Pages

Monday 5 October 2015

Ketika Lebih Menarik Bersama Gadget Daripada Ortu

www.colourbox.com
Keluar dari kamar kecil, Saya tertegun di ambang pintu kereta api. Terhenti sejenak melihat sekeliling. Malam ini saya berada di kereta dalam perjalanan dari Jakarta ke Surabaya. Gerbong tempat saya duduk penuh dengan anak-anak. Hampir di setiap dua deret bangku terdapat anak-anak. Waktu hampir menunjukkan pukul sembilan malam, dan banyak dari mereka yang masih terjaga. Asyik dengan  gadget-nya entah melihat music di mbak youtube, bermain game online atau offline. Padahal rata-rata usia mereka belum mencapai delapan tahun.

Sedangkan orang dewasa di sebelah mereka pun setali tiga uang, asyik dengan gadget masing-masing. Bahkan ada bapak muda yang sengaja memasang headphone gedhe di telinganya padahal di sebelahnya ada anak imut ganteng yang (mungkin) perlu didengarkan ceritanya. Suasana gerbong cukup tenang (sunyi) sebab semua asyik dengan aktivitasnya masing-masing. Hanya sesekali terdengar suara anak merengek meminta sesuatu ke ortunya namun setelah itu sunyi. Tidak terdengar canda atau tertawa mereka.

Ah, teknologi memang benar-benar mengubah banyak hal. Termasuk relasi antar anak dan orang tua pikir saya.

Eh, tunggu dulu ! Apa bukan sayanya saja  ya yang berlebihan ?

Wajar dunk kalau di kendaraan umum seperti kereta api ini menjaga ketenangan hampir mutlak diperlukan. Apalagi kalau keretanya yang bayar premium itu. Yang dicari hampir semua penumpang kan kenyamanan dan ketenangan sepanjang perjalanan. Agar bisa istirahat dengan tenang dan bukannya hiruk pikuk kekacauan teriakan anak-anak.

Hahahahaha, iyayaya mungkin benar juga. Namun bukan itu yang jadi fokus saya. Tetapi tentang hubungan antar anak dan orang tua zaman sekarang ini.

Mungkin ini keresahan saya saja sebenarnya, melihat masa-masa sekarang, banyak anak yang lebih asyik dengan gadget-nya daripada ngobrol seru dengan ortunya. Terutama saat-saat melakukan perjalanan panjang seperti sekarang ini. Di ortu sendiri, agar anaknya tenang dan mungkin ‘tak mengganggu’ langsung saja difasilitasi gadget. Jadilah pemandangan seperti yang saya lihat ini. Meski duduk bersebelahan, anak dan ortu itu terlihat asyik (asing ?).

Sekali lagi semuanya pilihan. Saya yang kebetulan juga membawa Si Bocah yang masih batita pula, sepakat dengan suami untuk tidak memberikan ruang pada gadget untuk menyusup diantara kami saat dalam perjalanan seperti ini (weleh weleh bahasa saya ya).

Kami memilih bermain,menyanyi, tertawa atau cerita seru. Kerap pandangan aneh dari penumpang lain melayang yang sering kami balas dengan senyuman manis hehehe. Mungkin terlihat konyol dan ke-pede-an kali ya.  Suara fals saja berani beraninya menyanyi dengan anaknya, mending diputarin lagu di youtube lebih baik hahaha. Atau juga kain pantai yang bisa buat bermain cilukba dengan kepala kami dibawah semuanya. Huhuhu…terlihat konyol dan kekanakan bukan ?

Sekali lagi, ini pilihan. Sebab banyak hal ingin kami bangun dengan Si Bocah. Dibalik kekonyolan atau kenekatan bernyanyi, ada keakraban yang terjalin. Masa-masa kami bisa menikmati kebersamaan bersama. Membangun kepercayaan diri Si Bocah dengan keyakinan dia disayangi dan diterima berada diantara orang tuanya. Mendengarkan suaranya, menatap binar matanya, menghargai keberadaannya, menanggapi pertanyaannya meski sering diulang-ulang, dan bergembira bersama.

Iya, Si Bocah memang masih dua tahun, batita. Dia tidak akan memprotes apa yang kita lakukan terhadapnya namun dia bisa merasakan dan menyerap apa yang diterimanya. Bila kebiasaan kita memberinya kenyamanan dengan meletakkan gadget di sebelahnya, bukan menempatkan diri kita di sampingnya, mungkin kelak keberadaan gadget akan lebih membuatnya nyaman daripada keberadaan kita, orang tuanya.




No comments:

Post a Comment