Tontonan Si Bocah |
‘Oh, dear!’ adalah kata-kata
yang kerap keluar dari mulut Si Bocah belakangan ini. Meniru kata-kata di
tayangan yang disukainya, ‘Peppa Pig’. Si Bocah hampir setiap hari melihat film
kartun ini melalui youtube.
Film ‘Peppa Pig’ ini banyak
memuat tentang hal baik. Nyaris tidak ada hal buruk dalam adegannya. Tidak ada
adegan mencemooh, menjelekkan orang, atau pun kekerasan. Semua menyenangkan dan
saling menghormati. Bercerita tentang kehidupan anak babi perempuan bernama
Peppa Pig bersama adiknya, George, dan kedua ortunya, Daddy Pig dan Mommy Pig.
Mereka pun hidup rukun dengan teman-temannya sesama binatang.
Meskipun film ini
benar-benar diperuntukkan untuk anak-anak, namun saya tetap mendampingi Si
Bocah menontonnya. Saya tidak membiarkannya sendirian terpaku melihat film
tersebut tanpa bimbingan sebab dia bukan pengganti saya, ortunya. Selain untuk melihat adegan yang ada (cocok tidak
untuk Si Bocah), saya juga menjelaskan apapun yang dilihatnya, mulai dari
pertanyaan apakah itu sampai mengapa dan bagaimana (5w 1h lengkap hehehe). Hitung-hitung
menambah pengetahuan dan perbendaharaan katanya juga.
Pendapat saya pribadi
mengenai film ini sangat bagus. Tidak saja bagi anak-anak, namun bagi ortunya
pula. Bagaimana semua ortu yang ada di film tersebut mengasuh dan sangat
positif dengan anak-anak. Semua orang dewasa perhatian dan tidak pernah
melabeli anak-anak dengan ha-hal negatif.
Salah satu alasan saya
melakukan pendidikan rumah buat Si Bocah adalah fokus kepada pembentukan
karakternya. Bagaimana hal-hal baik saya kenal dan contohkan kepada Si Bocah. Dipraktikkan
sehari-hari.
Kesadaran akan kekuatan
meniru pada diri anak-anak yang besar, membuat saya konsen dengan apapun yang
dilihatnya termasuk tayangan fim untuknya. Saya benar-benar selektif. Buku
cerita atau pun film untuknya hanya yang mengandung kebaikan. Tidak ada
pertentangan tentang sifat baik dan buruk, tidak ada kekerasan, tidak ada
saling mencemooh, dan sederet sifat buruk lainnya. Si Bocah memasuki usia 3
tahun. Belum mengenal baik dan buruk. Apa yang dilihat, hal itulah yang akan
ditirunya.
Sebagai referensi, ada
panduan tentang konten yang boleh dan tidak boleh dilihat oleh anak-anak yang
dilansir oleh American Academy of
Pediatrics dan ditulis oleh Cris Rowan.
Keputusan saya menyeleksi
tontonannya ini cukup berdampak. Si Bocah tumbuh menjadi anak yang menyenangkan
dan tidak agresif. Kosakata yang dikuasainya pun baik. Interaksi dengan orang
lain juga lancar-lancar saja.
Hanya ketika bergaul dengan
teman laki-laki sebayanya yang cenderung suka bermain agak agresif dan
mengandung kekerasan, Si Bocah sedikit kurang nyaman. Perbedaan tontonan dan
kebiasaan membuatnya memilih menjauh. Dia cenderung memilih teman-teman yang ‘bermain
aman’.
Tidak takut dibilang anaknya
cemeng ? Anak laki-laki kok lembek? Atau jadi anak kok suka
pilih-piih teman ?
Melihat kondisi tersebut,
sebagai ortu saya tidak berkecil hati, malah senang. Lho ? Artinya Si Bocah mampu menyeleksi teman-temannya sendiri yang
dianggapnya baik. Tidak perlu kita memaksakan anak-anak berteman dengan
siapapun bila dia merasa tidak nyaman. Terutama untuk anak-anak di usia 3 atau
4 tahun dimana semua hal yang dilihatnya akan ditiru, entah itu baik atau
buruk.
Link di bawah ini
menunjukkan bagaimana anak-anak yang pandai menari namun karena tidak dibimbing
dan diarahkan dengan benar, maka yang terjadi adalah meniru tarian yang tidak
sesuai dengan usianya.
Akankah kita merelakan
anak-anak kita seperti itu ?
‘Children have never been very good at listening to their elders,
but they have never failed to imitate them’. James A. Baldwin
No comments:
Post a Comment