Pages

Thursday 24 February 2011

Usia dengan Seribu Mengapa


Katakanlah, mengapa Ibu mencintaiku ? Mengapa ada hujan ? Mengapa matahari terbenam ? Mengapa bumi berputar ? Mengapa burung yang bisa terbang dan bukannya kura-kura ? Mengapa ? Mengapa ? Mengapa ?
Berpuluh alasan bertanya mengapa menghampiri anda hampir setiap menit. Pertanyaan yang pastinya dilontarkan oleh buah hati anda. Mengapa ya mereka menanyakan 'mengapa' kepada kita ?

Pertanyaan awal 'Mengapa' terjadi pada usia 3 tahun

Sejak buah hati kita mampu mengucapkan sebuah kata, maka pada saat itulah mereka belajar bertanya.Pada awalnya, tidak perlulah memaksakan mereka untuk mengajukan pertanyaan dengan benar. Bagaimanapun, seiring proses belajarnya, buah hati kita akan belajar menyusun kata dengan benar dengan cara merangkai kata-kata yang dikuasainya.

Mandiri : Biarkanlah Mereka Mencobanya !

    © GMVozd-cote-momes.com


Ia belum bisa menulis namanya secara benar. Ia bahkan belum tahu sesuatu itu bahaya atau tidak. Hal itu bukanlah suatu alasan untuk kita bisa mencegahnya mencoba mandiri.Sejak usia 3 tahun, anak-anak sebenarnya bisa menolong pekerjaan rumah sesuai dengan usia mereka.Bila mereka diberi kesempatan untuk mencoba belajar mandiri, maka semuanya akan bisa mereka kuasai.

Sejak ia mengetahui mampu, maka banyak hal yang ingin dilakukannya sebab keinginan untuk mandiri dan bebas adalah salah satu insting dasar yang ada pada anak-anak. "Anak yang mandiri akan lebih bisa merasakan keberadaannya sebagai bagian dari sebuah lingkungan", terang psikolog Claude Halmos. Sejak usia 3 sampai 4 tahun, kemampuan motorik dan intelektual anak akan berkembang secara maksimal sehingga memungkinkan anak-anak untuk mempelajari segala hal yang ada di sekitar mereka.

"Bagaimana bahasa indonesia anak saya ?"

“Karena saya adalah nasionalis idealis”, kata-kata itu masih terngiang-ngiang dalam benak saya. “Maka saya inginkan anak saya harus pandai berbahasa Indonesia”.

Saya tertegun mendengarnya. Kalimat yang tidak pernah saya sangka akan saya dengar hari ini. Di tengah maraknya keinginan para orang tua sekarang menyekolahkan anak-anaknya ke sekolah bertaraf internasional, wajar bila kalimat tersebut membawa kekaguman tersendiri.

Dia (tokoh setengah fiktif) dengan wajah serius bercerita tentang keinginannya melihat negerinya menjadi negeri yang besar. Negeri yang dikenal semua bangsa. Negeri yang generasinya bangga mengatakan saya orang Indonesia.

10 Menit yang Sederhana, 10 Menit yang luar biasa

Ada yang berbeda mulai pagi kemarin di sekolah. Rutinitas ikrar yang dilakukan para murid memang masih dilakukan seperti biasa. Hanya saja anak-anak membawa sebuah buku cerita di tangan mereka masing-masing. Buku itu dipegang di tangan kiri sementara mereka tetap dalam posisi siap berikrar.
Usai berikrar, semua murid gojigobeh (lungguh siji lungguh kabeh) di halaman dengan buku di pangkuan. Ketika terdengar suara sirine, serentak semua baik guru maupun murid membuka buku yang mereka bawa dan mulai membaca. Tenang dan cukup menyenangkan melihat suasana seperti itu. Guru dan murid berbaur menjadi satu dengan buku bacaan masing-masing. Mereka menikmati cerita dalam bacaan yang dibacanya. Acara membaca bersama ini berlangsung selama sepuluh menit. Suara sirine pula yang menandai berakhirnya acara membaca bersama itu.

Wednesday 23 February 2011

Bienvenu ! Welcome ! Selamat Datang ! Sugeng Rawuh !

secangkir kopi adalah blog bebas yang membahas tentang ganjalan hati alias uneg-uneg. Namun bukan sekedar uneg-uneg lho. Uneg-uneg di sini ragamnya banyak sekali. Bisa tentang pendidikan, perkembangan anak, kehidupan, dan sejarah. Meskipun namanya uneg-uneg, namun semoga uneg-uneg ini selain seru juga bermanfaat bila dibaca oleh yang lain. Jadi, sering-sering buka blog ini ya, mungkin saja uneg-uneg kita sama dan kita bisa berbagi. Seru kan ?