Pages

Monday 11 April 2016

Bijak Memilih Tontonan Anak

Tontonan Si Bocah
‘Oh, dear!’ adalah kata-kata yang kerap keluar dari mulut Si Bocah belakangan ini. Meniru kata-kata di tayangan yang disukainya, ‘Peppa Pig’. Si Bocah hampir setiap hari melihat film kartun ini melalui youtube.

Film ‘Peppa Pig’ ini banyak memuat tentang hal baik. Nyaris tidak ada hal buruk dalam adegannya. Tidak ada adegan mencemooh, menjelekkan orang, atau pun kekerasan. Semua menyenangkan dan saling menghormati. Bercerita tentang kehidupan anak babi perempuan bernama Peppa Pig bersama adiknya, George, dan kedua ortunya, Daddy Pig dan Mommy Pig. Mereka pun hidup rukun dengan teman-temannya sesama binatang.


Meskipun film ini benar-benar diperuntukkan untuk anak-anak, namun saya tetap mendampingi Si Bocah menontonnya. Saya tidak membiarkannya sendirian terpaku melihat film tersebut tanpa bimbingan sebab dia bukan pengganti saya, ortunya. Selain untuk melihat adegan yang ada (cocok tidak untuk Si Bocah), saya juga menjelaskan apapun yang dilihatnya, mulai dari pertanyaan apakah itu sampai mengapa dan bagaimana (5w 1h lengkap hehehe). Hitung-hitung menambah pengetahuan dan perbendaharaan katanya juga.

Pendapat saya pribadi mengenai film ini sangat bagus. Tidak saja bagi anak-anak, namun bagi ortunya pula. Bagaimana semua ortu yang ada di film tersebut mengasuh dan sangat positif dengan anak-anak. Semua orang dewasa perhatian dan tidak pernah melabeli anak-anak dengan ha-hal negatif.

Salah satu alasan saya melakukan pendidikan rumah buat Si Bocah adalah fokus kepada pembentukan karakternya. Bagaimana hal-hal baik saya kenal dan contohkan kepada Si Bocah. Dipraktikkan sehari-hari.

Kesadaran akan kekuatan meniru pada diri anak-anak yang besar, membuat saya konsen dengan apapun yang dilihatnya termasuk tayangan fim untuknya. Saya benar-benar selektif. Buku cerita atau pun film untuknya hanya yang mengandung kebaikan. Tidak ada pertentangan tentang sifat baik dan buruk, tidak ada kekerasan, tidak ada saling mencemooh, dan sederet sifat buruk lainnya. Si Bocah memasuki usia 3 tahun. Belum mengenal baik dan buruk. Apa yang dilihat, hal itulah yang akan ditirunya.

Sebagai referensi, ada panduan tentang konten yang boleh dan tidak boleh dilihat oleh anak-anak yang dilansir oleh American Academy of Pediatrics dan ditulis oleh Cris Rowan.


Keputusan saya menyeleksi tontonannya ini cukup berdampak. Si Bocah tumbuh menjadi anak yang menyenangkan dan tidak agresif. Kosakata yang dikuasainya pun baik. Interaksi dengan orang lain juga lancar-lancar saja.

Hanya ketika bergaul dengan teman laki-laki sebayanya yang cenderung suka bermain agak agresif dan mengandung kekerasan, Si Bocah sedikit kurang nyaman. Perbedaan tontonan dan kebiasaan membuatnya memilih menjauh. Dia cenderung memilih teman-teman yang ‘bermain aman’.

Tidak takut dibilang anaknya cemeng ? Anak laki-laki kok lembek? Atau jadi anak kok suka pilih-piih teman ?

Melihat kondisi tersebut, sebagai ortu saya tidak berkecil hati, malah senang. Lho ? Artinya Si Bocah mampu menyeleksi teman-temannya sendiri yang dianggapnya baik. Tidak perlu kita memaksakan anak-anak berteman dengan siapapun bila dia merasa tidak nyaman. Terutama untuk anak-anak di usia 3 atau 4 tahun dimana semua hal yang dilihatnya akan ditiru, entah itu baik atau buruk.

Link di bawah ini menunjukkan bagaimana anak-anak yang pandai menari namun karena tidak dibimbing dan diarahkan dengan benar, maka yang terjadi adalah meniru tarian yang tidak sesuai dengan usianya.

Akankah kita merelakan anak-anak kita seperti itu ?


‘Children have never been very good at listening to their elders, but they have never failed to imitate them’. James A. Baldwin

No comments:

Post a Comment