Pages

Saturday 5 March 2011

Permainan Anak-anak ; Apa yang bisa dipelajari darinya ?



Pada umumnya, waktu bermain sering dikatakan sebagai waktu melepas lelah atau waktu bersenang-senang. Sebenarnya bukan itu saja, waktu bermain juga merupakan waktu yang diperlukan untuk anak-anak dalam proses pengembangan dirinya baik secara motorik maupun fisik.

Permainan kanak-kanak - Bukan Sesuatu yang Remeh
secangkir kopi


Melempar bola, mengatur posisi mobil-mobilan parkir, berpura-pura menjadi putri, koboy, alien, bermain polisi-polisian, atau jadi pendaki pertama Himalaya. Bila dilihat sekilas, permainan kanak-kanak itu hanyalah sesuatu yang remeh, pengisi waktu mereka di sela-sela menunggu waktu makan saja tanpa ada artinya. Bila pikiran kita seperti itu, maka kita telah membuat kesalahan besar ! Di saat mereka bermain, secara tidak langsung anak-anak kita sedang berproses mengembangan karakter dirinya.

Ikut bermain dalam permainan mereka adalah satu cara untuk memahami dunia anak-anak. Pengulangan pada gerakan berkali-kali yang dilakukan oleh anak-anak dalam permainan tersebut (seperti berlari, merangkak, melompat ...) secara tidak langsung melatih gerak reflek sekaligus kebiasaan mereka. 

Permainan yang mengunakan benda seperti bola, pedang, mobil-mobilan dsb juga dapat melatih anak untuk belajar memahami dan tidak takut dengan lingkungan sekitarnya. Benda-benda ini tidak bisa digantikan dengan playstation misalnya sebab bagaimanapun, stimulus yang diterima akan berbeda bagi anak-anak.

Permainan individu maupun bersama-sama  tetap merupakan wahana penting bagi anak-anak untuk belajar mengenali dirinya ; sambil bermain itulah mereka saling mengenal satu dengan yang lain. Situasi yang mereka temui saat bermain pun memungkinkan mereka untuk belajar memahami aneka ragam emosi dan bagaimana menyikapinya.

Anak yang senang bermain menandakan kalau dia sehat. Mulai usia 0 tahun sampai 8 tahun, banyak aktivitas baru yang muncul seiring perkembangan usianya. Seperti permainan petak umpet tidak mungkin dilakukan oleh anak-anak di bawah usia 3 tahun, namun setelah melewati usia 3 tahun, mereka akan sangat menyukai permainan ini. Di tataran waktu itu, ketika mereka sedang asyik dengan permainan petak umpet, mereka pun belajar memupuk kepercayaan diri. Seiring dengan perkembangan usianya, anak-anak kita akan tumbuh dan berkembang sesuai dengan ritmenya masing-masing. Namun perlu diingat bahwa setiap anak memiliki ritme yang berbeda-beda, tidak bisa kita samakan satu dengan yang lain.
Bermain ; Jalan Membuka Dunia
Ketika seorang anak kecil belum bisa berjalan atau memegang benda, maka ia akan memilih menggunakan anggota tubuhnya yang paling sederhana yaitu mulut. Seorang balita memiliki kecenderungan mengunyah dan menggigit semua benda yang ada dalam jangkauannya. Ia belajar dari kegiatan tersebut seperti layaknya belajar makan. Dari pengalaman yang dilakukannya, seorang balita akan menemukan hal baru lagi seperti bantal yang nyaman untuk tidur. Selanjutnya, mengikuti insting alaminya, hal yang nyaman itu ia artinya sesuatu yang aman.

Di perjalanan selanjutnya, permainan anak-anak apapun jenisnya itu, akan membuka dunia baru bagi anak-anak. Permainan-permainan  itu seperti ensiklopedi dunia bagi mereka sekaligus juga tempat dimana mereka mengenal rasa 'berbeda pendapat' dengan teman-temannya.  Kanak-kanak yang di awalnyanya hanya mengenal orang tua sebagai orang-orang di sekitarnya, mulai menjangkau lebih luas lingkungannya, merasakannya hal-hal baru lagi dan lagi. 

