Pages

Monday 31 October 2011

Ketika Belajar Mengukur Panjang Benda


aku tinggi kan ?
Di kelas 2  ini, kebetulan sekali saya mendapat tugas mengajar mata pelajaran yang memang saya gemari sejak duduk di sekolah dasar. Matematika, bahasa indonesia, dan sains. Hm...menyenangkan sekali. Banyak hal menarik yang bisa saya lakukan bersama anak-anak. Bukan hanya anak-anak yang belajar, namun saya pun banyak belajar bersama mereka. Memahamkan sebuah materi dengan sederhana dan menyenangkan sesuai dengan usia mereka adalah tantangan menarik bagi saya setiap harinya.

Seperti kemarin, belajar tentang mengenal cara mengukur panjang benda dengan satuan baku. Sempat harus membukai beberapa buku. Mengkombinasikannya di sana-sini agar menemukan formula menarik. Maklumlah, hampir 70% anak-anak di kelas saya memiliki gaya belajar kinestetik. Jadi, bila hanya duduk diam di bangku sambil mendengarkan saya ceramah, jelas akan sedikit yang tahan dan pastinya mereka akan bosan. Bisa-bisa saya akan ditinggal mereka berlarian. Harus bergerak, beraktivitas, dan paham. That’s the goals !

Akhirnya saya menemukan cara. Seperti biasa, saya akan memberikan kata kunci mengapa belajar mengukur. Setelah itu menanyakan panjang sebuah buku kepada mereka. Anak-anak akan menerka panjangnya tanpa mengukur. Baru setelah ditebak, saya buktikan dengan mengukur memakai alat untuk kebenarannya. Lalu kami pun praktik bersama-sama.

Awalnya senjatanya adalah penggaris sebagai alat ukur baku pertama mereka. Mencermati penggaris 30 cm. Angkanya, garisnya, warnanya. Yang terlihat remeh namun penting bagi mereka. Lalu menunjukkan cara memakai dan membaca angkanya. Ini praktik langsung. Mengukur benda yang akrab seperti buku tulis atau pensil. Sederhana ? iya. Remeh ? Mungkin. Namun bagi anak-anak kelas 2 sekolah dasar, semuanya penting. Terlihat dari antusiasme mereka. 50 menit berlalu dengan kesibukan anak-anak mencari dan menggambar yang harus mereka ukur secara individu. Sukses untuk hari pertama.

Hari kedua, saya bagi anak-anak dalam beberapa kelompok. Melihat saya memegang penggaris kayu 100 cm dan tali rafia, rasa penasaran pun muncul. Kegiatan kita apalagi bu ? sepertinya seru! Dan beberapa tanggapan positif lainnya.

Saya jelaskan bahwa kegiatan kita adalah mengukur tinggi badan teman memakai tali rafia dan mengukurnya di penggaris kayu. Saya memperlihatkan satu contoh. Heboh. Ribut dengan bayangan aktivitas yang akan dilakukan. Namun heboh positif.

Senang rasanya melihat mereka, murid-murid bergerak ke sana ke mari sibuk dengan tugas yang dilakukan. Saya sengaja membentuk kelompok-kelompok pun untuk melihat sejauh mana mereka bisa bekerja sama dengan teman-temannya. Berdiskusi, membagi tugas, dan menerima keputusan. Ada yang mengukur tinggi teman lalu mengukur panjang tali rafianya dengan penggaris, ada yang menggambar temannya dan mencatat hasil pengukuran, ada yang membantu memegang tali. Menyenangkan. Anak-anak sibuk dengan tugasnya. Tak peduli dengan gurunya yang mendokumentasikan kegiatannya. Ketika kegiatan berakhir, mereka pun bilang seru. Seperti bermain ya, tidak belajar. Namun insya Allah mereka paham. Terlihat dari hasilnya. Kadang belajar tak perlu harus mengerutkan dahi kok, nak. 
bagian pencatat hasil

Bekerja sama



mengukur berapa panjangnya







No comments:

Post a Comment