Hari Sabtu minggu yang lalu,
bersama Si Bocah saya mengikuti acara komunitas Kerlap berbagi ilmu parenting dan buka puasa bersama. Acaranya
menarik. Mbak Wanda dan Mbak Eka yang merupakan founder komunitas menceritakan pengalamannya mengikuti Bincang Seru
Homeschooling (Binser HS) beberapa waktu yang lalu, serta Paman Ian yang juga
berbagi pengetahuan dari hasil ikut kegiatan kampung komunitas Ibu Septi di
Salatiga.
Ini kali pertama saya ikut
kegiatan komunitas selain playdate. Itu
pun saya bicarakan dulu dengan Si Bocah apakah mau datang atau tidak. Kalau
menuruti saya pribadi, jelas ingin bergabung sebab selain akan banyak masukan
menarik tentang pola pengasuhan anak, juga ingin berkenalan dengan para praktisi
pendidikan rumah yang lain. Namun, yang berkegiatan kan bukan hanya saya, Si Bocah juga. Syukurnya, gayung keinginan
saya bersambut, Si Bocah setuju datang ke acara tersebut. Yes! Mari kita berjejaring.
Berjejaring. Menurut Mbak
Lala dari rumahinspirasi, berjejaring itu wajib. Berjejaring sangat bermanfaat
bagi para pelaku pendidikan rumah sebab bisa menjadi sarana saling berbagi
ilmu, pengalaman, juga mencari solusi akan permasalahan yang ada seputar
pendidikan rumah. Saya sepakat dengan pernyataan tersebut. Berjejaring ini
kalau menurut saya sih mirip-mirip
dengan silaturahmi. Secara manfaat, berjejaring dan bersilaturahmi sama. Memanjangkan
umur dan melapangkan rizki. Ini pendapat pribadi sesuai dengan apa yang saya
rasakan lho.
Sebagai contoh keikutsertaan
saya di acara Kerlap itu. Sejujurnya agak nekad sebab saya buta lokasi dan
terkenal sebagai tukang tersesat hehehehe. Ayah Si Bocah di waktu yang sama
sedang di luar kota jadi otomatis tidak bisa menemani. Bersyukur dengan adanya aplikasi
jasa antar yang cukup terpercaya, saya sampai dengan selamat di tempat acara
meski hampir sejam baru dapat driver.
Banyak hal menarik dari
acara berbagi ilmu ini. Ada kata-kata dari Paman Ian yang cukup mengena tentang
perlunya memiliki kesadaran dalam mendidik anak bagi para ortu. Ortu di sini
tidak sebatas yang melakukan pendidikan rumah, namun juga yang anak-anaknya
bersekolah di sekolah formal.
Sebagai ortu, sudahkah kita
memiliki grand design/ visi misi untuk
pola asuh anak-anak ? Ataukah kita hanya
asal jalan, toh anak-anak itu pasti
tumbuh berkembang menjadi manusia dewasa suatu saat nanti ?
Jangan sampai kita masuk ke
dalam jebakan Batman. Jangan sampai terjerumus untuk mendelegasikan semua hal
kepada lembaga atau orang lain dan ketika ada khilafnya pada anak-anak, kita
hanya bisa menyesal atau menyalahkan karena tidak adanya visi misi ini.
Bagaimanapun, kitalah yang bertanggung jawab akan perkembangan anak. Kita ortunya,
sewajarnya kita lebih perhatian dan meluangkan waktu untuk mereka bukan lembaga
atau orang lain.
Lebih mudahnya menggagas
visi misi pola asuh ini, kata Paman Ian menurut ilmu yang didapatnya dari
padepokan Magersari milik Ibu Septi adalah berangkat dari garis finish kemudian ditarik mundur ke garis start.
Sebagai gambaran mudahnya
seperti menyelesaikan maze pada gambar di bawah ini.
dari sini |
Lebih mudah menemukan gajah
kecil bila kita memulainya dari gambar gajahnya daripada memulai dari huruf A,
B, atau C bukan ? begitu pula dengan mengasuh anak. Kita susun dulu visi misi
kita, baru ditarik mundur untuk menjalankan pola asuhnya.
Bertemu, berkenalan, ngobrol dengan akrab, dan mendengarkan
cerita-cerita seputar pola asuh anak dari teman-teman yang sebagian besar baru
saya kenal hari itu adalah rejeki dari silaturahmi saya saat itu. Belum lagi
pengalaman yang didapat Si Bocah. Selain dapat bermain dengan banyak ragam
teman baru, juga Si Bocah menikmati sekali hidangan yang ada. Nah, nikmat mana yang bisa
saya dustakan ?
No comments:
Post a Comment