Pages

Monday 19 December 2011

Learning to Be Good (#2)

foundations for learning
– Playing with peers –
Hari ini di sekolah ada class meeting. Perlombaan antarkelas. Kegiatan yang dilakukan setelah anak-anak selesai mengikuti uji kompetensi (UAS). Perlombaannya sebenarnya hanya satu macam, sepakbola.

Namun semangat anak-anak dalam mengikuti perlombaan patut mendapat apresiasi positif. Baik dari segi kesiapan pemain sampai dukungan teman-teman sekelas dengan beragam cara seperti adu yel-yel dan membuat poster. Meski mereka tahu setelah berlomba, mereka akan kepanasan sebab listrik di sekolah sedang mati yang berarti tidak ada ac di kelas.


Semangat berlomba ini juga menjalar di kelas saya. Kelas 2. Seusai iqro, anak-anak membuat poster-poster dukungan dari kertas HVS. Anak laki-laki pun membicarakan strategi yang akan digunakan. Mereka juga memilih kapten tim. Seorang anak yang merasa mampu bermain sepakbola dengan baik ingin menjadi kapten. Namun banyak dari teman-temannya lebih memilih anak yang populer di antara mereka karena kelucuan dan kepiawaiannya berbicara. Si anak yang pandai bermain bola dan seorang temannya akhirnya mengalah dan menerima keputusan teman-temannya. Meski terlihat agak kecewa.

Saya mengamati saja diam-diam. Tak mencampuri. Di awal, saya telah menekankan untuk saling menghormati dan berdiskusi dengan baik tanpa perlu memaksakan kehendak bila teman yang lain tidak setuju. Saya pun ingin melihat sejauh mana mereka mampu melakukan dialog membuat sebuah keputusan.

Pertandingan pun dimulai. Kelas dua melawan kelas dua. Seru sekali. Heboh juga sebab semua murid dari kelas dua sampai kelas enam melihat. Kelas saya ketinggalan satu angka. Namun anak-anak tetap semangat bermain.

Di tengah pertandingan, si kapten kelas saya tiba-tiba menangkap dan membawa lari bolanya sambil berkeliling lapangan dengan berteriak-teriak menarik perhatian. Kontan wasit membunyikan peluit tanda pelanggaran.

Tendangan bebas yang diberikan wasit karena pelanggaran tadi, menjebol gawang kelas saya untuk kedua kalinya. Murid saya yang pandai bermain bola tadi hanya geleng-geleng kepala. Terlihat pasrah.

Pertandingan pun dilanjutkan. Ah, ternyata aksi si kapten belum usai. Setelah membawa lari bolanya, sekarang dia bergaya main vollley dengan memukul bola memakai tangan. Terlihat lucu aksinya itu andai tidak di saat sedang dalam pertandingan. Andai dia tidak membuat teman-temannya kesal sebab harus dibayar dengan satu gol lagi dari lawan. Teman-temannya pun mulai resah. Mereka pun meminta ijin mengganti si kapten dengan teman yang lain.

Kami jadikan bahan obrolan di kelas usai pertandingan. Apalagi tim kelas saya sebagai tim yang kalah. Anak-anak terlihat kecewa sekaligus kesal. Menyalahkan satu anak yang awalnya mereka jadikan kapten.

Menyemangati mereka adalah yang pertama harus dilakukan. Kesungguhan dalam bertanding adalah yang lebih penting dan bukan masalah siapa pemenangnya. It’s just a game. Hanya sebuah permainan.

”Tapi kita tidak dapat hadiah ?” kata seorang anak. Saya pun menyemangati bahwa semua akan dapat hadiah karena kesungguhannya dalam bermain. Mereka pun bersorak. Apresiasi kecil sangat berarti dalam membangun kepercayaan diri mereka ternyata ...

”Berarti kapten tak dapat hadiah, dia kan tak sungguh-sungguh tadi. Malah membawa lari bolanya.” Sebuah celetukan seorang murid menyadarkan bahwa saya telah terlewat membahas satu hal. Hm...

Anak yang dimaksud terlihat diam terpekur. Mencoba menetralisir keadaan, saya tersenyum. Mengatakan kepada yang lain bahwa si kapten menyesal akan sikapnya. Dia tadi hanya bermaksud melucu, tak tahu kalau sikapnya melanggar peraturan dan merugikan yang lain. Bukan begitu ? tanya saya kepada si kapten yang dibalas dengan anggukan pelan.

Sungguh sangat pengertian murid-murid saya ini. Mereka tanpa berbelit-belit mau memaafkan si kapten. Sederhana saja.

Permainan. Bukan hanya sekedar kegiatan bersenang-senang dan petualangan bagi anak-anak. Permainan juga merupakan latihan mereka untuk bisa menguasai diri dan mengenal dunia di sekitarnya. Melalui sebuah permainan, mereka belajar berinteraksi dan memahami perilaku berbeda-beda dari orang lain. Jadi, mari sering-sering mengajak anak-anak bermain.





No comments:

Post a Comment