Pages

Friday 11 March 2016

Sekolah Formal atau Sekolah Rumah ? Bukan Untuk Diperdebatkan

norahcolvin.com
“Na, kamu sedang kampanye homeschooling, ya ?” Sebuah pertanyaan dari seorang teman terlontar setelah membaca tulisan saya akhir-akhir ini di blog. “Kok sepertinya, maaf nih, kamu agak anti dengan sekolah formal.”

Waduh! Jujur sedikit kaget dengan pertanyaan teman tadi. Saya mencoba membaca ulang apa yang saya tulis di blog. Iya, benar saya sedang semangat-semangatnya menulis ilmu dari webinar dari rumahinspirasi.com tentang pendidikan rumah yang saya ikuti. Webinarnya sendiri dilakukan seminggu sekali dan ada 10 sesi dengan tema yang bermacam-macam. Jadi praktis ada lebih dari lima tulisan tentang hasil dari webinar di blog saya. Sebenarnya bukan berniat kampanye atau apa, lebih ke berbagi pengetahuan dan pengingat saya juga akan ilmu yang saya dapat.

Saya pribadi, senang dapat pertanyaan ini. Hitung-hitung instrospeksi diri saat membuat tulisan ke depannya. Bagi saya, memilih pendidikan anak baik ke jalur formal (sekolah) atau melalui pendidikan rumah adalah hak dan pilihan masing-masing keluarga. Tidak berlaku hukum benar atau salah, lebih baik atau lebih buruk di sana. Yang terpenting adalah bagaimana kita, para ortu ini, mampu menyiapkan anak-anak menjadi manusia mandiri yang bermanfaat bagi masyarakat banyak dengan tanpa meninggalkan kebutuhan dan kegembiraan anak-anak itu menikmati masa pertumbuhannya.

Saya sebagai ortu yang kebetulan memilih pendidikan rumah buat Si Bocah pun sama seperti ortu-ortu lainnya yang memilih anaknya bersekolah di sekolah formal. Tidak ada yang istimewa. Sama-sama memikirkan tentang proses pendidikan anak. Sama-sama memikirkan tumbuh kembangnya.

Jadi, tidak perlu dibandingkan atau malah diperdebatkan. Seperti Idrus bilang, Banyak Jalan Menuju Roma. Kita, para ortu ini juga dibolehkan memilih jalan berbeda-beda untuk proses pendidikan anak. Mau memilih memasukkan anak ke sekolah formal, memilih pendidikan rumah, memilih menyekolahkan anak ke luar negeri atau kemana saja, semua sah-sah saja. Tidak ada jaminan kalau misalnya sekolah rumah itu akan lebih sukses dari sekolah formal atau sebaliknya. Sebab, semua itu adalah proses belajar untuk anak-anak kita.

Kita, sebagai ortu hanya bisa mendukung, memotivasi, dan memberi ruang seluas-luasnya untuk anak-anak belajar mengembangkan dirinya. Untuk anak-anak kita berproses menjadi pembelajar mandiri yang selalu mampu mengikuti perubahan dan kemajuan pengetahuan sehingga tidak tergerus zaman. Dimanapun jalurnya.

Seorang futurology, Alvin Toffler menuliskan gagasan tentang pendidikan bahwa “Kebutahurufan pada abad 21 ini bukanlah orang-orang yang tak bisa membaca dan menulis. Tetapi buta huruf pada masa kini adalah mereka yang tak bisa belajar (learn), membongkar pengetahuan (unlearn), dan belajar ulang (relearn).”


No comments:

Post a Comment