Pagi tadi, di dinding
facebook saya ada postingan tentang
percobaan sederhana yang bisa dilakukan anak usia 2-3 tahun menggunakan hanya
baking soda dan cuka. Judulnya apple
volcano experiment. Hm...menarik.
Saya tengok kedua
bahan yang dibutuhkan ada meski tidak banyak di dapur. Untuk buah apel yang
digunakan sebagai gunungnya, saya ganti dengan botol yakult bekas (karena apel lebih enak dijus hehehehe).
Si bocah cukup
antusias mencoba ketika saya perlihatkan gambarnya di sini.
Yups, aktivitas
percampuran pun dimulai. Bahan dasarnya memang hanya cuka dan baking soda,
namun kebetulan ada pewarna makanan juga maka saya pun menambahkan bahannya.
Terserah digunakan tidak oleh Si Bocah nantinya.
Awalnya kami
menggunakan botol yakult sebagai gunungnya. Namun ternyata memakai gunung
yakult memerlukan cuka cukup banyak. Takut cukanya tidak cukup, gunungnya diganti dengan cangkang telur. Kebetulan
tadi sarapan memakai lauk telor ceplok jadi ada cangkang bekas. Sip kan ?
‘Tapi cangkang
telurnya jatuh terus, Nda’, kata Si Bocah. ‘Tidak apa-apa, bawahnya kita letakkan
tutup botol baking soda’, kata saya sambil praktik. O panjang keluar dari
mulutnya.
Si Bocah kemudian
asyik mencampur. Waw! Serunya senang saat melihat buih putih keluar seperti lahar
dari cangkang telur. ‘Ada suara zeeeeeees seperti air mendidih, Nda. Berarti
panas ya ?’
‘Disentuh saja’,
jawab saya dan disentuhnya buih itu. Oh, tidak panas ternyata, katanya sambil
tersenyum.
Si Bocah kemudian
mengambil pewarna makanan. Agar lebih bagus, katanya saat saya tanya. Jadilah buih
putih berubah ke oranye.
Baguskan ? kata Si
Bocah. ‘Kalau ditiup bisa terbang seperti buih sabun tidak ?’ Dia pun meniup. Ternyata
buihnya tidak terbang. Untuk beberapa saat dia sibuk menuang cuka dan menambah
baking soda.
Sampai kemudian cuka
habis. Hehehehe, judulnya tadi kan bahan
seadanya. Ternyata bahan dan jumlah yang seadanya itu membuat yang menyenangkan
menjadi menyebalkan bagi Si Bocah yang masih ingin mencampur. Dia pun mulai prembik-prembik. Kenapa habis ? Tangisnya
pecah saat tanpa sengaja tangannya meremukan cangkang telur.
Saya diam. Melihat dan
menungguinya. Tangisnya cukup keras. Saya bertahan untuk diam. Memberi waktu Si
Bocah untuk mengenali rasa tidak menyenangkan dan sedihnya. Menunggunya menguasai
emosi. Setelah beberapa saat, tinggal
sesengukan kecil. Saya sentuh Si Bocah. Saya meminta maaf dan menjelaskan kalau
bahannya memang terbatas. Si Bocah bertanya apakah bisa mengulang lagi
mencampur cuka dan baking sodanya bila sudah ada bahannya lagi. Pasti, saya
mengangguk mengiyakan. Senyum merekah dan Si Bocah memeluk saya.
Percobaan sederhana
yang ternyata memberi kami pengalaman banyak. Tidak sekedar proses percampuran
cuka –baking soda. Si Bocah belajar menganalisa, melihat peristiwa sebab
akibat, berani beride, berinisiatif, mengenal perasaan sedih tak nyaman,
sekaligus mengelola emosi. Di saya sendiri, selain belajar sabar dan sabar juga
menahan diri. Membiarkan Si Bocah melakukan hal yang terbersit di benaknya
tanpa mencampurinya ternyata cukup sulit. Sikap sok tahu dan merasa lebih ‘pintar’
sering muncul. Selain itu, pelajaran penting lagi adalah jangan sekali-kali
melakukan ekperimen menyenangkan dengan bahan seadanya saja di dapur apalagi
bila jumlahnya terbatas. Pasti ada drama setelahnya hehehehehe.
Lain kali spt ponakanku ini perlu diajari mengontrol kekuatan tangannya ... he3x
ReplyDelete