Pages

Thursday 24 February 2011

10 Menit yang Sederhana, 10 Menit yang luar biasa

Ada yang berbeda mulai pagi kemarin di sekolah. Rutinitas ikrar yang dilakukan para murid memang masih dilakukan seperti biasa. Hanya saja anak-anak membawa sebuah buku cerita di tangan mereka masing-masing. Buku itu dipegang di tangan kiri sementara mereka tetap dalam posisi siap berikrar.
Usai berikrar, semua murid gojigobeh (lungguh siji lungguh kabeh) di halaman dengan buku di pangkuan. Ketika terdengar suara sirine, serentak semua baik guru maupun murid membuka buku yang mereka bawa dan mulai membaca. Tenang dan cukup menyenangkan melihat suasana seperti itu. Guru dan murid berbaur menjadi satu dengan buku bacaan masing-masing. Mereka menikmati cerita dalam bacaan yang dibacanya. Acara membaca bersama ini berlangsung selama sepuluh menit. Suara sirine pula yang menandai berakhirnya acara membaca bersama itu.

Sekolah memang sedang merayakan bulan bahasa dengan mensosialisasikan gemar membaca di kalangan generasi muda. Acara membaca bersama selama sepuluh menit ini akan dilakukan selama dua pekan mulai hari ini.

Dilihat sekilas, kegiatan ini terlihat sederhana dan remeh. Namun janganlah memandang sesuatu selalu dari apa yang terlihat di luar sebab sekolah tempat saya mendidik ini sedang mempersiapkan sesuatu yang besar. Sebuah budaya positif yang kelak akan membuat negeri ini bangga kepada generasi mudanya. Budaya positif itu adalah budaya membaca.

Menjadi bangsa yang besar, salah satu syarat mutlak adalah masyarakatnya menguasai informasi. Umat Islam mengalami masa kejayaannya adalah berkat ketekunan mereka dalam membaca. Kebudayaan tersebut merosot sekarang ini bukan hanya karena banyak buku yang dimusnahkan pada masa perang agama dulu, namun juga karena umat Islam tak lagi menikmati kegemaran bersunyi membaca buku.

Game dan televisi lebih menarik minat mereka. Padahal bila senang membaca, akan membuka banyak wawasan tentang dunia yang menakjubkan. Membaca membuat seseorang kreatif, mampu bermimpi, dan memiliki imajinasi yang tak terduga. Sebagai contoh, jauh sebelum manusia mampu membuat kapal selam, Jules Verne dalam bukunya 80 hari dalam laut, telah membayangkan sesuatu yang dapat berada dalam laut dengan cukup lama. Sesuatu tersebut terbuat dari besi yang dipertautkan. Atau Karl May yang mampu memceritakan kisah yang menakjubkan dalam bukunya yang berjudul Winnetou meski pun dia belum pernah pergi ke amerika. Karl May mampu menceritakan kehidupan orang Indian di Amerika lengkap dengan kondisi geografis negara tersebut berkat ensiklopedi yang dibacanya. Mungkinkah kita mampu bermimpi dan membuat cerita yang menakjubkan dengan bermain game di komputer atau melihat televisi ?

Membaca adalah perilaku positif yang dilakukan oleh semua orang yang berpendidikan. Sebuah negara akan menjadi sebuah negara yang besar bila mampu menguasai informasi. Untuk bisa menguasai informasi, syarat utamanya adalah bisa dan suka membaca.

Di negara maju seperti Amerika dan Prancis, membaca adalah wajib bagi semua orang terutama generasi mudanya. Mereka mengadakan festival membaca setiap tahun. Baru-baru ini, di Washington DC, ibukota Amerika Serikat diadakan festival membaca yang dihadiri lebih dari 70 penulis buku dan seratus ribu masyarakat. Di Prancis, ada lire en fête 2009 untuk perayaan gemar membaca ini. Antusiasme masyarakat kedua negara ini dalam hal membaca perlu kita tiru.

Gemar membaca ini bukanlah sesuatu yang otomatis ada pada diri kita semua. Gemar membaca dapat dimunculkan karena lingkungan.

Hari ini adalah hari kedua program membaca. Menyenangkan melihat anak-anak bersemangat mengikuti acara membaca bersama ini. Sebelum bel berbunyi, pemandangan yang tampak bukan lagi hanya anak-anak yang berkejaran namun juga anak-anak yang duduk-duduk sambil membaca di bawah pohon dengan buku di pangkuan. Selain itu juga anak-anak sangat bersemangat menceritakan buku yang dibacanya. Nasta Alya (kelas 3) dengan antusias menceritakan bagaimana menariknya buku yang dibacanya. Atau Azra (kelas 1) yang membawa buku sampai 3 buah. Dampak kegemaran membaca juga terlihat saat istirahat, anak-anak selalu mengambil kemudian membaca buku yang dibawanya atau kadang kala bertukar dengan teman.

Anak-anak dapat dilatih suka membaca tidak saja di sekolah namun juga di rumah. Acara membaca bersama di dalam keluarga bisa menjadi satu alternative menumbuhkan kegemaran membaca pada anak. Tidak menutup kemungkinan juga ayah dan ibu bergantian mendongeng kepada buah hatinya yang masih berusia 6-8 tahun. Untuk ananda yang telah kelas 3 sampai kelas 6, mungkin bisa bergantian bercerita tentang buku yang dibaca. Hal tersebut akan mendorong anak gemar membaca sedari dini.

Sekali waktu, di akhir pekan, bersama satu keluarga sekali-kali ketika sedang jalan-jalannya tidak ada salahnya untuk mapir ke toko buku. Berburu buku bagus dan bermutu akan jadi peristiwa menyenangkan tidak saja bagi anak, namun juga bagi orang tua. Kegiatan ini sekaligus juga bisa untuk mendekatkan hubungan antara anak dan orang tua.(erna)

Dari kata menguntai serangkai cerita
Dari membaca kitapun membuka wacana


No comments:

Post a Comment