Pages

Thursday 20 October 2016

Jurusan di Universitas Kehidupan


Erna_NHW1 Matrikulasi IIP Batch 2  - Ilmu Apa Yang Mau Ditekuni ?

Bergabung di IIP sebenarnya sudah lama sekali. Sejak saya masih di Surabaya. Namun, hanya sebatas silent reader dan pengikut pasif. Baru kali ini mengikuti Program Matrikulasi, setelah bergabung di IPP Depok. Mencermati isi matrikulasi yang disampaikan oleh founder IIP - Ibu Septi Peni Wulandani – kebutuhan akan menambah ilmu pun muncul. Apalagi sekarang mendapat titipan Tuhan - seorang anak – yang harus kami asuh bukan saja badannya, namun juga jiwanya.

Menjadi ibu. Sebuah profesi yang luar biasa. Menjadikan saya berubah dalam banyak hal. Tidak bisa bertahan dengan gaya hidup yang lama. Berubah. Perubahan ke arah yang lebih positif tentunya untuk mendidik titipan Tuhan menjadi manusia yang bermanfaat dan tidak menjadi beban dunia di masa dewasanya.


Satu cara saya untuk berubah adalah selalu belajar. Menuntut ilmu kapan saja dan dimana saja. Termasuk ikut kegiatan di Institut Ibu Profesional. Di matrikulasi IPP ini tema yang diangkat pertama kali adalah tentang adab menuntut ilmu. Pembahasan yang cukup detail dengan disusul tugas perenungan bagi pesertanya.

 Tentukan satu jurusan ilmu yang akan anda tekuni di universitas kehidupan ini ?

Tugas perenungan yang luar biasa bukan ? Membingungkan tetapi juga membebaskan. Kita diminta menentukan jurusan yang pilihannya kita buat sendiri. Tiga puluh tahun hanya mengenal jurusan-jurusan mainstream (seperti eksakta, sosial, atau bahasa), hari ini saya diminta merenung ke dalam diri. Jujur, tidak mudah. Mencari tahu kebutuhan mendasar saya sebagai ibu dan manusia. Ketika sedang berinteraksi dengan anak saya, baru terbersit jawaban ini. Saya ingin belajar tentang mengasihi dan melayani sesama mahkluk ciptaan Tuhan.

Alasan terkuat apa yang anda miliki sehingga ingin menekuni ilmu tersebut ?

Saya dulu termasuk tipe orang yang tidak mau tahu. Selama kebutuhan terpenuhi dan tidak ada yang mengganggu, saya cuek. Terserah tentang hiruk pikuk orang di luar. Saya tutup mata.

Namun, pemahaman itu berubah ketika saya menjadi relawan gempa Jogja. Berinteraksi dengan anak-anak untuk membuat mereka bisa tersenyum kembali adalah momen dimana pola pikir saya berubah. Memberikan kasih tanpa syarat dan mengerti kesedihan mereka adalah sesuatu yang indah.

Pemahaman itu menguat ketika anak saya lahir. Menjadi ibu penuh kasih dan memberikan pelayanan terbaik tanpa syarat apapun. Impian sederhana saya yang jujur dalam perjalanannya tidak mudah. Banyak hal yang kadang bisa membuat saya memberlakukan syarat dan ketentuan. Meskipun ketika ‘situasi normal’ dan setelah direnungkan kembali, saya tahu itu tidak bisa dibenarkan.

Setiap kesalahan saya perbaiki dan minta maaf. Terutama ketika berinteraksi dengan anak. Saya pun ingin menunjukkan bahwa manusia itu tidak ada yang sempurna, pasti ada salahnya. Termasuk saya, ibunya. Namun, yang utama adalah menyadari kesalahannya, mau meminta maaf, dan memperbaiki diri.

Saya ingin mencontohkan hal baik tentang mengasihi dan melayani kepada anak. Agar ketika dewasa, dia mampu menjadi orang pengasih, bukan pembenci. Saya pun ingin mencontohkan bahwa melayani adalah peran penting manusia dalam kehidupan ini. Berbagi dalam banyak hal, bukan hanya untuk dinikmati sendiri.

·    Bagaimana strategi menuntut ilmu yang akan anda rencanakan dalam bidang tersebut ?

Saya berusaha belajar sekaligus mempraktikkan (learning by doing). Bila ada kesalahan di perjalanan belajarnya, segera diperbaiki. Sejujurnya, guru kehidupan saya saat ini adalah Si Bocah, anak saya. Berinteraksi bersamanya saya banyak belajar tentang kasih dan melayani tanpa syarat ini.

Karena mendidik anak, kami bersepakat bersama-sama, diskusi tentang ilmu ini pun sering dilakukan. Perbuatan kami apakah masih sejalan dengan ilmu kasih dan pelayanan ini ataukah sudah melenceng jauh. Semacam intropeksi.

Di sisi lain, saya pun belajar dari komunitas. Di komunitas para ortu yang mendidik anaknya, banyak pelajaran kasih dan pelayanan muncul. Saya memilih komunitas yang memang cocok dan sevisi, jadi ada penguatan energi positif bila kondisi sedang galau hehehe.

Selain itu, bersyukur adalah cara kami mampu mengasihi sesama. Bersyukur terhadap apapun yang diberikan Tuhan kepada kami sehingga tidak mendustakan nikmatNya.
·     
          Berkaitan dengan adab menuntut ilmu, perubahan sikap apa saja yang anda        perbaiki dalam proses mencari ilmu tersebut ?
  •              Membuka wawasan lebih luas dan lebih bijaksana dalam menerima segala hal
  •       Belajar literasi sebab di era banjir informasi ini, kerap kita dibingungkan oleh berita yang simpang siur. Mengutip istilah Bu Septi adalah menggunakan sceptical thinking
  •            Belajar lebih konsisten
  •            Tidak mudah bosan dan menyerah, terus belajar belajar dan belajar 






No comments:

Post a Comment