norahcolvin.com |
“Na, kamu sedang kampanye homeschooling, ya ?” Sebuah pertanyaan
dari seorang teman terlontar setelah membaca tulisan saya akhir-akhir ini di
blog. “Kok sepertinya, maaf nih, kamu
agak anti dengan sekolah formal.”
Waduh! Jujur sedikit kaget
dengan pertanyaan teman tadi. Saya mencoba membaca ulang apa yang saya tulis di
blog. Iya, benar saya sedang semangat-semangatnya menulis ilmu dari webinar
dari rumahinspirasi.com tentang pendidikan rumah yang saya ikuti. Webinarnya sendiri
dilakukan seminggu sekali dan ada 10 sesi dengan tema yang bermacam-macam. Jadi
praktis ada lebih dari lima tulisan tentang hasil dari webinar di blog saya. Sebenarnya
bukan berniat kampanye atau apa, lebih ke berbagi pengetahuan dan pengingat
saya juga akan ilmu yang saya dapat.
Saya pribadi, senang dapat
pertanyaan ini. Hitung-hitung instrospeksi diri saat membuat tulisan ke
depannya. Bagi saya, memilih pendidikan anak baik ke jalur formal (sekolah) atau
melalui pendidikan rumah adalah hak dan pilihan masing-masing keluarga. Tidak berlaku
hukum benar atau salah, lebih baik atau lebih buruk di sana. Yang terpenting
adalah bagaimana kita, para ortu ini, mampu menyiapkan anak-anak menjadi
manusia mandiri yang bermanfaat bagi masyarakat banyak dengan tanpa
meninggalkan kebutuhan dan kegembiraan anak-anak itu menikmati masa
pertumbuhannya.
Saya sebagai ortu yang
kebetulan memilih pendidikan rumah buat Si Bocah pun sama seperti ortu-ortu
lainnya yang memilih anaknya bersekolah di sekolah formal. Tidak ada yang
istimewa. Sama-sama memikirkan tentang proses pendidikan anak. Sama-sama
memikirkan tumbuh kembangnya.
Jadi, tidak perlu
dibandingkan atau malah diperdebatkan. Seperti Idrus bilang, Banyak Jalan
Menuju Roma. Kita, para ortu ini juga dibolehkan memilih jalan berbeda-beda
untuk proses pendidikan anak. Mau memilih memasukkan anak ke sekolah formal,
memilih pendidikan rumah, memilih menyekolahkan anak ke luar negeri atau kemana
saja, semua sah-sah saja. Tidak ada jaminan kalau misalnya sekolah rumah itu
akan lebih sukses dari sekolah formal atau sebaliknya. Sebab, semua itu adalah
proses belajar untuk anak-anak kita.
Kita, sebagai ortu hanya
bisa mendukung, memotivasi, dan memberi ruang seluas-luasnya untuk anak-anak
belajar mengembangkan dirinya. Untuk anak-anak kita berproses menjadi pembelajar
mandiri yang selalu mampu mengikuti perubahan dan kemajuan pengetahuan sehingga
tidak tergerus zaman. Dimanapun jalurnya.
Seorang futurology, Alvin
Toffler menuliskan gagasan tentang pendidikan bahwa “Kebutahurufan pada abad 21
ini bukanlah orang-orang yang tak bisa membaca dan menulis. Tetapi buta huruf
pada masa kini adalah mereka yang tak bisa belajar (learn), membongkar
pengetahuan (unlearn), dan belajar ulang (relearn).”
No comments:
Post a Comment