generasi jujur indonesia |
‘Saya akui kalau
kemarin mencontek, bu. Saya minta maaf. Saya tahu saya salah. Saya mau
mengulang ujian kemarin.’
Bila suatu hari,
anda sebagai seorang guru mendengar ucapan seperti di atas yang dikatakan oleh
salah seorang anak didik, bagaimana sikap anda menanggapinya ?
Marah ? Membentaknya
? Atau mencapnya pembohong ? Sedih ? Kecewa ? Tidak percaya sebab selama ini
anak yang mengucapkan kalimat tersebut terkenal dengan sikap santun dan
jujurnya ? Atau bagaimana ?
Mungkin agak
terkejut dan sedikit kecewa. Sah-sah saja.
Namun bila kita
pandang lebih jauh kondisi tersebut, semestinya ada kekaguman pula kepada si
murid. Karena telah berhasil mencontek ? Tentu bukan. Lebih karena
keberaniannya mengakui dan menerima resiko akan apa yang telah dilakukannya.
Seorang murid juga
manusia. Sama seperti para pendidik. Ada saatnya melakukan kesalahan. Yang
lebih penting kemudian adalah bagaimana menyikapi sebuah kesalahan yang telah
terjadi. Bagaimanapun, belajar toh tidak
selalu untuk mengenal yang ‘baik-baik’ saja, namun belajar juga mengetahui sesuatu
yang salah dan bagaimana memperbaikinya.
Ketika mendengar
kisah ini, saya pun tertegun. Ada banyak rasa terlintas. Salut, bangga, berterima
kasih telah diingatkan sekaligus malu. Malu bukan karena ada seorang murid
meskipun bukan di kelas saya melakukan tindakan kurang terpuji demi sebuah
nilai bagus. Namun malu karena seakan-akan apa yang murid tersebut lakukan
mengingatkan kepada kita semua, para dewasa ini (baik para pendidik maupun
orang tua) untuk selalu intropeksi diri akan apa yang telah kita lakukan.
Sudahkah kita jujur dan berani mengakui kesalahan apa yang telah kita lakukan ?
Terutama berkaitan dengan budaya contek mencontek atau copy-paste ini.
Saya jadi ingat
cerita seorang pendidik yang dengan ringan mengatakan bila bisa men-download rencana pembelajaran melalui
internet, mengapa harus repot-repot membuatnya ? Hanya menyusahkan diri saja
membuat rencana pembelajaran yang rumit. Nah, kalau ada yang seperti jni
bagaimana ?
Rasanya, malu
sekali menjadi seorang pendidik yang memiliki murid-murid yang jujur dan berani
mengakui kesalahannya sedangkan sikap kita malah sebaliknya, bukan ?
No comments:
Post a Comment