Pages

Sunday 25 November 2012

Seri Belajar Bahasa (part 1)

membaca memperkaya kosakata
‘Ha…aku tahu kata yang huruf depannya c. Ciyus ! benar tidak, Bu ?’kata seorang murid dengan penuh semangat. Terlihat senang saat berhasil menemukan satu kata yang saya minta. Nah lo…kalau sudah seperti ini bagaimana ?Mau dibenarkan atau disalahkan ? Dibenarkan, jelas-jelas itu bukan bahasa Indonesia yang benar, kalau mau disalahkan, hampir setiap hari kata itu muncul sebagai iklan di stasiun televisi.

Cukup prihatin sebenarnya melihat kondisi kebahasaan di saat-saat sekarang ini pada anak-anak. Bukan salah mereka sebenarnya bila kemudian mengenal bahasa-bahasa ‘aneh’ yang ‘gaul’ seperti ini sebab memang di masyarakat kita, bahasa inilah yang berkembang dan populer.


Namun memang kemudian dampaknya terutama ke anak-anak yang baru memperkaya kosakata seperti murid saya ini. Anak-anak yang berada di masa belajar memperkaya kosakata dengan ingatan yang l uar biasa ini, harus mengenal bahasa-bahasa ‘gaul’ yang keliru. Lebih mengenal bahasa yang salah namun umum digunakan di keseharian kita daripada bahasa Indonesia yang benar.

Lalu apa yang bisa kita lakukan ? Membendung perkembangan bahasa-bahasa ‘gaul’ itu ? Atau bahkan melarangnya ? Tidak mungkin juga bukan ? Hal yang mustahil sebab yang namanya bahasa adalah sebuah kode yang bisa berkembang luas tergantung dari para pemakainya. Mungkin awalnya bahasa-bahasa tersebut adalah milik sebuah komunitas terbatas, namun karena suatu hal menjadikannya terkenal dan meluas di masyarakat.

Mungkin yang bisa kita lakukan adalah memberi contoh pada anak-anak kita terutama yang baru belajar mengenal kosakata untuk berbicara dengan bahasa yang benar. Bukan bahasa ‘gaul’ atau ‘prokem’. Memakai bahasa yang benar bukan termasuk golongan udik atau ga’ gaul kok.
berimajinasi jadi robot


Selain itu, membiasakan membacakan cerita kepada anak-anak kita, salah satu jalan memperkaya kosakata mereka juga. Mengenalkan mereka pada petualangan menarik dalam cerita sekaligus mengenalkan kosakata baru. Mendengar kosakata baru, banyak anak yang akan mengucapkannya berulang-ulang. Sebuah proses wajar sebagai strategi mengingat.

serius membaca
Seperti ketika saya bercerita tentang The Giant and the Beanstalk. Seorang murid saya dengan semangatnya berimajinasi berperang melawan raksasa dalam cerita saya itu. ‘Hai, rakraksa, lawanlah aku, ciaaat ciaat!’ katanya bersemangat meski yang diucapkannya keliru. Teman-temannya mengingatkannya kalau bukan rakraksa tetapi raksasa tidak diindahkan. Baru ketika saya ikut membenarkan, dia akan pelan-pelan mengejanya, rak-sa-sa.

Nah, itu yang mendengar kosakata baru dan benar saja masih kebingungan mengejanya, bagaimana kalau langsung dapat yang ‘gaul’ ?

No comments:

Post a Comment