Pages

Tuesday 13 September 2016

Sac à Dos Family

‘Ke Pati ? Ke rumah siapa ?’ tanya Si Bocah heran ketika kami memberitahu bahwa akhir minggu ini akan keluar kota lagi bersama-sama. Ayahnya menjelaskan bahwa harus mengunjungi teman di sana. Si Bocah mengangguk-angguk. ‘Nanti, aku juga akan bertemu teman baru lagi?’ Saya mengiyakan.
‘Naik apa?’
‘Kita naik KRL lalu naik kereta api ke Semarang disusul naik bus.’
‘Kita naik bajaj dulu baru naik kereta api tut tut tuuuut. Bunda lupa ya?’, potong Si Bocah. 

Hehehehe, saya tertawa. Kerapnya kami keluar kota dengan menggunakan kereta api sampai Si Bocah hafal urutan kendaraan umum yang digunakan. Naik KRL turun Stasiun Gondangdia, berganti naik bajaj ke Stasiun Gambir atau Stasiun Pasar Senen.
Menjadi ortu membuat kami belajar berkomunikasi dengan Si Bocah. Mendengarkan pendapat dan perasaannya. Meskipun dia baru 3 tahun. Kami sering melibatkannya dalam pengambilan keputusan bila berkenaan dengan kepentingannya. Seperti ketika mengajaknya pergi.
Karena beberapa pertimbangan dan kesepakatan mengasuh anak bersama, kerap saya dan Si Bocah ikut keluar kota ayahnya. Bukan melancong. Lebih banyak menemani Si Ayah bekerja. Kadang, belum seminggu kembali ke Depok, kami harus keluar kota lagi. Packing dan kembali menyusuri kota lain.
bermain mengurai kebosanan
Seru ya kelihatannya ? Bisa jalan kemana-mana. Kalau dikatakan seru dan menarik, ada benarnya. Kami belajar dan mengenal kehidupan yang berbeda-beda. Kami pun mengakrabi budaya beraneka macam. Namun keseruan itu kadang-kadang (bahkan seringnya) dibarengi dengan kelelahan pula hehehehe.
Namun, Kami menikmati semua hal tersebut. Kata orang, bila belum merantau dan hanya mandeg di kampung halaman saja, itu seperti membaca buku hanya halaman pertamanya saja. Belum tuntas hehehehe.
Berada di banyak kota memberi saya kesempatan belajar banyak tentang kehidupan. Bagi Si Bocah juga. Bergaul dan berinteraksi dengan banyak orang dari segala usia, budaya berbeda, bahasa berbeda, agama berbeda memberi kesempatan Si Bocah belajar menghargai perbedaan.
Kami selalu menggunakan transportasi umum bila bepergian bertiga. Berpergian menggunakan transportasi umum melatih kami untuk cermat membawa barang. Hanya yang perlu dan memang dibutuhkan saja yang dibawa. Ember dan panci atau kasur tidak terpikirkan untuk dibawa. Kami sepakat setiap bepergian hanya dengan 1 ransel besar, 2 ransel sedang, dan dino (boneka Si Bocah yang bisa beralih fungsi jadi bantal kalau diperlukan hehehehe).
3 tas itu yang dua tahun terakhir menemani kami kemana-mana. Kami memilih ransel karena lebih efisien dan mudah membawanya. Bila Si Bocah tidak tidur, dia bertanggungjawab dengan dino dan wajib berjalan sendiri. Ayah dengan ransel besar dan 1 ransel sedang. Saya sendiri membawa 1 ransel sedang. Bila Si Bocah tidur, maka tugas pun berubah. Ayah menggendong Si Bocah dan membawa ransel besar, saya dengan 2 ransel sedang dan dino.
Sac à dos family, saya biasa menamainya. Kemana-mana membawa ransel di punggungnya. Apa bedanya dengan keluarga kura-kura ninja ya ? (eh)






4 comments:

  1. Sebetulnya Sebatik minyak serbaguna perlu dipertimbangkan keberadaannya, untuk menguras capek dan stdknya P3K keluarga.

    Tetep promosi jualan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. it's very nice, Puh. Terima kasih ya. Doakan saja sac a dos familly ini sehat selalu.kapan-kapan ikut juga yuk, agak jauhan ke tempat Budha-budha berada :-)

      Delete
  2. sayangya perjalan itu jarang ke pantai di daerah dukuhseti pati. mungkin salah satu jawaban ketika ada pertanyaan ke pati? kerumah siapa? ke kediaman pak sukarso desa banyutowo kecamatan dukuhseti, Pati

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih ya, kapan-kapan kata ayahnya, diagendakan kesana. Ada referensi pantai yang nyaman untuk anak-anak bermain kan ? hehehehe

      Delete