Pages

Friday 19 August 2016

Cangkang Telur, Baking Soda dan Cuka

Pagi tadi, di dinding facebook saya ada postingan tentang percobaan sederhana yang bisa dilakukan anak usia 2-3 tahun menggunakan hanya baking soda dan cuka. Judulnya apple volcano experiment. Hm...menarik.
Saya tengok kedua bahan yang dibutuhkan ada meski tidak banyak di dapur. Untuk buah apel yang digunakan sebagai gunungnya, saya ganti dengan botol yakult bekas (karena apel lebih enak dijus hehehehe).
Si bocah cukup antusias mencoba ketika saya perlihatkan gambarnya di sini.

Yups, aktivitas percampuran pun dimulai. Bahan dasarnya memang hanya cuka dan baking soda, namun kebetulan ada pewarna makanan juga maka saya pun menambahkan bahannya. Terserah digunakan tidak oleh Si Bocah nantinya.
Awalnya kami menggunakan botol yakult sebagai gunungnya. Namun ternyata memakai gunung yakult memerlukan cuka cukup banyak. Takut cukanya tidak cukup,  gunungnya diganti dengan cangkang telur. Kebetulan tadi sarapan memakai lauk telor ceplok jadi ada cangkang bekas. Sip kan ?
‘Tapi cangkang telurnya jatuh terus, Nda’, kata Si Bocah. ‘Tidak apa-apa, bawahnya kita letakkan tutup botol baking soda’, kata saya sambil praktik. O panjang keluar dari mulutnya.
Si Bocah kemudian asyik mencampur. Waw! Serunya senang saat melihat buih putih keluar seperti lahar dari cangkang telur. ‘Ada suara zeeeeeees seperti air mendidih, Nda. Berarti panas ya ?’

‘Disentuh saja’, jawab saya dan disentuhnya buih itu. Oh, tidak panas ternyata, katanya sambil tersenyum.
Si Bocah kemudian mengambil pewarna makanan. Agar lebih bagus, katanya saat saya tanya. Jadilah buih putih berubah ke oranye.
Baguskan ? kata Si Bocah. ‘Kalau ditiup bisa terbang seperti buih sabun tidak ?’ Dia pun meniup. Ternyata buihnya tidak terbang. Untuk beberapa saat dia sibuk menuang cuka dan menambah baking soda.
Sampai kemudian cuka habis. Hehehehe, judulnya tadi kan bahan seadanya. Ternyata bahan dan jumlah yang seadanya itu membuat yang menyenangkan menjadi menyebalkan bagi Si Bocah yang masih ingin mencampur. Dia pun mulai prembik-prembik. Kenapa habis ? Tangisnya pecah saat tanpa sengaja tangannya meremukan cangkang telur.
Saya diam. Melihat dan menungguinya. Tangisnya cukup keras. Saya bertahan untuk diam. Memberi waktu Si Bocah untuk mengenali rasa tidak menyenangkan dan sedihnya. Menunggunya menguasai emosi.  Setelah beberapa saat, tinggal sesengukan kecil. Saya sentuh Si Bocah. Saya meminta maaf dan menjelaskan kalau bahannya memang terbatas. Si Bocah bertanya apakah bisa mengulang lagi mencampur cuka dan baking sodanya bila sudah ada bahannya lagi. Pasti, saya mengangguk mengiyakan. Senyum merekah dan Si Bocah memeluk saya.
Percobaan sederhana yang ternyata memberi kami pengalaman banyak. Tidak sekedar proses percampuran cuka –baking soda. Si Bocah belajar menganalisa, melihat peristiwa sebab akibat, berani beride, berinisiatif, mengenal perasaan sedih tak nyaman, sekaligus mengelola emosi. Di saya sendiri, selain belajar sabar dan sabar juga menahan diri. Membiarkan Si Bocah melakukan hal yang terbersit di benaknya tanpa mencampurinya ternyata cukup sulit. Sikap sok tahu dan merasa lebih ‘pintar’ sering muncul. Selain itu, pelajaran penting lagi adalah jangan sekali-kali melakukan ekperimen menyenangkan dengan bahan seadanya saja di dapur apalagi bila jumlahnya terbatas. Pasti ada drama setelahnya hehehehehe.








1 comment:

  1. Lain kali spt ponakanku ini perlu diajari mengontrol kekuatan tangannya ... he3x

    ReplyDelete