Erna_NHW1
Matrikulasi IIP Batch 2 - Ilmu Apa Yang
Mau Ditekuni ?
Bergabung di IIP sebenarnya sudah lama sekali. Sejak saya
masih di Surabaya. Namun, hanya sebatas silent
reader dan pengikut pasif. Baru kali ini mengikuti Program Matrikulasi,
setelah bergabung di IPP Depok. Mencermati isi matrikulasi yang disampaikan
oleh founder IIP - Ibu Septi Peni Wulandani
– kebutuhan akan menambah ilmu pun muncul. Apalagi sekarang mendapat titipan
Tuhan - seorang anak – yang harus kami asuh bukan saja badannya, namun juga
jiwanya.
Menjadi ibu. Sebuah profesi yang luar biasa. Menjadikan saya
berubah dalam banyak hal. Tidak bisa bertahan dengan gaya hidup yang lama. Berubah.
Perubahan ke arah yang lebih positif tentunya untuk mendidik titipan Tuhan
menjadi manusia yang bermanfaat dan tidak menjadi beban dunia di masa
dewasanya.
Satu cara saya untuk berubah adalah selalu belajar. Menuntut ilmu
kapan saja dan dimana saja. Termasuk ikut kegiatan di Institut Ibu Profesional.
Di matrikulasi IPP ini tema yang diangkat pertama kali adalah tentang adab
menuntut ilmu. Pembahasan yang cukup detail dengan disusul tugas perenungan
bagi pesertanya.
Tentukan satu jurusan ilmu yang akan
anda tekuni di universitas kehidupan ini ?
Tugas perenungan yang luar biasa bukan ? Membingungkan tetapi
juga membebaskan. Kita diminta menentukan jurusan yang pilihannya kita buat
sendiri. Tiga puluh tahun hanya mengenal jurusan-jurusan mainstream (seperti eksakta, sosial, atau bahasa), hari ini saya
diminta merenung ke dalam diri. Jujur, tidak mudah. Mencari tahu kebutuhan
mendasar saya sebagai ibu dan manusia. Ketika sedang berinteraksi dengan anak
saya, baru terbersit jawaban ini. Saya ingin belajar tentang mengasihi dan
melayani sesama mahkluk ciptaan Tuhan.
Alasan terkuat apa yang anda miliki
sehingga ingin menekuni ilmu tersebut ?
Saya dulu termasuk tipe orang yang tidak mau tahu. Selama
kebutuhan terpenuhi dan tidak ada yang mengganggu, saya cuek. Terserah tentang hiruk pikuk orang di luar. Saya tutup mata.
Namun, pemahaman itu berubah ketika saya menjadi relawan
gempa Jogja. Berinteraksi dengan anak-anak untuk membuat mereka bisa tersenyum
kembali adalah momen dimana pola pikir saya berubah. Memberikan kasih tanpa
syarat dan mengerti kesedihan mereka adalah sesuatu yang indah.
Pemahaman itu menguat ketika anak saya lahir. Menjadi ibu
penuh kasih dan memberikan pelayanan terbaik tanpa syarat apapun. Impian sederhana
saya yang jujur dalam perjalanannya tidak mudah. Banyak hal yang kadang bisa
membuat saya memberlakukan syarat dan ketentuan. Meskipun ketika ‘situasi
normal’ dan setelah direnungkan kembali, saya tahu itu tidak bisa dibenarkan.
Setiap kesalahan saya perbaiki dan minta maaf. Terutama ketika
berinteraksi dengan anak. Saya pun ingin menunjukkan bahwa manusia itu tidak
ada yang sempurna, pasti ada salahnya. Termasuk saya, ibunya. Namun, yang utama
adalah menyadari kesalahannya, mau meminta maaf, dan memperbaiki diri.
Saya ingin mencontohkan hal baik tentang mengasihi dan
melayani kepada anak. Agar ketika dewasa, dia mampu menjadi orang pengasih,
bukan pembenci. Saya pun ingin mencontohkan bahwa melayani adalah peran penting
manusia dalam kehidupan ini. Berbagi dalam banyak hal, bukan hanya untuk
dinikmati sendiri.
· Bagaimana strategi menuntut ilmu yang
akan anda rencanakan dalam bidang tersebut ?
Saya berusaha belajar sekaligus mempraktikkan (learning by doing). Bila ada kesalahan
di perjalanan belajarnya, segera diperbaiki. Sejujurnya, guru kehidupan saya
saat ini adalah Si Bocah, anak saya. Berinteraksi bersamanya saya banyak
belajar tentang kasih dan melayani tanpa syarat ini.
Karena mendidik anak, kami bersepakat bersama-sama, diskusi
tentang ilmu ini pun sering dilakukan. Perbuatan kami apakah masih sejalan
dengan ilmu kasih dan pelayanan ini ataukah sudah melenceng jauh. Semacam intropeksi.
Di sisi lain, saya pun belajar dari komunitas. Di komunitas
para ortu yang mendidik anaknya, banyak pelajaran kasih dan pelayanan muncul. Saya
memilih komunitas yang memang cocok dan sevisi, jadi ada penguatan energi
positif bila kondisi sedang galau hehehe.
Selain itu, bersyukur adalah cara kami mampu mengasihi
sesama. Bersyukur terhadap apapun yang diberikan Tuhan kepada kami sehingga
tidak mendustakan nikmatNya.
·
Berkaitan dengan adab menuntut ilmu,
perubahan sikap apa saja yang anda perbaiki dalam proses mencari ilmu tersebut
?
- Membuka wawasan lebih luas dan lebih bijaksana dalam menerima segala hal
- Belajar literasi sebab di era banjir informasi ini, kerap kita dibingungkan oleh berita yang simpang siur. Mengutip istilah Bu Septi adalah menggunakan sceptical thinking
- Belajar lebih konsisten
- Tidak mudah bosan dan menyerah, terus belajar belajar dan belajar
No comments:
Post a Comment