meraut pensil pun perlu diajari |
Hm…aktivitas
sederhana yang sebenarnya remeh (meski penting juga sih hehehe) telah membuat suasana ceria kembali hadir di kelas
saya. Kelas satu sekolah dasar.
Awalnya,
anak-anak sedang mengerjakan latihan soal. Latihan menyilang dan menulis. Sambil
menunggui mereka, saya memperhatikan satu per satu pensil yang mereka gunakan. Hampir
semuanya mulai tumpul. Karena tumpul, tulisan anak-anak pun menjadi cukup
besar-besar dan kurang rapi bentuknya. Malah ada anak yang karena ketumpulan
pensilnya sudah parah, sampai menekan kuat-kuat
pensilnya ke kertas agar muncul huruf yang ditulisnya.
Aduh…nak,
maafkan gurumu ini. Dikejar ketuntasan materi sampai lalai memperhatikan
kebiasaan dan ketrampilan hidup yang harus pula kalian miliki dan ketahui.
Jadilah,
jeda waktu istirahat digunakan untuk ekperimen kecil-kecilan. Setiap anak
dengan pensilnya menulis satu kalimat yang disukai. Apa saja. Kemudian saya
menunjukkan dua pensil. Satu runcing dan satu tumpul. Meminta mereka melihat
perbedaannya.
Saat
menunjukkan pensil ini, saya sempat tersenyum mengetahui kalau anak-anak belajar
kosakata baru. Runcing dan tumpul. Banyak anak yang masih keliru mengatakan
pensilnya runcing atau tumpul.
Selesai
semua anak meraut (dalam bahasa anak-anak di kelas saya dioroti, diongoti, sampai dieroti
), mereka kembali menulis kalimat yang sama dengan yang ditulisnya tadi
menggunakan pensil yang telah runcing. Saya meminta mereka melihat bedanya.
‘Lebih
kurus huruf-hurufnya, bu!’ kata seorang anak. ‘Iya, jadi lebih pendek juga
kalimatnya’, sambung yang lain.
Maka
mengertilah kemudian mereka mengapa pensil perlu diraut. Tidak sekedar siap
sedia selalu ada pensil di kotak pensil yang telah disiapakan oleh mama atau mbak. Entah itu kondisinya runcing atau
tumpul. Kalaupun kebetulan pensilnya runcing atau tumpul itu ya memang sudah dari sononya seperti itu.
Tidak
bisa pula dibiarkan begitu saja. Perlu ditunjukkan mengapa harus diraut dan apa
akibatnya bila tidak diraut kepada anak-anak. Agar mereka pun paham dan lebih
peduli dengan barang-barang miliknya.
Bila
tidak pernah kita tunjukkan, darimana mereka bisa tahu ? Tidak bijak pula
ketika melihat mereka cuek dengan barangnya lalu kita marahi
padahal kita tidak pernah memberitahu mereka bagaimana seharusnya. Anak-anak
tetaplah anak-anak. Bukan dewasa kecil seperti anggapan banyak dari kita.
Memberitahu,
mencontohkan, dan meneladankan adalah sesuatu yang memang harus selalu kita
berikan kepada mereka. Insya Allah mereka pun paham.
Seperti
anak-anak di kelas saya, esok harinya setelah acara meraut bersama, banyak dari
mereka yang menunjukkan kotak pensilnya lengkap dengan deretan pensil-pensil
yang telah diraut. Mereka pun ada yang membawa perautnya sendiri dari rumah.
No comments:
Post a Comment