Pages

Wednesday 30 December 2015

Belajar Menjadi Ortu, Belajar Menekuk Ego

Mengandung kemudian melahirkan anak memang membuat saya otomatis menjadi seorang ibu sekaligus ortu bagi seorang bocah. Di atas selembar kertas. Membahagiakan memang dipercaya Tuhan dititipi seorang bocah. Bahagia dan bangga. Meski, kerap terselip kekhawatiran akankah bisa menjadi ortu pendidik yang baik bagi si bocah.
Buat saya, ortu adalah sebuah status yang luar biasa. Ortu. Tidak selalu ayah ibu biologis kita. Namun, orang-orang yang dengan penuh kasih mendidik, merawat, sekaligus membesarkan kita pun adalah ortu.
Orang tua angkat, ibu asuh, guru, atau bahkan mungkin kakek nenek. Beragam hal menarik dan baru harus mereka lakukan dan coba. Kerap hal-hal di luar dugaan, konyol, dan tidak masuk akal sekalipun ‘terpaksa’  dijalani demi seorang bocah atau lebih yang dititipkan kepada mereka.
Mengenyahkan rasa malu dan bahkan menekuk egonya. Belajar dan membacai banyak hal seperti mpasi, pola asuh anak, atau sekedar membacai tips di dinding media sosial yang dimilikinya. Menaklukan keakuan bahwa memiliki anak otomatis berhak dianggap sebagai ortu tanpa perlu belajar lagi. Membuang kegemaran-kegemaran saat masih lajang dan belum mendapat titipan. Mengenyahkan rasa ‘sudah tahu’ dan belajar kembali menjadi individu baru yang lebih baik demi seorang bocah. Belajar bijaksana menanggapi peristiwa dan berita apapun sebab sadar ada sepasang mata bening yang kerap mengawasi. Belajar kembali tentang mengasihi sesama meski berbeda warna kulit, agama atau pun negaranya.  Belajar bagaimana mengendalikan amarah sekaligus bertutur yang baik sebab ada si bocah yang merekam, mengingat, dan mencontoh perilaku kita.
Hm…berat ya ortu menurut saya? Itu versi ortu sempurnakah ? Bukan. Tidak ada ortu yang sempurna, dan si bocah pun tidak menginginkan ortu sempurna. Namun, sebagai ortu perlu rasanya menekuk ego kita untuk belajar dan selalu belajar lebih baik demi generasi yang pastinya lebih baik lagi. Sebagai ortu, titipan itu diterima dengan bahagia bukan hanya saat di depan kamera, namun juga ketika kita sudah dandan rapi cantik ganteng siap ke kondangan dan diompoli oleh si bocah. 


No comments:

Post a Comment