Pages

Sunday 7 August 2016

Portofolio Si Bocah Bermain Warna (Balita)

Bila anak-anak belajar di institusi formal seperti sekolah, ketika ingin mengetahui perkembangannya, kita bisa memantau melalui anekdot yang disampaikan gurunya setiap 3 bulan sekali. Kemajuan atau kekurangan anak bisa terlihat melalui pengamatan gurunya saat mereka di sekolah. Kita tinggal mendengar dan mencocokannya dengan perilaku anak - anak di rumah. Bersama-sama mencari solusi bila diperlukan. 
Nah, persoalannya bagaimana untuk yang belajar di rumah ? Siapa yang membuat anekdot ? Ortu ? Yaiyalah, mau siapa lagi masak tetangga hehehehe.

Sulit dong ? Bisa dibilang sulit kalau kita menilainya melalui pengamatan biasa saja. Salah satu kesulitan yang sering dialami praktisi pendidikan rumah adalah melihat perkembangan anak secara jernih dari waktu ke waktu. Interaksi  24 jam sehari dalam satu minggu, membuat kita kerap kurang menyadari akan kemajuan apa yang telah dicapainya. Menganggap semua biasa – biasa saja, nothing special


Sama seperti melihat perkembangan buah. Bila setiap hari melihat buah di pohon, sepertinya tidak ada perubahan ukurannya. Ya sebesar itu-itu saja. Namun, bisa seminggu saja berhenti mengamatiya, tiba – tiba kita merasa buah itu sudah semakin besar saat melihatnya.

Melihat bagaimana perkembangan anak pun seperti itu. Perlu berjarak. Caranya ? Jelas tidak diabaikan selama seminggu seperti kasus buah di atas. Bisa kacau pendidikan rumah yang dilakukan. Anaknya pun bisa menangis sedih kehilangan perhatian ortunya.

Beberapa cara sebenarnya bisa dilakukan untuk pengamatan perkembangan ini ;
  • Bisa mencatat di buku setiap hal baru atau kemajuan yang dialami anak.
  • Bisa pula dengan cara memotretnya.
  • Atau bisa pula merekamnya.

Dari hasil rekam jejak yang kita dokumentasikan itu akan lebih mudah bagi kita melihat perkembangannya dari waktu ke waktu. Sebab saat mengamati, kita berjarak dengan apa yang sedang diamati. Tidak sedang masuk dalam kegiatannya.

Untuk mengetahui tentang perkembangan Si Bocah, saya memilih merekamnya melalui gambar. Saya memotret aktivitasnya beberapa kali dalam waktu yang berbeda-beda.

Seperti saat bermain warna ini. Ketika pertama kali Si Bocah bermain warna dengan pewarna makanan dan tepung, terlihat ekspresinya masih ragu-ragu dan penasaran. Senang merasakan tekstur tepungnya sehingga yang terjadi sepanjang bermain itu, hanya meremas – remasnya.


Ketika bermain warna untuk kedua kalinya, Si Bocah pun mulai terlihat lebih santai dan ekspresif. Bermain dengan tangan dan kakinya. Mencetak bentuk di kertas.


Perkembangan mulai terlihat saat dia mulai mencontoh gambar dengan membuat bentuk binatang. Anak ayam dan induknya, kupu-kupu besar, juga cartepillar. Di sini mulai diselingi dengan cerita pendek dari lisannya.


Setelah itu, ternyata Si Bocah bosan. Tidak membuat bentuk namun bermain dengan tekstur cairan. Mulai dari yang kental sampai encer. Membuat jus, katanya. Menariknya di episode ini, Si Bocah sudah berinisiatif membersihkan semua peralatannya sendiri termasuk mengepel lantai.


Seminggu yang lalu, Si Bocah bermain warna kembali setelah hampir sebulan berhenti. Saya amati ada yang berbeda. Si Bocah tetap mencetak tangan dan kakinya di kertas memang. Namun, kekentalan warna yang dibuatnya lebih pekat. Ketika saya tanya apakah tidak kurang encer, dijawabnya tidak. Sudah pas untuk membuat hujan, jawabnya sambil membuka tangannya. Meluncurlah cairan ungu seperti rinai hujan dari sana. 

Dengan merekam, mencatat, atau memotret itulah kita tahu sejauh mana perkembangan anak-anak. Rekam jejak itulah yang dapat kita jadikan patokan apakah kegiatan yang kita lakukan bersama anak memberi manfaat pada perkembangannya. 

Era digital ini, mudah bagi kita untuk melakukan rekam jejak ini. Namun yang tidak kalah penting adalah menjaga dokumentasi rekam jejak ini tidak hilang. Banyak cara untuk menjaganya. sebaiknya tidak hanya disimpan di hard disk komputer sebab ada kemungkinan suatu saat rusak. lebih baik kita simpan di sosial media, blog, atau e-mail kita. 







No comments:

Post a Comment