Pages

Wednesday 22 June 2016

Berjejaring, Silaturahmi ala Ortu Homeschooling

Hari Sabtu minggu yang lalu, bersama Si Bocah saya mengikuti acara komunitas Kerlap berbagi ilmu parenting dan buka puasa bersama. Acaranya menarik. Mbak Wanda dan Mbak Eka yang merupakan founder komunitas menceritakan pengalamannya mengikuti Bincang Seru Homeschooling (Binser HS) beberapa waktu yang lalu, serta Paman Ian yang juga berbagi pengetahuan dari hasil ikut kegiatan kampung komunitas Ibu Septi di Salatiga.

Ini kali pertama saya ikut kegiatan komunitas selain playdate. Itu pun saya bicarakan dulu dengan Si Bocah apakah mau datang atau tidak. Kalau menuruti saya pribadi, jelas ingin bergabung sebab selain akan banyak masukan menarik tentang pola pengasuhan anak, juga ingin berkenalan dengan para praktisi pendidikan rumah yang lain. Namun, yang berkegiatan kan bukan hanya saya, Si Bocah juga. Syukurnya, gayung keinginan saya bersambut, Si Bocah setuju datang ke acara tersebut. Yes! Mari kita berjejaring.

Berjejaring. Menurut Mbak Lala dari rumahinspirasi, berjejaring itu wajib. Berjejaring sangat bermanfaat bagi para pelaku pendidikan rumah sebab bisa menjadi sarana saling berbagi ilmu, pengalaman, juga mencari solusi akan permasalahan yang ada seputar pendidikan rumah. Saya sepakat dengan pernyataan tersebut. Berjejaring ini kalau menurut saya sih mirip-mirip dengan silaturahmi. Secara manfaat, berjejaring dan bersilaturahmi sama. Memanjangkan umur dan melapangkan rizki. Ini pendapat pribadi sesuai dengan apa yang saya rasakan lho.

Sebagai contoh keikutsertaan saya di acara Kerlap itu. Sejujurnya agak nekad sebab saya buta lokasi dan terkenal sebagai tukang tersesat hehehehe. Ayah Si Bocah di waktu yang sama sedang di luar kota jadi otomatis tidak bisa menemani. Bersyukur dengan adanya aplikasi jasa antar yang cukup terpercaya, saya sampai dengan selamat di tempat acara meski hampir sejam baru dapat driver.

Banyak hal menarik dari acara berbagi ilmu ini. Ada kata-kata dari Paman Ian yang cukup mengena tentang perlunya memiliki kesadaran dalam mendidik anak bagi para ortu. Ortu di sini tidak sebatas yang melakukan pendidikan rumah, namun juga yang anak-anaknya bersekolah di sekolah formal.

Sebagai ortu, sudahkah kita memiliki grand design/ visi misi  untuk pola asuh anak-anak ?  Ataukah kita hanya asal jalan, toh anak-anak itu pasti tumbuh berkembang menjadi manusia dewasa suatu saat nanti ?

Jangan sampai kita masuk ke dalam jebakan Batman. Jangan sampai terjerumus untuk mendelegasikan semua hal kepada lembaga atau orang lain dan ketika ada khilafnya pada anak-anak, kita hanya bisa menyesal atau menyalahkan karena tidak adanya visi misi ini. Bagaimanapun, kitalah yang bertanggung jawab akan perkembangan anak. Kita ortunya, sewajarnya kita lebih perhatian dan meluangkan waktu untuk mereka bukan lembaga atau orang lain.

Lebih mudahnya menggagas visi misi pola asuh ini, kata Paman Ian menurut ilmu yang didapatnya dari padepokan Magersari milik Ibu Septi adalah berangkat dari garis finish kemudian ditarik mundur ke garis start.

Sebagai gambaran mudahnya seperti menyelesaikan maze pada gambar di bawah ini.
dari sini
Lebih mudah menemukan gajah kecil bila kita memulainya dari gambar gajahnya daripada memulai dari huruf A, B, atau C bukan ? begitu pula dengan mengasuh anak. Kita susun dulu visi misi kita, baru ditarik mundur untuk menjalankan pola asuhnya.

Bertemu, berkenalan, ngobrol dengan akrab, dan mendengarkan cerita-cerita seputar pola asuh anak dari teman-teman yang sebagian besar baru saya kenal hari itu adalah rejeki dari silaturahmi saya saat itu. Belum lagi pengalaman yang didapat Si Bocah. Selain dapat bermain dengan banyak ragam teman baru, juga Si Bocah menikmati sekali  hidangan yang ada. Nah, nikmat mana yang bisa saya dustakan ?



No comments:

Post a Comment