Salah satu
kesepakatan kami sebagai ortu adalah ada
satu hari penuh ayah bersama dengan Si Bocah dalam seminggu. Bersama dalam
artian sebenarnya. Bermain bebas, tidak ada gawai atau komputer atau printilan pekerjaan lainnya. Biasanya itu
terjadi hari minggu. Seharian mereka akan melakukan apapun yang disukai sambil
tertawa meski tak jarang diselingi rengekan atau tangisan Si Bocah karena diisengin ayahnya.
Tetapi ada saat-saat meski
hari minggu, Ayah harus pergi. Bila aktivitasnya keluar kota, Si Bocah bersama
saya di rumah. Namun, bila kegiatannnya memungkinkan mengajak Si Bocah, sering kami
pergi bersama-sama.
Seperti beberapa saat
yang lalu. Hari Minggu kami isi dengan berkunjung ke rumah seorang teman Ayah
di daerah Situ Jatijajar. Menyenangkan. Menemukan tempat kami belajar dan menjelajah. Sebab, sekolah terbaik menurut kami adalah alam semesta dan
isinya yang tidak dibatasi oleh dinding-dinding. Selain itu melihat Kota Depok
dari sudut berbeda. Dengan aneka pohon dan keteduhannya. Kota ini memiliki
banyak situ (danau) namun sayang banyak yang kurang terawat.
Di sana, ketika ayah
sedang ngobrol dengan teman-temannya,
kami (saya dan Si Bocah) memiliki kesibukan sendiri. Menjelajahi pekarangan luas yang penuh dengan rumput juga pohon. Si Bocah banyak mengenali aneka
pohon yang kebetulan banyak tumbuh di sana. Mulai dari durian, rambutan, pisang,
jeruk nipis, kecapi, sampai pohon pinang dan kelapa. Kami juga menemukan jamur
yang tumbuh di batang kelapa yang membusuk.
Di setiap aktivitas
seperti ini, pasti terjadi obrolan-obrolan menarik dengan Si Bocah. Menanyakan apa ini, apa itu. Mengapa kok
begini mengapa kok seperti itu. Kadang, pertanyaan sederhananya pun sulit untuk
saya jawab.
‘Ini semua tumbuhan
namanya ?’ tanya Si Bocah. Saya mengangguk. ‘Banyak ya, Nda. Kenapa kok tumbuhannya bermacam-macam ? Kenapa
tidak satu saja tapi banyak ?’
Saat itu, kebetulan
teman ayah mengajak berkeliling. Memutari Situjajar. Wuih...pengalaman baru
lagi. Beriringan kami menyusuri situ. Ada sisi yang ternyata jalannya off road. Sempit, sedikit licin kena air
situ, sekaligus juga banyak tanaman perdu. Saya amati Si Bocah asyik-asyik
saja. Jalan dengan penuh semangat tak mau digandeng apalagi digendong.
Ketika kami masuk
hutan perhutani pun, Si Bocah ternyata menikmati. Seru katanya sambil melompat
menjangkau dahan di sana-sini. Beberapa gigitan nyamuk tak diindahkan olehnya. Rombongan
para orang dewasa tertawa melihat semangatnya. Semangat murni penjelajah – want to know -, komentar seorang teman.
Bagi kami, memberi
pengalaman kepada Si Bocah sebanyak-banyaknya adalah salah satu usaha mengenalkannya
kepada dunia. Bertemu banyak orang dalam berbagai golongan baik warna, suku, bahasa,
agama, dan usia, juga mengenalkannya kepada alam seperti sekarang ini akan
memperkaya pengalamannya.
Berharap kelak Si
Bocah mampu memandang segalanya secara luas dan menyadari beragamnya isi dunia
itu. Berbeda-beda dan menarik. Tidak seragam dan memang tidak harus dibuat
seragam.
Begitu pun dengan
dirinya. Semoga Si Bocah mampu mencintai dirinya dan bangga menjadi diri
sendiri sebab segala hal di dunia ini memang berbeda-beda dan unik. Kita sebagai ciptaanNya inilah yang seharusnya
mampu menghargai perbedaan itu, menemukan keindahannya dan tidak mengunggulkan
diri sendiri.
No comments:
Post a Comment