Pages

Thursday 23 June 2016

Biarlah Anak-anak Memiliki Imajinasinya Sendiri

Pensil warna siap. Daun kering siap. Lem ada. Buku gambar juga sudah tersedia. Sekarang saatnya bersenang-senang, yeay! Si Bocah pun dengan sigap membuka halaman buku gambar. Saat itu agenda berkegiatannya adalah berkreasi dengan daun kering. Ditempel sekaligus diberi gambar agar menarik.

dari sini
Saya  sempat mencari referensi di internet tentang kegiatan ini. Melihat contohnya, pasti kita semua sepakat kalau itu bagus sekali.  Kreatif dan lucu-lucu bukan?
dari sini
Jujur, saya pribadi kalau untuk berkegiatan atau bahkan berimajinasi seperti ini hanya bisa melambaikan tangan sambil cepat-cepat menghindar. Nyerah dengan kegiatan yang artsy seperti ini hehehehe (meski saya suka melihat pameran seni rupa lho).


Saya lihat Si Bocah cuek saja seakan tidak terpengaruh dengan contoh karya-karya yang sudah ada. Dengan santai dia membuka lem kemudian plop…segumpal banyak lem dituang di atas daun. Ketika saya tanya akan membuat apa, dia dengan lancar mengatakan akan menempel daun. Heh ? ‘Iya, menempel daun Nda, dibariskan seperti ini,’ lanjut Si Bocah sambil melakukan apa yang diucapkan.  Hm… baiklah.

Si Bocah kemudian membuka halaman buku gambar selanjutnya. Kembali dia menempel sesukanya. Belepotan di sana sini. ‘Bagus ya, Nda?’ saya mengangguk. Dia pun tersenyum senang.
Ketika mulai membuka halaman baru, saya tidak kuat menahan diri. ‘Bagaimana kalau Bunda menggambar sesuatu dulu, baru nanti Aro yang menempel?’

‘Apa?’

Sret sret sret. Saya mencoba menggambar kepala landak. Kemudian menunjukkan tempat dimana Si Bocah bisa menempel. ‘Daun-daun ini diumpamakan duri-durinya’, jelas saya kepadanya. Si Bocah menggangguk dan menurut. Menempel sesuai dengan ide saya. Namun hanya sebentar. Kemudian dia beralih mengambil pensil warna lalu asyik mencoret di sana sini. ‘Ini sungai, ada pelangi. Landaknya naik ke pelangi ketemu capung. ’

‘Kok begitu ? Landaknya bisa terbang  memangnya ?’

‘Iya. Ketemu matahari dan bintang juga.’ Kemudian Si Bocah asyik mengelupasi lem kering yang menempel di tangannya. Tidak lagi sibuk dengan daun dan lem.

Mendengar jawabannya, saya terdiam. Sedetik kemudian saya tertawa di dalam hati. Mentertawai saya sendiri pastinya. Saya sempat masuk jebakan batman. Berandai-andai terlalu jauh dan terjebak keinginan akan hasil yang langsung bagus. Melihat bagaimana belepotan dan tidak rapinya Si Bocah menempelkan daun-daun kering di buku gambarnya menyadarkan saya kalau dia baru 3 tahun. Baru berlatih mengeksplorasi kemampuannya.

Alih-alih mendampinginya berkegiatan dengan bebas dan gembira, saya malah mengintervensi imajinasinya. Memasukkan pola pikir dewasa yang kerap merasa paling tahu dan benar. Memasukkan pandangan-pandangan umum yang biasa ada di sekitar. Maaf ya, Nak.

Kadang, ibumu masih terjebak akan penilaian sekitar. Takut dikatakan ini atau dicap itu. Resah bila mendengar omongan orang 'kok seperti ini' atau 'kok seperti itu'. Padahal mendidik dan mengasuh anak bukan untuk mendapat penilaian atau pujian orang. Mendidik anak adalah menemani dan mendukung mereka menemukan potensi dirinya untuk bisa bermanfaat bagi sesama nantinya. Bukan untuk bagus-bagusan atau malah gengsi-gengsian.  Ibu masih perlu banyak latihan, Nak.




No comments:

Post a Comment