Pensil warna siap. Daun
kering siap. Lem ada. Buku gambar juga sudah tersedia. Sekarang saatnya
bersenang-senang, yeay! Si Bocah pun dengan sigap membuka halaman buku gambar. Saat
itu agenda berkegiatannya adalah berkreasi dengan daun kering. Ditempel sekaligus
diberi gambar agar menarik.
dari sini |
Saya sempat mencari referensi di internet tentang
kegiatan ini. Melihat contohnya, pasti kita semua sepakat kalau itu bagus
sekali. Kreatif dan lucu-lucu bukan?
Jujur,
saya pribadi kalau untuk berkegiatan atau bahkan berimajinasi seperti ini hanya
bisa melambaikan tangan sambil cepat-cepat menghindar. Nyerah dengan kegiatan yang artsy
seperti ini hehehehe (meski saya suka melihat pameran seni rupa lho).
dari sini |
Saya lihat Si Bocah cuek saja seakan tidak terpengaruh
dengan contoh karya-karya yang sudah ada. Dengan santai dia membuka lem
kemudian plop…segumpal banyak lem dituang di atas daun. Ketika saya tanya akan
membuat apa, dia dengan lancar mengatakan akan menempel daun. Heh ? ‘Iya,
menempel daun Nda, dibariskan seperti ini,’ lanjut Si Bocah sambil melakukan
apa yang diucapkan. Hm… baiklah.
Si Bocah kemudian membuka
halaman buku gambar selanjutnya. Kembali dia menempel sesukanya. Belepotan di
sana sini. ‘Bagus ya, Nda?’ saya mengangguk. Dia pun tersenyum senang.
Ketika mulai membuka halaman
baru, saya tidak kuat menahan diri. ‘Bagaimana kalau Bunda menggambar sesuatu
dulu, baru nanti Aro yang menempel?’
‘Apa?’
Sret sret sret. Saya mencoba
menggambar kepala landak. Kemudian menunjukkan tempat dimana Si Bocah bisa
menempel. ‘Daun-daun ini diumpamakan duri-durinya’, jelas saya kepadanya. Si
Bocah menggangguk dan menurut. Menempel sesuai dengan ide saya. Namun hanya
sebentar. Kemudian dia beralih mengambil
pensil warna lalu asyik mencoret di sana sini. ‘Ini sungai, ada pelangi.
Landaknya naik ke pelangi ketemu capung. ’
‘Kok begitu ? Landaknya bisa
terbang memangnya ?’
‘Iya. Ketemu matahari dan
bintang juga.’ Kemudian Si Bocah asyik mengelupasi lem kering yang menempel di
tangannya. Tidak lagi sibuk dengan daun dan lem.
Mendengar jawabannya, saya
terdiam. Sedetik kemudian saya tertawa di dalam hati. Mentertawai saya sendiri
pastinya. Saya sempat masuk jebakan batman. Berandai-andai terlalu jauh dan
terjebak keinginan akan hasil yang langsung bagus. Melihat bagaimana belepotan
dan tidak rapinya Si Bocah menempelkan daun-daun kering di buku gambarnya
menyadarkan saya kalau dia baru 3 tahun. Baru berlatih mengeksplorasi
kemampuannya.
Alih-alih mendampinginya berkegiatan
dengan bebas dan gembira, saya malah mengintervensi imajinasinya. Memasukkan pola
pikir dewasa yang kerap merasa paling tahu dan benar. Memasukkan pandangan-pandangan
umum yang biasa ada di sekitar. Maaf ya, Nak.
Kadang, ibumu masih terjebak
akan penilaian sekitar. Takut dikatakan ini atau dicap itu. Resah bila
mendengar omongan orang 'kok seperti ini' atau 'kok seperti itu'. Padahal mendidik
dan mengasuh anak bukan untuk mendapat penilaian atau pujian orang. Mendidik
anak adalah menemani dan mendukung mereka menemukan potensi dirinya untuk bisa
bermanfaat bagi sesama nantinya. Bukan untuk bagus-bagusan atau malah gengsi-gengsian. Ibu masih perlu banyak latihan, Nak.
No comments:
Post a Comment