Pelangi,
pelangi alangkah indahmu
Merah
kuning hijau di langit yang biru
Pelukismu
agung, siapa gerangan ?
Pelangi,
pelangi ciptaan Tuhan
Hore ! Teriak Si
Bocah sambil bertepuk tangan. Kebiasaannya setiap usai bernyanyi. Si bocah
memang sedang suka dengan semua yang bernuansa pelangi. Lagu pelangi versi
banyak bahasa, rainbow cake, atau
apapun yang warnanya lebih dari tiga. “Bagus ya,Nda. Berwarna-warni seperti
pelangi”, komentarnya selalu bila melihat sesuatu yang mengandung unsur banyak
warna. Ah, Si Bocah yang belum genap tiga tahun namun sering membuat saya
belajar banyak hal darinya.
Menjadi ibu dan ortu
memang ‘memaksa’ kita belajar kembali. Belajar menekan ego untuk banyak hal.
Salah satunya adalah merasa paling benar. Dulu, saat masih di bangku kuliah,
ada mata kuliah itu yang mengharuskan mahasiswa untuk diskusi. Jujur, menurut
saya dulu, yang paling keren itu adalah mahasiswa yang jago sekali berbicara,
mampu mempertahankan pendapatnya dengan beragam analogi, teori, dan apapunlah
caranya sehingga yang lain, yang awalnya memiliki ide lain pun akhirnya menggangguk
setuju dengan pendapatnya. Jago ‘ngeyel’ istilahnya hehehe. Meskipun di ruang kuliah
berdebat sengit, namun ternyata saat di kantin kita bisa hahahahihi
bersama-sama. Saling incip makanan yang dipesan atau ngobrolin gebetan. Lupa dengan yang diperdebatkan tadi.
Namun, itu dulu. Saya
tetap sepakat diskusi tetap perlu karena saya sepakat juga perbedaan itu harus
ada. Tidak seru andai dunia ini hanya satu pendapat saja kan ? Tuhan pun menciptakan manusia dengan beragam keunikannya yang
pasti beda-beda pula. Hanya saja, yang berkembang sekarang bukan diskusi
mencari bagaimana agar semua bisa berjalan beriringan. Lebih kepada membawa
kebenarannya masing-masing. Merasa paling benar, paling bermanfaat dan paling
segala dari yang lain.
Seperti peran menjadi
ibu. Buat saya, menjadi ibu adalah sesuatu yang luar biasa. Kita diberi kesempatan
mendidik calon pemimpin dunia yang bermartabat. Tidak ada yang perlu
diperdebatkan tentang peran ini. Tidak perlu juga disbanding-bandingkan. Ibu
adalah ibu. Tidak pakai catatan kaki atau tambahan keterangan yang lain. Kalau
pun ada yang bekerja di kantor, bisnis di rumah sambil momong, atau pun berdaster setiap hari sambil pegang sapu dan pel,
itu hanya tambahan kegiatan saja. Pewarna kehidupan agar warnanya berwarna
warni seperti pelangi. Indah. Tidak hitam atau putih semua.
Anak-anak kita kerap
menunjukkan keindahan itu. Mereka senang dengan sesuatu yang berwarna warni.
Lihatlah mainan dan apapun yang diperuntukkan bagi anak-anak. Tidak ada yang
bernuansa satu warna kan ? Semua
indah ceria berwarna warni dan menarik. Kenapa kita, para ibu ini, membatasi
warna kita dengan hanya hitam atau putih ?
No comments:
Post a Comment