Selepas maghrib pun, beliau masih berkutat dengan kacang hijau yang akan dibuat es lilin.

Ibu masih menyempatkan diri mengajari saya dan saudara-saudara yang lain saat mengalami kesulitan belajar. Namun, beliau tidak mengantar kami tidur. Hanya mengingatkan bahwa jam tidur sudah tiba, waktunya kami gosok gigi, cuci tangan kaki, lalu masuk kamar. Ibu sibuk mengurusi dua adik saya yang masih kecil-kecil.

Ayah, seorang guru sekolah dasar pula, adalah sosok yang nyaris jarang saya temui. Beliau bekerja lebih keras lagi. Selain menjadi guru, untuk mencukupi keperluan kami semua, beliau berdagang dan bertani. Waktunya habis untuk bekerja. Beliau pergi saat kami, anak-anaknya, belum bangun dan pulang saat kami semua sudah terlelap.

Namun, kami menyadari kondisi itu. Kami tidak protes. Saya juga tidak. Meski saya sering membayangkan enaknya diantar tidur hehehehe. Tetapi,  sering malam-malam saat terjaga saya melihat ayah menengok kami. Mencari nyamuk yang mungkin masuk dalam kelambu dan menggigit kami. Meski pun diam, namun saya merasa tenang. Ayah sudah pulang.

Ingatan dan pengalaman masa kecil itu kerap menjadi cerminan dan renungan dalam saya mendidik Si Bocah. Saya tidak menyalahkan bagaimana cara ortu mendidik dulu. Saya hanya mencoba mengambil yang baik dan menambah yang kurang.

Seperti mengantarkan Si Bocah tidur misalnya. Bagi saya, mengantarkannya tidur adalah saat-saat menjalin kedekatan dengan anak. Setelah acara bersih-bersih diri selesai, kami biasanya akan ngobrol di tempat tidur. Tidak langsung tidur. Saat-saat seperti ini, bila kebetulan ada di rumah, ayahnya bergabung.  Bercanda, membaca cerita, bernyanyi, bermain tebak-tebakan atau juga merefleksikan aktivitas seharian yang dijalani. Tanpa direcoki gawai pastinya ya hehehehe.

Bagi saya, menutup hari harus dengan senang dan tanpa ganjelan. Bila hari itu sempat ada gesekan dengan Si Bocah, saya meminta maaf dan mendiskusinya. Biasanya Si Bocah juga memaafkan dan minta maaf pula lalu kami tertawa bersama. 0 – 0. Kegiatan ini saya lakukan setiap hari.

Pernah, saat berangkat tidur kondisi kami, saya dan Si Bocah, masih membawa ganjelan. Si Bocah gelisah dalam tidurnya. Berkali-kali terbangun dan merengek. Baru tenang bila sudah dipeluk lama. Namun, pagi harinya, dia masih mempermasalahkan ganjelan kemarin yang belum terselesaikan.

Kebiasaan mengantar tidur anak bagi saya penting. Tidak hanya saat mereka masih balita. Sampai saat remaja pun, mengantarkan tidur perlu dilakukan. Mengucapkan tidur atau juga merefleksikan apa yang sudah dijalani seharian adalah wujud perhatian kita kepada mereka. Selain menjalin komunikasi yang baik, juga menguatkan bonding antara ortu dan anak. Anak-anak akan merasa lebih aman dan tenang bila tahu kita, ortunya, ada bersama mereka.

Goodnight to you
Goodnight to me
Now close your eyes and go to sleep
Sleep tight
Sweet dream tonight
Goodnight

I love you

2 comments:

  1. Masih ingat banget pengantar tidur kita adalah sandiwara radio. Saur sepuh, tokoh baulaweyan vs tangan nlangkup dan penutup nya adalah berita RRI tentang harga-harga sayur mayur mulai kol gepeng, tomat kualitas a, b, c dan nama daerah-daerah penghasil sayur yg tdk pernah didengar kuping di pelajaran sekolah.

    Dan entah mengapa, kita dulu selalu tertawa mendengar nama-nama sayuran dan tempat yg asing itu :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. masa-masa jaya radio, ditenteng kemana-mana.

      Delete