Pages

Saturday 12 March 2016

Menyiapkan Pembelajar Mandiri - Catatan Webinar Sesi Kelima

Aku anak mandiri

Berusaha sendiri
Mengerjakan tugas dengan wajah berseri
Aku anak mandiri
Berusaha sendiri
Mandi makan semua sendiri
Mandiri kini mewarnai hidupku
Mandiri kini jadi kebiasaanku
Mandiri kini melekati diriku
Kubahagia menjadi anak mandiri
Aku belajar menjadi pribadi mandiri
Tangguh kuat menghadapi tantangan
Aku ingin menjadi pembelajar mandiri
Ungkul mewangi meraih masa depan

Inspiratif, kata itu yang terlintas saat pertama mendengar lagu ini. Lagu berjudul Aku Anak Mandiri ciptaan Mira Julia (Lala). Lagu yang sekarang ini sering saya nyanyikan bersama Si Bocah dimana pun berada. Awalnya, Si Bocah hanya mendengarkan dan bertanya tentang arti bait-bait lagunya. Lama-lama, Si Bocah pun mulai ikut bernyanyi dan meniru perilaku sesuai lirik lagunya. Nah,inspiratif bukan ?

Pada bait lagu diatas ada kata pembelajar mandiri. Agak asing awal mendengarnya. Namun, setelah kemarin ikut webinar rumahinspirasi.com dan membaca e-book tentang Menyiapkan Pembelajar Sejati dari Mas Aar, pembelajar mandiri itu mirip dengan belajar secara otodidak saya rasa. Mas Aar mengatakan seorang pembelajar mandiri adalah seorang yang berinisiatif secara mandiri atau bantuan orang lain untuk mengenali kebutuhan belajar mereka, menformulasikan tujuan belajarnya, mengidentifikasi bahan belajar yang diperlukan, memilih dan mengimplementasikan strategi belajar, serta mengevaluasi hasil dari proses belajar.
Hm…panjang ya ? Iya, panjang dan komplit sekaligus sesuai dengan tema webinar sesi kelima ‘Menyiapkan Pembelajar Mandiri’. Tema tersebut diangkat karena berdasar pengalaman praktisi homeschooling, para ortu seringnya bisa mendampingi proses belajar anak-anak mereka sampai sekolah dasar kelas 6. Selepas itu, secara konten banyak ortu yang merasa kesulitan. Kondisi tersebut kemudian membawa pertanyaan ‘lalu bagaimana para anak homeschooling ini bisa menjalani proses belajarnya saat ortu sudah tidak menjadi sumber belajar lagi?’. Bagaimana mereka mampu menyelesaikan ujian kejar paket C lalu melanjutkan ke jenjang perkuliahan ? Meski sebenarnya sudah ada juga contoh anak-anak homeschooling yang mampu dan baik-baik saja menjalani kuliahnya, keresahan tersebut tetap muncul.
Mengapa ? Sebab, ortu homeschooling itu sebenarnya tidak berbeda dengan ortu-ortu yang lain. Ortu yang memiliki keterbatasan pengetahuan dan tidak mungkin menguasai seluruh materi belajar anak-anak. Hanya saja, ortu homeschooling adalah ortu yang bekerja keras untuk membuat proses homeschooling ini berhasil. Kuncinya apa agar proses belajar anak homeschooling berhasil dengan keterbatasan kita ini ? Kuncinya adalah kita, para ortu menyiapkan anak-anaknya menjadi pembelajar mandiri.
Mengapa harus menjadi pembelajar mandiri ? Selain karena alasan keterbatasan ortu dan juga ada masa ortu tidak bisa terus mendampingi anak belajar, juga untuk menyiapkan anak-anak menjalani kehidupan sesuai masa mereka kelak.
Anak-anak tidak hanya hidup di masa bersama kita sekarang ini, namun langkah mereka masih panjang. Mereka memiliki masanya sendiri dimana perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pun akan terus terjadi. Perubahan-perubahan akibat perkembangan iptek tersebut jelas akan berdampak pada kehidupan manusia. Termasuk kehidupan anak-anak kita. Pastinya pula, agar tidak gagap menghadapi perubahan, kemampuan beradaptasi dan belajar sudah sepatutnya dimiliki anak-anak. Di bawah ini gambaran tentang perubahan zaman akibat dari perkembangan iptek.

Nah, jadi sepakat kan dengan menjadikan anak pembelajar mandiri ? Kalau sepakat, proses menyiapkan anak-anak sebagai pembelajar mandiri pun memiliki tahapan-tahapan, tidak bisa ujug-ujug atau instan. Semua melalui proses. Alam banyak mengajarkan kepada kita bahwa semua hal di dunia itu terjadi melalui proses. Tidak ditemukan istilah bim salabim adakadabra.

Kalau melihat tabel di atas, saya merasa tahapan-tahapan itu ada kemiripan dengan ajaran Ki Hadjar Dewantara. Tabel pertama seperti ing ngarsa sung tuladha, jadi posisi ortu masih di depan dan sebagai panutan. Tabel kedua mirip dengan ing madya mangun karsa, untuk tahapan ini karena pada anak sudah mulai terlihat inisiatif, peran ortu lebih ke motivasi dan memberi dukungan. Tabel ketiga dan keempat masuk kategori tut wuri handayani, dimana ortu perannya semakin mengecil (hanya memberi saran dan membantu bila diperlukan) dan anak semakin mampu mengambil inisiatif.
Selain mengetahui tentang tahapan menjadi pembelajar mandiri, kita pun perlu melakukan persiapan untuk melakukan prosesnya. Adapun persiapannya adalah :
#Membangun budaya belajar
#Melatih ketrampilan belajar
#Bertumbuh seiring waktu

Masukan dari Mas Aar di webinar saat membangun budaya belajar ini dimulai dari kegiatan kecil yang diulang terus menerus sehingga menjadi kebiasaan baik. Kegiatan yang dilakukan pun disesuaikan dengan perkembangan anak. Selain itu, memberi ruang untuk anak membuat kesalahan sebab melakukan kesalahan pun termasuk dalam proses belajarnya (singkatnya jangan cepat marah hehehehe).

Saran ketika melatih ketrampilan belajar, peran ortu mutlak sebagai pendamping sekaligus teladan anak. Menjalin komunikasi dengan sering bercakap-cakap tentang apapun, menemani belajar menggunakan mesin pencari seperti penggunaan google atau yahoo sekaligus belajar mencari kata kunci yang tepat, bersama-sama memilih aplikasi dan melakukan sebuah proyek.
Yang perlu diingat adalah bahwa semua itu proses yang berlangsung bertahun-tahun, dibutuhkan kerjasama antar-seluruh anggota keluarga. Ortu pun harus sabar dan belajar mengelola emosi lebih baik dari waktu ke waktu. Sekali lagi, komunikasi antar-keluarga penting sekali dalam semua proses pembelajaran ini sebab dari obrolan-obrolan itulah anak banyak belajar mengungkapkan apa yang ada di benaknya. Selain itu, belajar manajemen waktu dengan mengerjakan sebuah proyek sekaligus membuat time line kegiatan belajarnya mengenalkan anak akan sebuah latihan disiplin diri.




No comments:

Post a Comment