Di dinding facebook saya sedang sering terlihat
gambar ini. Seorang batita dengan wajah lucu sedang makan pisang di atas troli.
Buah gratis yang diperuntukkan untuk anak-anak usia 12 tahun ke bawah yang
sedang menunggui ortunya belanja. Menarik sekaligus cerdas ide pengelola pusat
perbelanjaannya. Selain membuat nyaman ortu yang sedang berbelanja, juga
menanamkan akan sesuatu yang positif di anak-anak. Kegemaran makan buah. Suka
sekali dengan ide ini. Ide pemasaran yang dikemas dengan menarik sekaligus
mendidik.
Di tengah gencarnya media di
negeri ini mengiklankan makanan dan minuman yang serba instan dengan tampilan
menarik meski sebenarnya minim kandungan nutrisinya, sebagai ortu, melihat
gambar di atas seakan membunyikan lonceng pengingat untuk membiasakan makan
buah kepada anak-anak. Mengajarkan
kebiasaan pola makan yang sehat.
Beberapa saat yang lalu,
seorang teman mengabarkan bila anaknya sedang dirawat di sebuah rumah sakit.
Sakit typhus. Masih batita. Melihat jarum infuse menempel di lengannya sedih
rasanya. Berdasarkan hasil googling, typhus ini disebabkan bakteri
Salmonella typhi. Bakteri yang bisa ditularkan oleh lalat yang hinggap di
makanan atau minuman yang kita makan. Ada pula yang menyebut penyakit ini
karena pola makan yang tidak sehat. Makan tidak tepat waktu, banyak
mengkonsumsi makanan instan, dan kurang istirahat.
Jadi ingat dulu setiap
menjelang ujian. Banyak sekali anak didik yang ijin tidak masuk mendekati
detik-detik ujian karena sakit. Sakit maag salah satunya. Penyakit yang
disebabkan karena stress tinggi dan didukung pola makan yang tidak sehat pula.
Banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung msg, pemanis, dan pewarna buatan.
Ah, sekali lagi adalah
tentang pola makan.
Ironisnya, penyakit yang
disebabkan oleh pola makan yang tidak sehat itu sekarang banyak dialami oleh
anak-anak. Anak-anak yang seharusnya sehat ceria berlari tersenyum tertawa dan
belajar dengan gembira, kerap harus tergolek di tempat tidur karena kebiasaan
buruk pola makannya.
Jika sejak kecil, anak-anak
sudah terbiasa dengan pola makan yang buruk, akan sangat memprihatinkan nanti
di kehidupan dewasanya kelak. Ketika tuntutan pekerjaan yang luar biasa mulai
dikenalnya, sedangkan sempitnya waktu untuk beristirahat dan didukung pola
makan tidak sehat yang diakrabinya sejak kecil, akan sangat mempengaruhi
kesehatannya.
Senang melihat pula masih
banyak ortu yang serepot apapun dengan aktivitasnya, masih menyediakan waktu
membuatkan bekal anak-anaknya. Terlebih kalau itu ayah yang membuat bekalnya. Menjaga
mereka setidaknya dari terlambat makan dan makan makanan yang kurang bergizi di
sekolah. Makanan yang dibuat ortu selain sehat, pasti berbeda rasanya dengan
bila jajan di rumah makan semahal apapun, karena ada cinta dan doa disana
selalu diterima anak-anak dengan gembira.
Eat
your food as your medicines.
Otherwise
you have to eat your medicines as your food
-
Amatellah
–
No comments:
Post a Comment