Pages

Wednesday 24 August 2016

Terinspirasi Bukan Terintimidasi



Selamat pagi matahariku! Teriakan keras Si Bocah selepas bangun dan keluar dari tenda. Hujan semalam hanya menyisakan tetesan air di rumput. Langit biru meski matahari belum bersinar penuh. Hari kedua kami berkemah di Kampung Komunitas Salatiga.
Si Bocah sudah merengek minta berenang. Wuih...pukul 6 pagi ! Jelas Si Ayahn bimbang namun saya berhasil menyakinkan kalau airnya masih hangat. Jadilah pagi-pagi itu, saat banyak keluarga sudah rapi dan duduk makan pagi, kami masih njebeber bersama menemani Si Bocah.

Perkemahan yang kami ikuti ini sebenarnya adalah ajang bertemu dengan para praktisi sekolah rumah. Banyak ilmu yang dibagi dan didiskusikan. Banyak ortu luar biasa dengan anak-anaknya yang berpotensi dan komunitas menarik.

Ketika memutuskan ikut kegiatan ini, kami memang bersepakat lebih menekankan kepada pengenalan dunia yang lebih luas kepada Si Bocah. Jadilah waktu kami banyak tersita dengan berinteraksi dan menemani kemana pun Si Bocah pergi. Acara ngumpul bareng dan sharing sesama ortu hanya bisa dilakukan oleh salah satu dari kami atau bahkan terlewatkan.

Saya lebih sering menunggui dan mengamati aktivitas Si Bocah di kid’s corner. Menari, menggunting,

membuat donat, bermain balon, dan berinteraksi dengan anak-anak sebayanya. Kekhawatiran akan kesulitan Si Bocah berinteraksi dengan sebayanya seperti yang dimunculkan banyak orang sejak saya memutuskan sekolah di rumah sirna.

Anak-anak balita itu ternyata cukup mudah berinteraksi. Meski baru bertemu dan tanpa tahu siapa namanya sekalipun. Benar-benar homo sapiens dan mahkluk sosial. Walaupun ada beberapa anak yang masih perlu ditunggui atau minimal melihat bayangan kita seperti Si Bocah.
 
Kadang kala memang terbersit keinginan bisa jenak tenang mengikuti kegiatan berbagi ilmu sesama ortu. Mendengarkan secara utuh cerita-cerita pola asuh dan bagaimana mereka berkomunitas mendidik anak-anaknya. Hampir semua cerita itu positif, menguatkan, dan menginspirasi.

Namun ada hal menarik yang dilontarkan Pak Dodik suami Ibu Septi di saat membuka acara. Kegiatan di kampung komunitas ini adalah kegiatan membebaskan. Setiap keluarga berhak memiliki tujuan dan gaya berbeda-beda saat ikut berkemah ini. Tidak ada hukum salah benar atau ideal tidak ideal. Mau berjejaring, mau belajar, mau bersenang-senang, mau memberi pengalaman kepada anak, atau hanya sekedar mau ngopi dan menikmati pemandangan kaki gunung, semua dipersilakan. Hak peserta kemah. Masing-masing keluarga dianggap telah paham akan konsekuensi dari pilihannya. Menarik bukan ?

Tujuan awal kami memang untuk memperluas pengalaman Si Bocah. Subyek utamanya jelas balita 3 tahun ini. Jadilah kami mengutamakan kepentingannya. Pilihan yang membuat kami kerap jalan-jalan dan berkegiatan berbeda dari agenda acara sebenarnya hehehehe.

Meski begitu, tetap banyak kisah dan ilmu menarik yang kami dapat dari keluarga-keluarga hebat di sini. Menginspirasi kami saat berproses mendidik Si Bocah di rumah. Semoga tidak terintimidasi sebab kesuksesan sebuah keluarga dalam menerapkan sebuah pola asuh, belum tentu cocok diterapkan di keluarga yang lain. Perbedaan nilai yang diusung dan keunikan keluarga menjadi penentu penting sebuah gaya asuhan, kata Mas Aar founder rumah inspirasi.

  

1 comment: