Pages

Sunday 21 October 2012

Sudahkah Pensilmu Diraut ?

meraut pensil pun perlu diajari
‘Hore ! Pensilku sudah tumpul kembali ! Eh salah, runcing ding !’ sorak seorang murid saya usai meraut pensilnya yang disambut tawa teman-temannya. Bergantian anak-anak meraut pensilnya saat itu. Reaksi mereka rata-rata sama seperti yang telah meraut duluan, usai meraut dan melihat pensilnya kembali runcing, bersorak senang seakan pensilnya baru kembali. Melihat senyum senyum kecil muncul di wajah-wajah mereka, saya pun merasa senang.

Hm…aktivitas sederhana yang sebenarnya remeh (meski penting juga sih hehehe) telah membuat suasana ceria kembali hadir di kelas saya. Kelas satu sekolah dasar.

Awalnya, anak-anak sedang mengerjakan latihan soal. Latihan menyilang dan menulis. Sambil menunggui mereka, saya memperhatikan satu per satu pensil yang mereka gunakan. Hampir semuanya mulai tumpul. Karena tumpul, tulisan anak-anak pun menjadi cukup besar-besar dan kurang rapi bentuknya. Malah ada anak yang karena ketumpulan pensilnya sudah parah, sampai menekan  kuat-kuat pensilnya ke kertas agar muncul huruf yang ditulisnya.

Aduh…nak, maafkan gurumu ini. Dikejar ketuntasan materi sampai lalai memperhatikan kebiasaan dan ketrampilan hidup yang harus pula kalian miliki dan ketahui.

Jadilah, jeda waktu istirahat digunakan untuk ekperimen kecil-kecilan. Setiap anak dengan pensilnya menulis satu kalimat yang disukai. Apa saja. Kemudian saya menunjukkan dua pensil. Satu runcing dan satu tumpul. Meminta mereka melihat perbedaannya.

Saat menunjukkan pensil ini, saya sempat tersenyum mengetahui kalau anak-anak belajar kosakata baru. Runcing dan tumpul. Banyak anak yang masih keliru mengatakan pensilnya runcing atau tumpul.

Selesai semua anak meraut (dalam bahasa anak-anak di kelas saya dioroti, diongoti, sampai dieroti ), mereka kembali menulis kalimat yang sama dengan yang ditulisnya tadi menggunakan pensil yang telah runcing. Saya meminta mereka melihat bedanya.

‘Lebih kurus huruf-hurufnya, bu!’ kata seorang anak. ‘Iya, jadi lebih pendek juga kalimatnya’, sambung yang lain.

Maka mengertilah kemudian mereka mengapa pensil perlu diraut. Tidak sekedar siap sedia selalu ada pensil di kotak pensil yang telah disiapakan oleh mama atau mbak. Entah itu kondisinya runcing atau tumpul. Kalaupun kebetulan pensilnya runcing atau tumpul itu ya memang sudah dari sononya seperti itu.

Tidak bisa pula dibiarkan begitu saja. Perlu ditunjukkan mengapa harus diraut dan apa akibatnya bila tidak diraut kepada anak-anak. Agar mereka pun paham dan lebih peduli dengan barang-barang miliknya.

Bila tidak pernah kita tunjukkan, darimana mereka bisa tahu ? Tidak bijak pula ketika melihat mereka  cuek dengan barangnya lalu kita marahi padahal kita tidak pernah memberitahu mereka bagaimana seharusnya. Anak-anak tetaplah anak-anak. Bukan dewasa kecil seperti anggapan banyak dari kita.

Memberitahu, mencontohkan, dan meneladankan adalah sesuatu yang memang harus selalu kita berikan kepada mereka. Insya Allah mereka pun paham.
Seperti anak-anak di kelas saya, esok harinya setelah acara meraut bersama, banyak dari mereka yang menunjukkan kotak pensilnya lengkap dengan deretan pensil-pensil yang telah diraut. Mereka pun ada yang membawa perautnya sendiri dari rumah.






No comments:

Post a Comment