Penting bagi orang tua untuk mendampingi anak-anak pada masa pengenalan dunia baru ini sebab mereka kerap kali masih bimbang dan memerlukan dukungan orang tua sebelum memutuskan untuk melalukan satu permainan baru yang baru dikenalnya. Rasa takut sering muncul pada diri anak ketika ia berproses berinteraksi dengan orang-orang baru di luar orang tuanya.
Ketika masa memasukkan semua benda ke dalam mulut berlalu bagi seorang balita, maka ia akan berpindah mengenali dunianya melalui telinga, hidung, dan mata. Tidak perlu diragukan fase ini akan datang. Seorang balita bisa merasakan sesuatu tanpa ia melihatnya dulu. Hal ini bisa dilatih ketika mereka menggunakan indera lain. Sebagai contoh mereka bisa merasakan perbedaan bantal bulu dengan buku yang disodorkan kepadanya melalui tekturnya. Dua manfaat dari kegiatan ini pertama adalah mereka belajar mengenal dunia (di usia 6 bulan, seorang balita belum bisa membedakan antara seekor jerapah dengan kereta api)  dan kedua mereka melatih indera perasanya ; merasakan halus atau kasar ...
Permainan Anak-anak : Ajang Latihan Mengendalikan Takut
secangkir kopi
Menyadarinya luasnya dunia yang ditemui, sering kali seorang balita akan menyerahkan apa yang akan dipelajarinya tergantung dari apa yang akan dipilihkan orang tua padanya. Hal ini lebih karena perasaan aman bila mereka mengenal dunia dengan didampingi orang tuanya.

Ketika seorang balita mengambil sebuah benda lalu melemparnya, biasakanlah ia mengambilnya kembali. Itu akan menjadi pengalaman kurang menyenangkan untuknya namun saat itu juga merupakan masa orang tua memberi dukungan moril buah hatinya. Mengapa ? Sebab mereka melemparnya dengan maksud bermain-main, bukan untuk merusak atau memecahkannya, hanya mengukur seberapa jauh benda itu bisa terlempar. Ketika kita mengambil kembali benda yang telah dilemparnya, kita tunjukkan bahwa benda itu bisa kita temukan lagi meskipun sempat di luar jangkauan pandangan. Mereka akan mengulang kembali aktivitas lempar temu benda itu dan semakin lama semakin jauh daya lemparnya ; pada saat itu, mereka belajar memahami situasi dan mengendalikan perasaan paniknya ketika sesuatu yang biasa di sampingnya tak ada lagi.

Sebelum benar-benar merasa yakin, seorang balita akan terus melakukan banyak percobaan alaminya. Termasuk melakukan percobaan bermain 'dimana kamu' ; orang tua bersembunyi dibalik meja untuk beberapa lama tanpa sepengetahuan buah hatinya. Di saat itu, anak-anak akan belajar merasakan aneka ragam emosi di hatinya - khawatir ketika tiba-tiba kehilangan anda dan kegembiraan besar ketika berhasil menemukan anda kembali. Untuk beberapa anak, fase ini mungkin sekali merupakan fase yang berat, dan bisa jadi ingatan pada pengalaman 'kehilangan' itu sulit terlupakan. Namun fase ini juga menjadi salah satu kunci menuju gerbang kemandirian mereka nantinya.

Dari banyaknya pengalaman yang dialami, seorang anak akan memahaminya sedikit demi sedikit tentang segala sesuatu meskipun belum melihatnya. Mereka bisa membayangkannya. Untuk membantu mereka melalui proses ini, sebagai orang tua, kita bisa melakukan variasi dalam bermain bersamanya seperti 'tebak benda', 'petak umpet', 'binatang apa aku' dan sebagainya.

No comments:

Post a Comment