Pages

Saturday 9 January 2016

Menjadi Ibu Warna Warni

Pelangi, pelangi alangkah indahmu
Merah kuning hijau di langit yang biru
Pelukismu agung, siapa gerangan ?
Pelangi, pelangi ciptaan Tuhan

Hore ! Teriak Si Bocah sambil bertepuk tangan. Kebiasaannya setiap usai bernyanyi. Si bocah memang sedang suka dengan semua yang bernuansa pelangi. Lagu pelangi versi banyak bahasa, rainbow cake, atau apapun yang warnanya lebih dari tiga. “Bagus ya,Nda. Berwarna-warni seperti pelangi”, komentarnya selalu bila melihat sesuatu yang mengandung unsur banyak warna. Ah, Si Bocah yang belum genap tiga tahun namun sering membuat saya belajar banyak hal darinya.

Menjadi ibu dan ortu memang ‘memaksa’ kita belajar kembali. Belajar menekan ego untuk banyak hal. Salah satunya adalah merasa paling benar. Dulu, saat masih di bangku kuliah, ada mata kuliah itu yang mengharuskan mahasiswa untuk diskusi. Jujur, menurut saya dulu, yang paling keren itu adalah mahasiswa yang jago sekali berbicara, mampu mempertahankan pendapatnya dengan beragam analogi, teori, dan apapunlah caranya sehingga yang lain, yang awalnya memiliki ide lain pun akhirnya menggangguk setuju dengan pendapatnya. Jago ‘ngeyel’ istilahnya hehehe. Meskipun di ruang kuliah berdebat sengit, namun ternyata saat di kantin kita bisa hahahahihi bersama-sama. Saling incip makanan yang dipesan atau ngobrolin gebetan. Lupa dengan yang diperdebatkan tadi.

Namun, itu dulu. Saya tetap sepakat diskusi tetap perlu karena saya sepakat juga perbedaan itu harus ada. Tidak seru andai dunia ini hanya satu pendapat saja kan ? Tuhan pun menciptakan manusia dengan beragam keunikannya yang pasti beda-beda pula. Hanya saja, yang berkembang sekarang bukan diskusi mencari bagaimana agar semua bisa berjalan beriringan. Lebih kepada membawa kebenarannya masing-masing. Merasa paling benar, paling bermanfaat dan paling segala dari yang lain.

Seperti peran menjadi ibu. Buat saya, menjadi ibu adalah sesuatu yang luar biasa. Kita diberi kesempatan mendidik calon pemimpin dunia yang bermartabat. Tidak ada yang perlu diperdebatkan tentang peran ini. Tidak perlu juga disbanding-bandingkan. Ibu adalah ibu. Tidak pakai catatan kaki atau tambahan keterangan yang lain. Kalau pun ada yang bekerja di kantor, bisnis di rumah sambil momong, atau pun berdaster setiap hari sambil pegang sapu dan pel, itu hanya tambahan kegiatan saja. Pewarna kehidupan agar warnanya berwarna warni seperti pelangi. Indah. Tidak hitam atau putih semua.

Anak-anak kita kerap menunjukkan keindahan itu. Mereka senang dengan sesuatu yang berwarna warni. Lihatlah mainan dan apapun yang diperuntukkan bagi anak-anak. Tidak ada yang bernuansa satu warna kan ? Semua indah ceria berwarna warni dan menarik. Kenapa kita, para ibu ini, membatasi warna kita dengan hanya hitam atau putih ?





No comments:

Post a Comment