Mengandung kemudian
melahirkan anak memang membuat saya otomatis menjadi seorang ibu sekaligus ortu
bagi seorang bocah. Di atas selembar kertas. Membahagiakan memang dipercaya Tuhan
dititipi seorang bocah. Bahagia dan bangga. Meski, kerap terselip kekhawatiran
akankah bisa menjadi ortu pendidik yang baik bagi si bocah.
Buat saya, ortu adalah
sebuah status yang luar biasa. Ortu. Tidak selalu ayah ibu biologis kita. Namun,
orang-orang yang dengan penuh kasih mendidik, merawat, sekaligus membesarkan
kita pun adalah ortu.
Orang tua angkat, ibu asuh, guru, atau bahkan mungkin
kakek nenek. Beragam hal menarik dan baru harus mereka lakukan dan coba. Kerap
hal-hal di luar dugaan, konyol, dan tidak masuk akal sekalipun ‘terpaksa’ dijalani demi seorang bocah atau lebih yang
dititipkan kepada mereka.
Mengenyahkan rasa malu dan
bahkan menekuk egonya. Belajar dan membacai banyak hal seperti mpasi, pola asuh
anak, atau sekedar membacai tips di dinding media sosial yang dimilikinya. Menaklukan
keakuan bahwa memiliki anak otomatis berhak dianggap sebagai ortu tanpa perlu
belajar lagi. Membuang kegemaran-kegemaran saat masih lajang dan belum mendapat
titipan. Mengenyahkan rasa ‘sudah tahu’ dan belajar kembali menjadi individu
baru yang lebih baik demi seorang bocah. Belajar bijaksana menanggapi peristiwa
dan berita apapun sebab sadar ada sepasang mata bening yang kerap mengawasi.
Belajar kembali tentang mengasihi sesama meski berbeda warna kulit, agama atau
pun negaranya. Belajar bagaimana
mengendalikan amarah sekaligus bertutur yang baik sebab ada si bocah yang merekam,
mengingat, dan mencontoh perilaku kita.
Hm…berat ya ortu menurut
saya? Itu versi ortu sempurnakah ? Bukan. Tidak ada ortu yang sempurna, dan si
bocah pun tidak menginginkan ortu sempurna. Namun, sebagai ortu perlu rasanya
menekuk ego kita untuk belajar dan selalu belajar lebih baik demi generasi yang
pastinya lebih baik lagi. Sebagai ortu, titipan itu diterima dengan bahagia bukan hanya saat di depan kamera, namun juga ketika kita sudah dandan rapi cantik ganteng siap ke kondangan dan diompoli oleh si bocah.
No comments:
Post a Comment