Pages

Wednesday 26 October 2011

Merci Beaucoup Madame, et Au Revoir

Pagi saya hari ini dimulai dengan bangun kesiangan sebab susah tidur semalam. Entah apa sebabnya. Mungkin kejutan-kejutan di pekerjaan yang kerap terjadi akhir-akhir ini, atau kafein terlalu banyak yang saya minum pada sore hari atau juga keasyikan curhat dengan suami atau mungkin juga semuanya. Yang pasti saya menjadi sedikit terburu-buru mempersiapkan diri (dan itu bukan gaya saya).

Kondisi amburadul itu diperparah sakit perut yang cukup mengganggu. Arg...lengkaplah membuat pagi saya kacau. Sesampai di sekolah, belum sempat masuk kelas, saya harus ke kamar kecil. Semenit bernafas lega, bel berbunyi. Mau tak mau saya kembali ambil nafas. Maklumlah, pagi ini tugas kelas saya yang berirkrar. Harus bagus ikrarnya, sebab ada pengawas dari Jakarta datang hehehehe. The show must go on.


Lepas ikrar, saya tenang-tenang saja. Naik lantai tiga sambil berbicara dengan beberapa anak. Saya tahu bahwa hari ini saya tak ada jam mengajar dan administrasi lengkap. Kalau pun nanti ada supervisi, saya tidak khawatir. Mungkin sekitar pukul sembilan saya menduganya.

Masuk kelas, saya bengong. Diatas meja saya tertata dengan susunan menakjubkan benda-benda yang digunakan untuk percobaan benda padat dan benda cair kemarin. Anak-anak tadi sempat ’bereksperimen’ dengan materi yang baru saja dipelajari.

Ah, nanti saja diurus, sekarang berdoa dulu, batin saya. Nanti saja yang berbahaya. Ternyata, di tengah-tengah kegiatan berdoa, ibu pengawas masuk kelas. Oh My God! Saya terjebak dengan keputusan nanti saja. Tak mungkin saya menghentikan aktivitas berdoa.

Panik yang sangat. Kondisi panik inilah yang sangat saya benci. Saya tak  suka kejutan sebab kerap membuat saya mati gaya. Kaya orong-orong kepidak bahasa jawanya. Ketika ditanya administrasi kelas, entah bagaimana saya tak menemukannya barang selembarpun. Panik pun meningkat. Oh Tuhanku. Sampai di detik terakhir, saya tak berhasil menemukannya.

Malu sekali. Secara profesional kerja, jelas saya tak patut diteladani. Entah bagaimana, seusai berlalunya pengawas, saya melihat dokumen administrasi saya di keranjang. Ah... Akhirnya, seusai anak-anak pulang, saya pun menghadap ibu pimpinan. Dengan menyesal dan minta maaf saya ceritakan situasinya.

Ibu pimpinan nan berpandangan luas meski berbadan mungil pun memaklumi. Mau menyampaikan situasi saya kepada ibu pengawas dengan resiko mungkin beliau pun akan mendapat teguran gara-gara keteledoran saya. Hasilnya, saya diberi kesempatan kedua. Menjelaskan tentang administrasi saya dan detail pembelajaran dan penilaiannya. Mendapatkan apresiasi yang positif pula.

Ah, hari yang luar biasa bukan ? Saya banyak mendapatkan pelajaran dengan apa yang baru saja terjadi. Terima kasih Tuhan. Engkau beri saya kesempatan mengenal dan mengalaminya. Merasakan bagaimana memiliki pemimpin yang benar-benar memahami anak buah, rekan-rekan gurunya. Ada haru sekaligus bangga. Terima kasih ibu. Semoga akan banyak pemimpin seperti ibu.

Saya unggah tulisan ini di blog lebih kepada hormat kepadanya. Pemimpin sekaligus rekan yang saya mengenalnya empat tahun silam. Pemimpin yang selalu menyemangati dan tak lelah belajar hal baru. Pemimpin yang tak sekedar berkata kerjakan, namun juga ikut bersama melakukannya. Pemimpin di waktu-waktu terakhir saya bisa bersamanya masih terus ’memanusiakan’ anak buahnya. Merci beaucoup madame. Meski minggu depan kami tidak bisa melalui hari-hari bersama Ibu seperti waktu-waktu yang lalu. Semoga kita masih sevisi dalam mendidik anak-anak dimanapun itu. Au revoir madame.


Saya dedikasikan tulisan ini untuk pemimpin sekaligus teman guru : Ibu Kantinah Rahayu.

masa indah dan bersama





1 comment:

  1. Hormat dan terima kasih pula untuk beliau, pasti selalu ada masa indah dan bersama lagi, suatu saat nanti.

    ReplyDelete