Pages

Sunday 19 June 2011

Gunting, Lem, dan Jarum

Di hari terakhir bersama murid-murid saya di kelas satu, kami mengadakan acara bersenang-senang. Salah satunya adalah tukar kado. Kado yang dibungkus dengan koran seharga 5 ribu sampai 10 ribu. Menyenangkan dan seru. Tanpa beban sama sekali. Rasanya plong tertawa bersama mereka. Tidak kelihatan aneh di lingkungan yang tanpa prasangka.
cikidadedi.multiply.com

Acara bertukar kado dilakukan dalam formasi lingkaran besar. Kami menyanyi bersama sambil memutar kado berbungkus koran searah jarum jam. Murid kelas satu. Acara memutar kado ini perlu pengulangan sampai lima kali sebab selalu saja ada kado menumpuk di satu anak. Namun tidaklah mengurangi serunya. Bernyanyi mulai dengan ritme lambat sampai cepat.

Sampai akhirnya nyanyian berhenti dan acara membuka kado yang diterima. Seru, heboh, dan berisik.

Saya mendapat kado lem dan teman guru saya mendapat gunting.

Lem dan gunting. Perpaduan yang unik. Satu merekatkan dan satu memisahkan.


Ada satu benda yang selalu berusaha pula merekatkan yang jauh, menyambung yang putus/robek, dan menambal yang kurang. Jarum.

Salah satu buku kesukaan saya mengulas pula tentang perpaduan  benda-benda ini. Gunting dan jarum. Shavique Keshavjee dalam bukunya Le roi, le sage, et le bouffon (sang raja, sang bijak, dan si badut) mengatakan bagaimana keduanya bisa menjadi simbol perilaku individu di masyarakat karena kemiripan sifatnya.

Saat itu, sedang ada konferensi internasional di negeri Sang Raja. Banyak cedekia berkumpul membahas akan agama yang paling pas atau pilihan tidak beragama untuk rakyat negeri. Para cendekia itu dengan semangat membahas keistimewaan akan agama atau paham tak beragama yang dianutnya.

Singkat cerita, semua berpendapat sebagai yang terbaik sehingga nyaris terjadi kericuhan. Ketika kondiri semakin genting, saat itulah ungkapan tentang gunting dan jarum ini muncul. Semua cendekia yang ada diminta mendengarkan ulasan tentang kedua benda ini dari Sang Bijak dan merenungkannya. Mereka semua bisa menjadi gunting dan jarum. Akan membawa dampak baik dan buruk adalah tergantung situasi yang ada saat itu. Perlu diingat bahwa apapun keputusannya nanti, ada banyak jiwa yang akan menanggungnya. Masyarakat negeri. Semua cendekia terdiam dan menjadi malu menyadari mereka nyaris bertengkar seperti orang barbar.

Di kehidupan sehari-hari, kita pun kerap menemukan tipe orang-orang seperti kedua benda di atas atau pula seperti lem. Ada yang selalu ingin memotong, memisahkan, atau juga merusak seperti gunting. Ada yang kerap berusaha menyambungkan, mendamaikan, menyatukan seperti lem dan jarum.

Tidak ada yang salah dengan sifat-sifat tersebut. Yang perlu diingat adalah waktu dan kondisi yang tepat dalam menggunakannya. Sesuatu yang baik pun bisa memporandakan keadaan bila ada di waktu yang tidak tepat.


Mari bersikap bijak dalam kondisi apapun. Tahu kapan menjadi gunting, lem, atau jarum.

No comments:

Post a Comment